Selasa, 22 Januari 2013

Berita Politik Humaniora Ekonomi Hiburan Olahraga Lifestyle Wisata Kesehatan Tekno Media Muda Green Lipsus Fiksiana Freez Home Ekonomi Agrobisnis Artikel Agrobisnis Syukri Muhammad Syukri TERVERIFIKASI Jadikan Teman | Kirim Pesan Orang biasa yang ingin memberi sesuatu yang bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon 0inShare Hebat! Pupuk Tanaman Kopi Dari Limbah Cangkangnya

http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2012/07/08/hebat-pupuk-tanaman-kopi-dari-limbah-cangkangnya-475314.html

13416813401138599297

Limbah cangkang kopi yang menggunung di huller (kilang penggilingan kopi). Sebelumnya limbah ini adalah sampah yang merepotkan petani, kini telah diolah menjadi pupuk.

Energi itu tidak pernah habis hanya berubah bentuk, itu kata Hukum Thermodinamika II. Alam menyediakan sumber energi yang demikian banyak, baik energi berbentuk bahan bakar, bahan makanan, termasuk pupuk sebagai sumber hara tanaman. Hebatnya, salah satu sumber pupuk untuk tanaman kopi berasal dari limbah cangkang kopi itu sendiri.

Para petani kopi di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah yang jumlahnya mencapai 62.100 kepala keluarga sudah banyak yang meninggalkan pupuk an-organik (pupuk kimia) yang mahal. Kini, mereka beralih menggunakan pupuk organik yang berasal dari sampah atau limbah cangkang biji kopi (endocarp) itu sendiri. Sampah itu, kini telah mereka ubah menjadi rahmat.

Walaupun mereka menggunakan pupuk organik untuk meningkatkan produksi dan kesuburan tanah, namun mereka tidak terdaftar dalam kelompok petani organik. Sebab, mereka yang tergolong dalam kelompok tani organik adalah mereka yang dibina oleh lembaga penerbit sertifikat organik. Untuk masuk dalam kelompok ini harus membayar biaya inspeksi dan biaya lain-lain.

Bagi Ponirin (50) yang biasa dipanggil Pon, meskipun dia tidak termasuk dalam kelompok tani organik, dia tetap mengelola tanamannya secara organik. Petani yang memiliki sehektar kebun kopi di kawasan Desa Jamur Uluh Simpang Teritit, Kabupaten Bener Meriah telah lama menggunakan limbah cangkang biji kopi sebagai sumber pupuk organiknya.

Hebatnya lagi, walaupun Ponirin tidak bisa baca tulis, tetapi dia mampu mengelola uang hasil penjualan kopi kelompok taninya, milyaran rupiah. Sampai akhirnya, mereka mampu membangun lantai jemur dan huller milik kelompok yang terletak disamping rumah Ponirin.

Lantai jemur dan huller (mesin pemecah cangkang kopi) itu, setiap harinya menghasilkan puluhan kilogram cangkang kopi. Limbah cangkang kopi itu dibiarkan menggunung sampai mencapai atap rumah. Biasanya, limbah cangkang kopi itu dibakar oleh pemilik huller. Namun, setelah mereka mengetahui bahwa kulit cangkang itu sebagai pupuk organik, maka para petani yang merupakan anggota kelompoknya mengambil secara cuma-cuma limbah cangkang kopi itu.


13416814742073848431


Kebun kopi para petani disekitar huller milik Ponirin telah dibubuhi pupuk yang berasal dari limbah cangkang kopi, dari sampah menjadi rahmat.

Buktinya, permukaan kebun kopi petani disekitar rumah Ponirin semuanya diserak dengan limbah cangkang kopi. Tanaman kopi yang makanannya disuplai dari cangkang kopi itu memang terlihat subur-subur dan memiliki buah yang sempurna dan berdaun hijau. Bagi Ponirin, makin banyak yang mengambil limbah cangkang kopi dari hullernya untuk memupuk tanaman kopi, maka produksi kopi kelompok taninya makin meningkat, otomatis kas kelompok terus bertambah.

Kini, pemanfaatan limbah cangkang kopi sebagai pupuk sudah diikuti oleh para petani dari daerah lain. Mereka mengolahnya dengan memberi beberapa zat tambahan, sehingga limbah cangkang kopi menjadi pupuk bokasi. Sejak saat itu, para pemilik huller yang sebelumnya direpotkan oleh limbah cangkang kopi, kini sudah dibersihkan oleh para petani. Terkadang, mereka harus antri untuk mengumpulkan limbah cangkang kopi tersebut. Ternyata, sumber zat hara untuk tanaman kopi berasal dari limbahnya sendiri.

KOMPASIANA.COM

Yuk Minum Kopi Luwak di Pengalengan

http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2013/01/16/yuk-minum-kopi-luwak-di-pengalengan-520258.html

Jika Anda adalah penikmat kopi, maka tentunya tidak asing lagi dengan bekennya Kopi Luwak.  Kopi Luwak ini secangkirnya bisa diatas Rp 200 ribu lho di café-café besar di Jakarta.

Meskipun sudah cukup beken dan mahal, namun bagi sebagian orang yang baru mendengar bagaimana Kopi Luwak dihasilkan, tak urung bikin gentar juga.

