http://nasional.kompas.com/read/2008/09/12/17462117/Vietnam.Melaju.dengan.Doi.Moi
Berada di Kota Ho Chi Minh dan berkunjung ke Kawasan Industri Vietnam
Singapura (Vietnam Singapore Industrial Park/VSIP) di Provinsi Binh
Duong adalah melihat sepenggalan negara pasar bebas ketimbang sistem
ekonomi terpusat.
Di beberapa sudut jalan Kota Ho Chi Minh
(Saigon), maupun di jalan menuju daerah industri, bandar merah bergambar
palu arit berkibar bersama bendera kebangsaan Vietnam.
Pada
sebuah komplek agen perjalanan wisata, Sabtu (6/9-08) pagi, sepuluh
pemuda berseragam hijau rapat di dalam sebuah rumah toko bergambar Ho
Chi Minh, tanpa merasa terganggu pelancong mancanegara yang
mengamatinya dari trotoar.
Kontras dengan stigma bahwa komunisme
kaku dan tertutup, kehidupan ekonomi dan sosial di Kota Ho Chi Minh dan
suburbannya di Binh Duong (1/8)bhen jhun(3/8) berjalan sesuai mekanisme
pasar terbuka.
Di hotel-hotel berbintang, tempat wisata perang,
artifak revolusi fisik, pasar-pasar dan tempat hiburan malam, barang dan
jasa dijual dengan mekanisme pasar.
Selain dengan mata uang dong
Vietnam, dolar Amerika Serikat, dan dolar Singapura berlaku di banyak
tempat. Nilai kurs dolar AS berbanding dong Vietnam bila dikonversi ke
rupiah sekitar Rp16.500.
Ketika tiga hari (4-6/08) menginap di
Hotel Kimdo Royal City yang berbintang empat, berturut-turut terdapat
pesta pernikahan warga, sementara di hotel-hotel lain, resepsi serupa
berlangsung dalam kemegahan dan tawa ria kebahagiaan.
Pertumbuhan
"gross domestic product" (GDP) Vietnam terus melambung dari 7,04 persen
(2002), 7,24 persen (2003), 7,7 persen (2004), 8,4 persen (2005), 8,17
persen (2006), dan pada 2007 menjadi 8,5 persen.
Perekonomian dan perindustrian Vietnam terus mekar setelah berabad-abad dilanda konflik dan peperangan.
Bangsa
Vietnam (sebagian menulis dengan dua suku kata: Viet Nam) pun kini
dilanda inflasi dua digit akibat kenaikan harga bahan bakar
internasional.
Pemerintahnya mengendalikan inflasi dengan
menurunkan harga minyak di pasar dalam negeri, dan mengerem target GDP
tahun ini menjadi kisaran 7 persen, sambil terus mengajak rakyat dan
pengusaha menjaga pertumbuhan ekonomi.
Industrialisasi yang
mengandalkan kawasan industri yang merupakan anak kandung pasar bebas
sedang mengubah ekonomi bangsa Vietnam.
Selain mengundang
lebar-lebar investasi asing, pemerintah negeri itu juga mempersilakan
bekas pengungsi Perang Vietnam kembali ke tanah air dan membangun
negeri.
Perekonomian Vietnam sampai pertengahan abad ke-19 hingga
akhir perang abad ke-20 (1975), masih bertumpu pada pertanian,
subsisten, dan berorientasi pedesaan.
Reformasi Ekonomi
Doi Moi
(Reformasi Ekonomi) yang dimulai 1986, kini terus mengantarkan Vietnam
ke tangga perdagangan global di abad baru. Mitra dagangnya meliputi 170
negara dan teritori.
Vietnam dengan "Doi Moi" sejak 22 tahun silam
mengubah haluan dari ekonomi-sosialis terpusat menjadi sosialis
berorientasi pasar terbuka. Investor asing diberinya penghapusan pajak
pada periode tertentu, dan hak guna bangunan 75 tahun.
Revolusi di
era damai ditempuhnya dengan bergabung ke ASEAN (1998), menjadi anggota
Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC, 1998), merealisasikan penuh
Persetujuan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA, 2006) dan di tahun yang sama
menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Vietnam pada tahun 2001 mengikat kongsi perdagangan dwipihak dengan Amerika Serikat--negara yang pernah memblokade ekonominya.