Di perkebunan kopi, biasanya ada Luwak (Paradoxurus hermphrodirus) atau musang yang memakan biji kopi. Pilihan biji kopi si luwak ini adalah buah kopi merah yang sudah matang untuk dimakan dan biasanya juga yang kualitasnya sangat baik. Buah kopi hasil cerna Luwak ini lah yang akan diambil untuk diolah menjadi kopi lezat tiada tara.

Lho, berarti minum kopi hasil kotoran dong? Betul. Tetapi buah kopi yang dicerna Luwak biasanya tidak tercerna karena berkulit keras. Tetapi karena sudah melewati proses cerna, jadi biji kopi sudah mengalami proses fermentasi. Hasil produksinya adalah biji kopi utuh yang kemudian diproduksi seperti kopi biasanya dengan hiegienis.

Di  tanah Priangan ini sebenarnya kopi baru dibudidayakan pada akhir tahun 1999, dengan panen perdana tahun 2003. Lahannya ditanam di lahan-lahan perkebunan dan Perhutani bekerjasama dengan masyarakat. Sekarang pabrik kopi tumbuh di Pengalengan. Dari tidak adanya pabrik pengolahan kopi, kini ada 5 pabrik kopi. Tanaman kopi pun tidak hanya ditanam di kawasan perhutani, tapi juga di lahan masyarakat dan PLN.

Salah satu pabrik kopi di Pengalengan dimana Anda dapat menikmati secangkir (atau bercangkir-cangkir) Kopi Luwak adalah Kopi Malabar Arabica. Lokasinya terletak di Kampung Pasirmulya, Desa Margamulya, Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung. Dari Jalan Raya Pengalengan akan ada papan petunjuk arah. Jarak tempuh dari jalan raya ke lokasi pabrik kopi adalah sekitar 2 kilometer.

Jenis kopi di Pengalengan ini adalah kopi Arabica. Ketinggian daerah Pengalengan yaitu lebih dari 1800 meter di atas permukaan laut dengan suhu sejuk berkisar antara 15-21 derajat Celcius ternyata cocok untuk budidaya tanam kopi jenis Arabica.

Di Kopi Malabar Arabica, Anda juga bisa melihat peternakan Luwak yang terletak sekitar 300 meter dari lokasi pabrik. Di tempat ini Luwak memang diternakkan. Karena peternakan, maka pakan Luwak ini pun dijaga kualitasnya. Luwak itu tidak hanya diberi makan buah kopi, tetapi juga buah-buahan seperti pisang, papaya dan juga belut.

Meskipun lucu dan tampak jinak, Luwak ini ternyata sangat berpotensi menggigit. Jadi jangan coba-coba memasukkan jari Anda ke dalam jeruji.


13583322691982773878

Di tempat ini Anda dapat membeli kopi bubuk produksi kelompok Petani Kopi Rahayu Tani. Harga untuk bubuk berkisar antara Rp 27,500 hingga Rp 40,000 untuk 100 gram kopi. Tetapi untuk bubuk Kopi Luwak, harganya mulai dari Rp 190,000 per 100 gramnya.

Mencicipi secangkir Kopi Luwak juga bisa dilakukan disini. Harganya sekitar Rp 25,000 per cangkirnya. Cocok diminum panas-panas berpadu dengan sejuknya udara Pengalengan. Bisa diminum tanpa gula, atau kalau ingin pakai gula, rekomendasinya adalah gula merah.

Selamat mencicipi Kopi Luwak!

Foto: Veronica Wijaya, Diella Dachlan

Kopi Tai Gajah Paling Nikmat dan Paling Mahal di Dunia

Dikabarkan kopi di dunia yang paling nikmat dan paling mahal di dunia saat ini, bukan lagi kopi luwak, tetapi kopi tai gajah.

Seperti kopi luwak, kopi tai gajah juga sama, buah kopi yang dimakan dan kemudian menjadi kotoran gajah itu diproses menjadi biji kopi untuk kemudian dibuat serbuk kopi siap saji layaknya kopi biasa, tetapi harganya luarrr biasaaaa mahal!

Di kabarkan  koran Bangkok yang dikutip oleh my metro online hari ini 8 desember 2012 jika ada di dalam hutan di kawasan pergunungan Chiang Rai, Thailand Utara, ramai orang orang setempat mencari tai gajah berupa biji biji kopi, yang kebun kopi dan gajah memang banyak di Thailand.

Kopi  tai gajah itu dikabarkan memliliki cita rasa dan aroma yang unik, karena buah kopi matang yang dimakan gajah seperti kopi luwak, setelah diproses menjadi kopi mempunyai aroma yang istimewa dan luar biasa.

Biji biji kopi yang bersal dari tai gajah itu dijual dengan harga yang sangat mahal $1,100 atau kurang lebihnya seharga Rp.10 juta rupiah perkilo gramnya, karena sulit mendapatkannya, itu masih dalam bentuk biji kopi belum diproses menjadi bubuk kopi pasti harganya akan lebih mahal lagi.

Katanya nikmatnya luar biasa jika diminum, atau memang dasar suka yang bau bau khusus gituan, enggak tahu juga, masih ada yang enak, kok milih yang koyo kuwek…..hahahaha, anna bae yak.
Kabarnya lagi kopi tai gajah itu hanya dijual di hotel hotel bintang lima dan itupun hanya di hotel hotel tertentu saja, berawal di Thailand Utara tempat asal kopi itu, kemudian melanglang buana  ke Maldives dan sekarang lagi populer di Abu Dhabi. Mas Muklti Ali yang di Abu Dhabi, cek dong bener enggak, soale enggak disebutkan nama hotelnya.

Sama  dengan kopi luwak, sekarang kopi tai gajah juga menjadi bisnis menguntungkan , ada pengusaha bernama Blake Dinkin  seorang warga negara Kanada, diberitakan yyang sudah menghabiskan uang ratusan juta untuk mengembangkan kopi tai gajah itu dengan cara memberi makan buah kopi. Diperlukan waktu antara 15 hingga 30 jam setelah gajah memakan buah kopi, kemudian mengeluarkannya kembali dalam bentuk biji kopi.

Jika sudah di hotel bintang secangkir kopi tai gajah itu dibandrol dengan harga 50 dolar AS atau kurang lebihnya 500 rebu rupiah, luar biasa mahalnya, gile.

Katanya ketika gajah gajah gajah itu memakan buah buah kopi, maka asam dalam perut gajah itu akan mengubah protein buah kopi yang dimakannya sehingga menimbulkan rasa pahit, yang nantinuya akan terasa sangat nikmat ketika diminum, mau coba?

Mungkin tidak lama lagi setelah merebaknya mendunianya kopi tai gajah, di Indonesia akan latah juga, karena di Lampung banyak kebun kopi dan juga banyak gajah, di Sekolah Gajah Wai Kambas, saya sudah kesana, mungkin saja bakalan ada yang uji coba, gajah gajah itu diberi makan buah kopi, oenak tenan……..hahahahahahahaa.
sumber : Mymetro online malaysia

1354957629728653756

Bahaya Kontaminasi Okhratoksin A pada Kopi (Coffea sp)

Tanaman kopi merupakan salah satu genus dari famili Rubiacae. Genus kopi ini memiliki sekitar 100 spesies, namun dari 100 spesies itu hanya 2 jenis yang memiliki nilai ekonomis, yaitu Robusta dan Arabika (Agroindonesia, 2001). Sedangkan 3 jenis utama yang paling terkenal adalah Robusta, Arabika dan Liberika yang mewakili 70% total produksi
 
Kopi di Indonesia saat ini masih menghadapi masalah terutama dalam hal mutu dan ancaman isu kadar mikotoksin, khususnya Okhratoksin A (OTA). Ismayadi (2000), melaporkan bahwa frekuensi kontaminasi OTA pada kopi Indonesia berkisar antara 18-24% dengan kadar OTA bekisar antara 0,9-191,5 ppb. Selain itu, hasil penelitian Silviana (2003) menunjukkan bahwa kopi asal Bali paling berpotensi menghasilkan OTA yaitu 52,63%, diikuti kopi Jawa timur 21,05% dan kopi Lampung 15,79%.

Okhratoksin A merupakan mikotoksin utama yang diketahui sering mengkontaminasi kopi. Adanya OTA pada kopi dapat disebabkan karena kondisi lingkungan ataupun kondisi proses pengolahan yang dilakukan (Suarez-Quiroz et al., 2004).  Kandungan OTA secara alami pada kopi  telah dilaporkan oleh beberapa peneliti dengan konsentrasi yang bervariasi antara 0,2 dan 360 µg/kg (Levi et al., 1974; Levi, 1980; Norton et al., 1982; Cantafora et al., 1983; Tsubouchi et al., 1984; Micco et al., 1989; Studer-Rohr et al., 1994).Dari studi yang telah dilakukan, kopi merupakan kontributor terbesar ketiga “Total Dietary Intake” (TDI) 7% OTA. Batas OTA yang berlaku sampai akhir tahun 2003dapat dilihat pada tabel berikut: 

 
Sumber: European Union (2002)


Bahaya Okhratoksin A bagi Manusia

Saat ini, diketahui sedikitnya ada 3 macam Okhratoksin, yaitu Okhratoksin A (OTA), Okhratoksin B (OB) dan Okhratoksin C (OC). OTA adalah yang paling toksik dan paling banyak ditemukan di alam. Selain pada produk tanaman, ternyata OTA juga dapat ditemukan pada berbagai produk ternak seperti daging babi dan daging ayam. Hal ini dikarenakan OTA bersifat larut dalam lemak sehingga dapat tertimbun dibagian daging yang berlemak. Manusia dapat terekspose OTA melalui produk ternak yang di konsumsi (Maryam, 2002). 

Okhratoksin A (OTA) adalah mikotoksin yang dihasilkan oleh beberapa jamur dari famili Aspergillus dan Penicillium (Bakker and Pieters, 2002). OTA ditemukan pada berbagai macam produk pertanian, dari berbagai daerah di dunia. OTA diketahui bersifat karsinogenik,   nephrotoksik dan immunotoksik (IARC, 1993).