AS
pernah menjadi kawan dan lawan ketika Vietnam masih terbelah antara
Vietnam Utara (Hanoi) dan Vietnam Selatan (Saigon) yang berbeda
ideologi. Peperangan itu tuntas tahun 1975, dan disusul dengan
reunifikasi Vietnam tahun 1976.
Desentralisasi
"Doi
Moi" berangsur menarik perusahaan penanaman modal asing (PMA) di
kawasan industri, dan sejak awal abad ke-21 menunjukkan angka yang
menakjubkan.
Berminat masuk, pelaku PMA disuguhi kemudahan
perizinan yaitu penerbitanannya cukup di tingkat gubernur setempat,
tidak harus ke ibukoya negara.
Khusus di VSIP Binh Duong,
penerbitan perizinan bagi PMA malah menjadi kewenangan wakil gubernur
yang merangkap Ketua Management Board VSIP.
Dengan desentralisasi
itu, investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) Vietnam
per tahun mengalami kenaikan yang mencolok dalam delapan tahun
belakangan.
Tahun 2002, FDI-nya hanya 2,07 miliar dolar AS ,
kemudian 3,1 miliar dolar AS (2003), 4,2 miliar dolar AS (2004), 6,1
miliar AS (2005), 10,2 miliar dolar AS (2006), dan berlipat dua menjadi
20,3 miliar dolar AS pada tahun 2007 (Sumber: VSIP). "Tahun ini, sampai
Juli, FDI secara nasional telah mencapai 45 miliar dolar AS," kata Ben
Din Khoon Yew, direktur Teknik VSIP di Distrik Thuan An, Binh Duong.
Di
kantor itu, Ketua Himpunan Kawasan Industri Indonesia Wilayah Sumatera
dan Kepulauan Riau John Sulistiawan yang juga General Manajer Batamindo
Investment Cakrawala, Jumat (5/9), diterima Direktur Umum VSPI JV Co Ltd
Nguyen Phu Thinh.
John (60) dalam lawatan pertamanya ke Vietnam,
mendengar gambaran masa kini tentang VSIP dan peta makro Vietnam dari
wakil Phu Thinh, Anthony Tan, seorang profesional Malaysia kelahiran
Perak.
Menurut Tan, proses penyelesaian perizinan PMA di VSIP Binh
Duong tak lebih dari 14 hari. VSIP (semula SembCorp Parks Holding)
diluncurkan 1 Januari 1996 berdasarkan gagasan dan persetujuan antara
Perdana Menteri Vietnam Vo Van Kiet dan PM Singapura Goh Chock Tong
tahun 1994.
Perusahaan itu merupakan patungan antara Becamec IDC
Corporation (perusahaan milik negara di Provinsi Binh Duong) dengan
konsorsium lima perusahaan yaitu SembCorp Industries (mayoritas),
Ascendas Investment Pte Ltd, UOL Overseas Investment, Mitsubishi
Corporation Development Asia dan KMP Vietnam Investment.
Dalam
waktu 12 tahun VSIP dan VSIP II dan perluasannya, kini menjadi tempat
investasi 320 PMA, di antaranya dari Jepang, Singapura, Taiwan, Hong
Kong, Malaysia, Korea, AS, Australia, Swiss, India, Inggris, Brunei
Darusasalam, China, Jerman, Belgia, Thailand, Filipina, Kanada dan
Srilanka; selain 51 lainnya dari Vietnam sendiri.
Akumulasi FDI di
VSIP mencapai 2,15 miliar dolar AS. "Pencapaian ini luar biasa sebab
diperoleh dalam waktu relatif singkat, hanya 12 tahun," ungkap John.
Secara
nasional, di Vietnam terdapat sekitar 150 kawasan industri. Sedang di
Binh Duong lebih dari 20, belum termasuk perusahaan yang berada di luar
kawasan industri. Menurut John, keberhasilan Vietnam tak lepas dari
kebijakan Pemerintah Hanoi yang memberi kewenangan penuh kepada gubernur
untuk menyelesaikan perizinan usaha PMA.