OTA diketahui sebagai penyebab “Nephropathy” (Pengembangan ginjal) pada hewan dan diduga sebagai agen “nephropathy endemic” di negara Balkan dan Tunisia (CCFAC, 1998) dan juga diduga bersifat karsinogenik (Maryam, 2001)

EVALUASI KERAGAAN PEMBENIHAN KOPI

Oleh : Tiodor S. Situmorang, SSi

Kegiatan evaluasi pembenihan kopi adalah suatu upaya evaluasi yang dilakukan terhadap proses pembenihan kopi di lapangan maupun di laboratorium. Kata pembenihan kopi mengandung arti “proses pembuatan benih kopi dari buah kopi yang dipanen pada saat masak fisiologis (masak panen)”, dan dapat pula berarti pembibitan yaitu proses menjadikan benih kopi menjadi bibit siap salur melalui penyemaian benih, serta pemeliharaan yang terdiri dari penyiraman, pengendalian hama/penyakit, gulma dan pemupukan.
            Berdasarkan pengertian pembenihan kopi tersebut, maka kegiatan evaluasi keragaan pembenihan kopi dapat dilakukan pada dua tahapan atau  proses yaitu :
1.      Evaluasi pembuatan benih kopi
2.      Evaluasi pembibitan kopi
Evaluasi keragaan pembenihan kopi dilakukan menggunakan tolok ukur (parameter) yang merupakan komponen utama dari mutu benih kopi yaitu :
1.      Genetis
2.      Fisik
3.      Fisiologis
Pada umumnya tolok ukur genetis dinyatakan dengan tingkat kemurnian genetis benih kopi. Untuk menjamin tingkat kemurnian genetis benih kopi tersebut ditekankan pada kemurnian kebun sumber benih, artinya aspek legalitas asal – usul benih menjadi titik tolak kita dalam mengawali kegiatan evaluasi keragaan pembenihan kopi. Benih kopi yang tidak diketahui asal – usulnya atau tidak berasal dari kebun sumber benih kopi yang telah ditetapkan / ditunjuk, tidak dapat kita evaluasi untuk diberi label atau sertifikasi. 

Melengkapi tolok ukur genetis yaitu benih kopi berasal dari kebun sumber benih, maka kita mengukur kemurnian fisik benih kopi dengan kriteria bernas atau padat berisi yaitu benih yang berukuran rata-rata, bentuk normal, utuh, dan bersih. Benih berukuran rata-rata, artinya sesuai dengan ukuran biji varietas yang dimaksud, berbentuk normal artinya bentuk biji tidak mengkerut, utuh artinya tidak luka maupun pecah, serta berlubang, bersih dari sisa daging atau kulit buah,serta kotoran lainnya.  

Tolok ukur evaluasi keragaan pembenihan kopi yang ketiga adalah fisiologis benih kopi yaitu meliputi :
  1.      Daya tumbuh benih
  2.      Kecepatan berkecambah benih

Evaluasi pembuatan benih kopi dilakukan sesuai dengan tahapan sebagai berikut :
  1.         Pemetikan Buah Benih
  2.         Pengupasan Kulit Buah
  3.         Penghilangan Lendir
  4.         Pengeringanginan Benih
  5.         Sortasi Benih
  6.         Fumigasi Benih (Seed treatment)  
  7.         Pengepakan Benih

Evaluasi Keragaan Pembibitan Kopi dilakukan sesuai dengan tahapan dalam pembibitan kopi semaian sebagai berikut :
1.      Pengadaan Benih Kopi
2.      Penanaman Bibit kopi dalam Polybag
3.      Sortasi dan Penjarangan

Pengawasan penyebaran dan peredaran benih kopi perlu dilakukan oleh instansi terkait dalam hal ini oleh Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP). Untuk mendukung legalitas dan kualitas mutu benih perlu dilakukan sertifikasi pada biji maupun bibit yang akan disalurkan .

TEKNOLOGI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN YG TELAH DIUJ

TEKNOLOGI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN YG TELAH DIUJI

No.
JENIS AGENS HAYATI
BENTUK
OPT SASARAN
1
Beauveria bassiana
Tepung, cair
Granul (jagung pecah giling),
      Penggerek buah kopi (PBKo) pada tanaman kopi
      Penggerek buah kakao (PBK) pada tanaman kakao
      Penggerek batang dan cabang (Zeuzera coffeae) pada tanaman kakao
2
Trichoderma sp.
Padat (serbuk)
·         JAP pada tanaman karet,
·         JAP dan JAM pada tanaman  kakao
·         JAH dan JAC pada tanaman kopi
·         Penyakit busuk pangkal batang tanaman kelapa sawit
3
Metarrhizium anisopliae
Granul (jagung pecah giling), dan  cair
·         Kumbang nyiur (Oryctes rhinoceros) pada kelapa dan kelapa sawit.
·         Mengendalikan Brontispa/Pleisispa
4
Aspergillus
Serbuk, Cair
Memperbaiki aggregat tanah, pelarut unsur hara
6
MOD 71
Cair
Pembenah Tanah
7
Antirot
Cair
Menanggulangi Kering alur sadap
8
Rizobacter
Cair
Pupuk hayati
9
Hormon tumbuhan (Pandusil)
Cair
Meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan generatif.
10
Mikoriza
Butiran
Menahan serangan patogen akar
11.
Pseudomonas flourescens (PF)
Cair
Mengendalikan patogen tanaman, hormon, dan induksi ketahanan tanaman.
12.
Arthrobotrys sp
Serbuk
Mengendalikan nematoda akar kopi

VARIETAS UNGGUL KOPI ARABIKA

PBT BBP2TP Medan

            Penanaman Kopi di Indonesia dimulai tahun 1696 dengan menggunakan jenis kopi arabika. Namun penanaman jenis kopi ini kurang berhasil. Tahun 1699 pemerintah Hindia Belanda mendatangkan lagi kopi arabika, kemudian berkembang dengan baik di pulau Jawa. Kopi arabika yang dikenal sebagai kopi Jawa (java coffee) tersebut memiliki kualitas yang sangat baik dan merupakan komoditas ekspor selama lebih dari 100 tahun. Sejak tahun 1878 timbul penyakit karat daun pada tanaman kopi yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix. Penyakit tersebut mengakibatkan kerusakan dan kematian tanaman serta kerugian hasil yang sangat besar (Rahardjo, 2012)

Dalam rangka mengatasi masalah penyakit karat daun, telah dilakukan seleksi pohon induk dari populasi kopi arabika yang ada serta penyilangan antar tipe kopi arabika atau dengan varietas lain. Kopi arabika sangat baik ditanam didaerah yang berketinggian 1.000 – 2.100 meter diatas permukaan laut (dpl). Beberapa daerah penanaman jenis kopi arabika yang terkenal di Indonesia yakni: Provinsi Sumatera Utara (Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Dairi, Kabupaten Tobasa, Kabupaten Humbang, Kabupaten Mandailing, dan Kabupaten Karo), Provinsi Aceh, Provinsi Lampung, dan beberapa Provinsi di Pulau Sulawesi, Jawa dan Bali(Panggabean, 2011).

            Beberapa karakteristik kopi arabika secara umum, yaitu: rendemennya lebih kecil dari jenis kopi lainnya (18-20%), bentuknya agak memanjang, bidang cembungnya tidak terlalu tinggi, lebih bercahaya dibandingkan dengan jenis lainnya, ujung biji lebih mengkilap tetapi jika dikeringkan berlebihan akan terlihat retak atau pecah, celah tengah (center cut) dibagian datar (perut) tidak lurus memanjang kebawah, tetapi berlekuk, Untuk biji yang sudah dipanggang (roasting) celah tengah terlihat putih, untuk biji yang sudah diolah kulit ari kadang-kadang masih menempel dicelah atau parit biji kopi (Panggabean, 2011)

Secara fisik, kopi arabika mudah dibedakan dengan  kopi robusta yang saat ini paling banyak ditanam di dunia. Batang kopi arabika lebih ramping lebih kecil dan lebih pendek dibandingkan robusta. Cabangnya lebih banyak, daun juga lebih kecil serta lebih ramping. Namun sebaliknya, kopi arabika lebih besar, dengan kulit lebih tebal. Produktivitas buah lebih rendah dibanding robusta. Kelebihan arabika dibanding robusta adalah, kadar kafeinnya lebih rendah, tetapi aromanya lebih kuat. Selain produktivitasnya yang lebih rendah, kelemahan lain arabika adalah adanya rasa masam yang dominan, yang tidak pernah terdapat pada robusta. Namun rasa masam ini bisa diatasi dengan cara blendid (dicampur) dengan robusta,exelsa, maupun liberika. Dengan pencampuran demikian, akan diperoleh kopi dengan cita rasa sempurna. Sebenarnya tanpa pencampuran pun, cita rasa arabika tetap lebih unggul disbanding jenis kopi lain. Adanya rasa masam itu, bagi penikmat kopi sejati justru dijadikan acuan bahwa kopi yang diminumnya benar-benar kopi arabika asli. Bukan campuran. Sebab dibandingkan dengan keunggulan aromanya, rasa masam arabika itu masih bisa ditolerir oleh penggemarnya. Hanya karena produktivitasnya yang rendah, maka permintaan pasar tidak pernah bisa diimbangi oleh pasokan. Itulah yang menyebabkan harga biji kopi arabika selalu lebih tinggi dibanding robusta atau jenis kopi lainnya (http://foragri.blongsome.com/demam-bertanam-kopi-arabika/)..


Gambar Penampilan kopi 
  
   

Awalnya pengembangan jenis kopi arabika merupakan varietas typical dan bourbon. Turunan dari penyilangan kedua varietas tersebut diantaranya caturra, pacas, san ramon, sumatra dan maragogipe. Berbagai varietas tersebut telah terkenal dengan mutu yang baik, tetapi sebagian besar masih rentan terserang hama dan penyakit. Berbagai varietas kopi arabika yang ada di dunia yang rentan terhadap hama dan penyakit antara lain: Varietas Typica, Bourbon, Tekesik, Kona, Mundo Novo, Mountain, Kent, K7, SL28, SL34, KP423, N39, Jimma, (Harar, Gimmbi), (Yirga Chefe, Limu), Caturra, Catuai, Villa Sarchi, Pacas.
            Dalam perkembangannya selama lebih dari 50 tahun, kopi jenis arabika memiliki potensi produksi yang sangat tinggi dan relatif tahan terhadap hama dan penyakit. Beberapa Negara yang telah melakukan perbanyakan tanaman kopi jenis arabika, diantaranya Kolombia, Brasil, India, dan beberapa Negara di Amerika Tengah.

Berikut berbagai jenis kopi arabika yang ada di dunia yang tahan terhadap hama dan penyakit:

Ø  Nama Varietas           : Catimor
Negara                      : Beberapa Negara
Deskripsi             : Seleksi dari penyilangan caturra atau catuai dengan hibrido de timor. Karakteristik fisiknya pendek gemuk dan tahan terhadap penyakit daun. Klon oeiras (Brasil), Cauvery (India), IHCAFE90 dan CR95 (Amerika Tengah).