Dalam konteks Indonesia,
kata John, pendelegasian wewenang hingga penyelesaian proses perizinan
PMA hanya dalam tempo 14 hari, bila diterapkan bisa menjadi kekuatan
menarik modal asing langsung (FDI). "Apa yang dilakukan Vietnam
sekarang, pernah terjadi di Batam ketika Otorita Batam diketua BJ
Habibie hingga 1988, tetapi selepas itu menjadi lamban."
Penerbitan
perizinan bagi PMA berada di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),
sehingga investor harus bolak-balik ke Jakarta. Sejak 2007 dengan
semangat perdagangan bebas, BKPM mendelegasikan kewenangan itu kepada
pejabatnya yang ditugaskan di Pusat Layanan Investasi Terpadu di Batam.
"Dalam praktiknya, masih 30 hari, sementara di Vietnam sudah 14 hari,"
kata John.
Ia tidak dapat memastikan apakah Gubernur Ismeth
Abdullah selaku Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas (DK PBPB) Kepulauan Riau, berwenang mendelegasikan penerbitan
perizinan kepada Badan Pengusahaan Kawasan (BPK) PBPB di Batam, di
Bintan dan di Karimun.
Dari segi aturan (sekarang), katanya,
memang tidak bisa. Tetapi, baik gubernur maupun para pejabat di BPK-BPK
adalah aparatur pemerintah pusat di daerah. "Artinya, bila Vietnam bisa
melakukan, mengapa Indonesia tidak?" kata John.
Ia menekankan,
selain peraturan perburuhan, tingkat upah yang kompetitif, pengendalian
inflasi dan insentif di bidang perpajakan, merupakan daya tarik utama
bagi pelaku PMA.
Pemerintah Vietnam, memberi insentif perpajakan
kepada industri berbahan baku baru, energi baru, teknologi tinggi,
bioteknologi baru, teknologi informasi, akuakultur, proses akuakultur,
kehutanan, perikanan dan garam, aplikasi teknologi, teknologi maju,
perlindungan ekologi lingkungan, riset, pengembangan dan generasi
teknologi tinggi. Menurut John, PMA di Batam yang ada sekarang pun belum
mendapat insentif seperti itu. (ANT)
Dear,Import Dept,
BalasHapusDengan Hormat,
Perkenankan kami PT. INTI PRAKARSA LOGISTIK adalah perusahaan Jasa Import Specialist dalam bidang Jasa Customs Clearance di Kepabeanan baik via Bandara maupun Pelabuhan di seluruh Nusantara.
Bersama ini kami PT. INTI PRAKARSA LOGISTIK berminat untuk bermitra dengan perusahaan Bapak/Ibu dalam bidang Jasa sebagai berikut :
1. Under name Import
2. Borongan Import
3. Custom Clearance
4. Door to Door, Port to Door, dari ke seluruh dunia
5. By Air or Sea (Local and International)
6. Untuk semua jenis barang termasuk Dangerous, Cargo atau Personal
7. Jasa EDI/PPJK
HS CODE JENIS BARANG
Bag VI (HS NO. 2801 s/d 3826) KIMIA
Bag VII (HS NO. 3901 s/d 4017) PLASTIK
Bag VIII (HS NO. 4101 s/d 4304) KULIT
Bag X (HS NO. 4701 s/d 4911) KERTAS
Bag XII (HS NO. 6401 s/d 6704)ALAS KAKI
Bag XIII (HS NO. 6801 s/d 7020) KACA
Bag XV (HS NO. 7201 s/d 8311) BESI BAJA
Bag XVI (HS NO. 8401 s/d 8548) MESIN
Bag XVII (HS NO. 8601 s/d 8908) KENDERAAN AIR
Bag XVIII(HS NO. 9001 s/d 9209) INSTRUMEN
Bag XX (HS NO. 9401 s/d 9619) BARANG HASIL PABRIK
Best regards,
ANDIKA
Sea & Air
Import
INTI Kargo / Jln. Dewi Sartika No. 148, Jakarta 13630 Indonesia
Email : andika.intikargo@gmail.com
T : 021 80878873
F : 622180878381
Hp : 082311424631,089616672822