Ø  Nama Varietas           : Sarchimor
Negara                      : Beberapa negara
Deskripsi               : Hasil seleksi dari penyilangan villa sarchi dengan hibrido de timor. Serupa dengan catimor, Karakteristik tanamannya pendek gemuk dan tahan terhadap CLR. Varietas ini terdapat klon Tupi, Obata, dan IAPAR59 (Brasil)

Ø  Nama Varietas           : Colombia
Negara                      : Kolombia
Deskripsi                : Varietas ini merupakan varietas buatan turunan catimor. Biji kopinya cukup panjang dan memiliki kualitas yang sangat baik. Varietas ini relatif tahan terhadap serangan CLR dan CBD

Ø  Nama Varietas           : S795
Negara                                    : India
Deskripsi                     : Hasil seleksi alami antara C. arabica dan C. liberika yang disilangkan kembali dengan C. arabika. Relatif  tahan terhadap serangan CLR. Memiliki hasil panen yang cukup tinggi dengan kualitas sangat baik. Varietas ini merupakan salah satu primadona dari India.

Ø  Nama Varietas           : Ruiru II (Ruiru 11)
Negara                                    : Kenya
Deskripsi                     : F1 hibrida (penyemaian biji manual) antara hasil seleksi catimor dan seleksi klon dari beberapa tanaman yang karakteristik fisiknya tinggi. Varietas ini tahan terhadap serangan CLR dan CBD. Fisik tanamannya agak panjang dan gemuk. Relatif lebih cepat berbuah dan hasil panennya cukup tinggi.

Ø  Nama Varietas           : Ababuna
Negara                                    : Ethiopia
Deskripsi                     : F1 hibrida (pemuliaan manual) antara hasil seleksi dari turunan tanaman kopi di Ethiopia dan resisten terhadap CBD

Ø  Nama Varietas           : Icatu
Negara                                    : Brasil
Deskripsi                     : Pengembangan seleksi dari penyilangan tetraploid  C.canephora dengan C. Arabica (Bourbon). Setelah itu dilakukan penyilangan kembali dengan varietas mundo novo. Beberapa sifat karakteristik varietas ini diantaranya resisten terhadap CLR, tanaman agak tinggi, mudah terserang pada musim dingin dan kemarau, hasil panen tinggi, dan kualitas biji sangat baik. IAC3282 merupakan salah satu varietas yang lebih cepat berbuah dan berwarna kuning.

Ø  Nama Varietas           : S2828
Negara                                    : India
Deskripsi                     : Hasil pengembangan dari penyilangan antar varietas yang sama. Secara fisik mirip dengan varietas icatu. Tanaman tinggi, tahan terhadap CLR, hasil  panen tinggi, dan kualitasnya baik (Panggabean, 2011)

            Sejak awal tahun 1980 pemuliaan kopi arabika di Indonesia yang bertujuan untuk mendapatkan bahan tanam yang berperawakan katai dilakukan secara lebih intensif. Usaha tersebut dilakukan dengan cara persilangan dan introduksi dari luar negeri. Untuk mendapatkan varietas tipe yang tahan terhadap penyakit karat daun dilakukan dengan cara persilangan. Sebagai induknya dipakai varietas caturra, S795, S1934, dan hibrido de timor. Keturunan hasil persilangan tersebut banyak yang berperawakan katai dan toleran terhadap penyakit karat daun. Selanjutnya tahun 1982 dimasukkan varietas tipe katai catimor dari IAC (Brasil) diikuti dari beberapa Negara lain seperti CIFC = Centro de Investigacao das Ferrugens do Cafeirro (Portugal), CATIE (Costa Rica) dan kolombia (Rahardjo, 2012)

            Berdasarkan usulan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, saat ini pemerintah telah melepas beberapa varietas kopi arabika melalui S.K Menteri Pertanian Republik Indonesia sebagai berikut:

·         Kartika 1         : S.K. 443/kpts/TP240/6/93
Tipe pertumbuhan kate (dwarft), daun oval meruncing, buah seragam, biji membulat, nisbah biji buah 15,2 %, berbunga pertama pada umur 15-24 bulan, produktivitas 41,75 kwintal/ha pada populasi 6400 pohon. Pada ketinggian diatas 1000 m dan pada ketinggian kurang dari 900 m dpl, rentan penyakit karat daun, cita rasa baik

·         Kartika 2         : S.K. 442/kpts/TP240/6/93
Tipe pertumbuhan kate (dwarft), daun oval membulat, buah seragam, biji agak lonjong, nisbah biji buah 14,5%, berbunga pertama umur 15-24 bulan, produktivitas 37,17 kwintal/ha pada populasi 6.400 pohon. Pada ketinggia lebih dari 1000 m dpl agak rentan penyakit karat daun sedangkan pada ketinggian kurang dari 900 m dpl rentan penyakit karat daun, citarasa baik.

·         Abesiania 3    : S.K. 08/kpts/TP240/1/95
Tipe pertumbuhan tinggi melebar, buah berbentuk oval persegi, biji besar memanjang dan seragam, nisbah biji buah 15,4%, berbunga pertama umur 34-36 bulan, produktivitas 7,5-10 kwintal/ha pada populasi 1.600 pohon, rentan penyakit karat daun, citarasa baik.

·         S 795               : S.K. 07/kpts/TP240/1/95
Tipe pertumbuhan tinggi agak melebar, daun rimbun sehingga batang pokok tidak tampak dari luar, buah seragam, biji berukuran besar tetapi tidak seragam, nisbah biji buah 15,7%, berbunga pertama umur 15-24 bulan, produktivitas 10-15 kwintal/ha pada populasi 1.600-2000 pohon. Pada ketinggian lebih dari 1000 m dpl tahan serangan karat daun dan pada ketinggian kurang dari 900 dpl agak tahan penyakit karat daun, citarasa cukup baik.

·         USDA 762      : S.K. 06/kpts/TP240/1/95
Tipe pertumbuhan tinggi agak melebar, buah agak melebar, buah agak memanjang dengan ujung meruncing, berjenggot, biji membulat seragam, nisbah biji buah 16,6%,
           berbunga pertama umur 32-34 bulan, produktivitas 8-12 kwintal/ha pada populasi 1.600-2.000 pohon, agak tahan terhadap penyakit karat daun citarasa cukup baik.

·         Andungsari 1 : S.K. 113/kpts/TP240/2/01
Tipe pertumbuhan kate (dwarft), daun oval bergelombang, lentur dan lebar, buah masak kurang serempak, biji lonjong, nisbah biji buah 14,9%, berbunga pertama umur 15-24 bulan, produktivitas 35 kwintal/ha pada populasi 3300 pohon/ha. Pada ketinggian lebih dari 1000 m dpl rentan penyakit karat daun, citarasa baik (Prastowo. dkk, 2010)

·         Sigarar Utang: S.K. 205/kpts/SR.120/4/2005
Mempunyai perawakan semi katai, ruas cabang pendek, tajuk rimbun menutup seluruh permukaan pohon sehingga batang pokok tidak tampak dari luar. Sifat percabangan sekunder sangat aktif bahkan cabang primer di atas permukaan tanah membentuk kipas berjuntai menyentuh tanah. Daun tua berwarna hijau tua, daun muda (flush) berwarna coklat kemerahan. Apabila ditanam tanpa naungan tepi daun bergelombang dan helaian daun mengatup ke atas, jika dilihat sepintas bentuk daun panjang meruncing dan tepi daun bergelombang. Buah muda berwarna hijau sedangkan buah masak berwarna merah cerah, bentuk buah bulat memanjang berukuran besar dan 100 buah masak (merah ) rata – rata 196 gr. Potensi Produksi berkisar antara 800 – 2300 kg biji/ha. Kopi varietas Sigarar utang bersifat agak rentan terhadap penyakit karat daun, terutama jika ditanam pada ketinggian kurang dari 1000 mdpl, juga rentan terhadap nematoda parasit (Situmorang, 2010
Adapun gambaran potensi produksi serta anjuran penanaman sesuai kondisi lingkungan tumbuhnya seperti pada tertera pada Tabel 1 dan Tabel 2 (Prastowo. dkk, 2010) 

Tabel 1. Potensi produksi kopi Arabika 
Tabel 4. Anjuran penanaman kopi arabika berdasarkan kondisi lingkungan tumbuh
Di Aceh saat ini dikenal kopi dengan  cita rasa khas yang diberi nama kopi arabika gayo (Arabica gayo coffee). Kopi ini merupakan salah satu komoditi unggulan yang berasal dari Dataran tinggi Gayo. Perkebunan kopi yang telah dikembangkan sejak tahun 1908 ini tumbuh subur dikabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan gayo lues. Ketiga daerah yang berada di ketinggian 1200m dpl tersebut memiliki perkebunan kopi terluas di Indonesia yaitu dengan luasan sekitar 94.800 hektar (http://kopigayo.blogspot.com/2010/05/kopi-gayo-resmi-dipatenkan.html)

            Setelah melalui perjuangan yang cukup lama, akhirnya kopi arabika gayo mendapat Fair Trade CertifiedTM dari organisasi internasional Fair Trade dan pada tanggal 27 Mei 2010, kopi gayo menerima sertifikat  IG (Indikasi Geografis) diserahkan kepada Pemda oleh menteri Hukum dan HAM Indonesia. Kemudian pada Event Lelang Special Kopi Indonesia tanggal 10 Oktober 2010 di Bali, kembali kopi Arabika Gayo memperoleh score tertinggi saat Cupping Score (http://nad.litbang.deptan.go).

Kopi Organik

Pasar kopi baru yaitu specialty coffee merupakan peluang yang harus diraih, dalam kopi organik termasuk di dalamnya. Kopi organik merupakan kopi yang diproduksi dengan menganut pada paham pertanian yang ber-kelanjutan. Dalam budidaya organik aspek-aspek pelestarian sumberdaya alam, keamanan lingkungan dari se-nyawa senyawa pencemar, keamanan hasil panen bagi kesehatan manusia serta nilai gizinya sangat diperhati-kan. Di samping itu dalam budidaya kopi organik aspek sosial ekonomi juga menjadi perhatian utama. Jadi, tidak seperti anggapan masyarakat selama ini bahwa kopi organik adalah budidaya kopi tanpa pestisida, pupuk buatan dan tanpa pemeliharaan sama sekali. Justru, pada budidaya kopi organik jauh lebih banyak aspek yang harus diperhatikan.

Kopi organik hanya dapat diproduksi pada kondisi sumberdaya lahan yang tingkat kesuburan tanahnya tinggi, curah hujannya cukup serta daya dukung lingkungannya tinggi.

Pengelolaan tanah mempunyai arti yang sangat penting yang meliputi penyediaan bahan organik yang cukup di dalam tanah dan memanfaatkan mikrobia seperti jamur mikoriza ber VA. Mengingat daerah pertanaman kopi arabika umumnya di daerah dataran tinggi dengan topografi berbukit hingga bergunung, maka pengendalian erosi dengan terasering mutlak dilakukan.

Pengendalian organisme pengganggu tanaman kopi dilakukan dengan mempergunakan sistem pengedalian terpadu dengan mengutamakan pe-ngendalian secara hayati. Jamur Beauveria bassiana dapat dipergunakan untuk mengendalikan hama bubuk buah kopi, Trichoderma sp. untuk pengendalian jamur akar kopi. Selain itu ekstrak daun mimba (Azadirachta indica) dapat dimanfaatkan sebagai pestisida botani.

Penanganan pasca panen kopi organik memerlukan kecermatan agar sesuai dengan ketentuan standar mutu biji kopi. Dalam menghasilkan kopi organik yang lebih penting untuk di-perhatikan adalah adanya saling me-nguntungkan antara produsen/petani, pengolah (prosesor) dan pedagang (eksportir).
Propinsi yang telah meng-ekspor kopi organik adalah D.I. Aceh dan Timor Timur. Premium yang diperoleh oleh kopi organik berkisar antara 20-70,5 persen.

Pengendalian Erosi di Perkebunan Kopi dengan Teras dan Tanaman Pagar

Tanaman kopi banyak yang dibudidayakan pada lahan miring di daerah pegunungan yang umumnya mempunyai pola sebaran hujan tidak merata. Curah hujan yang tinggi terkonsentrasi pada bulan-bulan tertentu, sehingga erosivitasnya sangat besar.

Lahan miring merupakan lahan yang peka terhadap degradasi/pe-nurunan kualitas. Erosi merupakan penyebab utama kemunduran lahan kering di daerah tropika basah. Tanah yang hilang karena erosi merupakan tanah lapisan atas yang subur, se-hingga erosi akan menurunkan ke-suburan tanah secara nyata.

Guna mengatasi degradasi lahan di perkebunan kopi, maka telah di-lakukan penelitian pengendalian erosi dengan teras dan tanaman pagar yang ditanam pada bibir teras. Perlakuan yang diberikan adalah (1) kontrol tanpa teras, (2) teras bangku tanpa tanaman penguat teras, (3) teras bangku dengan tanaman penguat teras Leucaena leuco-cephala, (4) teras bangku dengan tanam-an penguat teras Vetiveria zizonioides, dan (5) teras bangku dengan tanaman pe-nguat teras Moghania macrophylla.

Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa teras bangku nyata menurunkan erosi. Kehilangan tanah dari lahan berteras bangku adalah 6,15 persen dibandingkan dengan lahan yang tidak berteras. Erosi pada lahan berteras, baik tanpa penguat teras maupun dengan pe-nguat teras L. leucocephala, V. zizanioides, serta M. macrophylla, tidak berbeda nyata. Stabilitas dari teras yang di-perkuat dengan tanaman penguat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan per-lakuan tanpa tanaman penguat teras. Tanaman penguat teras tidak ber-pengaruh negatif terhadap produksi kopi. Teknik penggunaan tanaman penguat teras telah mulai diterapkan oleh petani di Propinsi Aceh dalam rangka mendukung keberhasilan budidaya kopi organik.

Teknik Konversi Kopi Robusta ke Arabika dengan Teknik Penyambungan di Lapangan

Penelitian konversi kopi robusta ke arabika dengan teknik penyambung-an di lapangan telah dilaksanakan dengan pertimbangan beberapa masalah antara lain, harga kopi arabika yang lebih mahal dibandingkan dengan harga kopi robusta, khususnya di pasar-an dunia. Komposisi produksi kopi se-cara nasional didominasi oleh kopi robusta, kopi arabika hanya mencapai 6 persen. Banyak kopi robusta ditanam di lahan tinggi, yang sebenarnya lebih cocok untuk penanaman kopi arabika.

Karena tingkat pengetahuan dan sosial kultural petani rakyat, umumnya setiap upaya konversi tanaman yang berakibat terputusnya pendapatan dari tanaman semula dan berjangka panjang sangat memberatkan per-ekonomian petani, selain itu biaya yang diperlukan cukup besar untuk tingkat kehidupan petani rakyat. Untuk mengatasi masalah tersebut telah di-kembangkan teknik konversi kopi robusta ke arabika dengan cara pe-nyambungan di lapangan dengan metode “swing”. Dengan metode ter-sebut petani masih dapat memperoleh hasil kopi sebesar ? 50 persen dari sisa tajuk yang tidak di “swing”.

Tanaman kopi arabika hasil konversi dengan penyambungan dapat berproduksi lebih awal bila dibanding-kan dengan melalui biji. Produksi kopi arabika diharapkan dapat mencapai 30 persen dari produksi kopi nasional. Dengan asumsi produksi kopi nasional saat ini 450.000 ton per tahun, dan diharapkan produksi kopi arabika ter-jadi peningkatan 30 persen serta selisih harga nominal antara kopi arabika dan kopi robusta US$ 1 (minimal), maka dampak kepada peningkatan devisa akan mencapai US$ 67.500 juta atau sekitar Rp 141.750 milyar. Pendapatan petani juga akan lebih tinggi dengan menanam kopi arabika dibanding kopi robusta.

Teknik konversi ini telah di-terapkan di perkebunan besar negara maupun swasta. Perkebunan rakyat yang telah menerapkan antara lain di Propinsi Aceh, Lampung, NTT, dan Bali.