Kopi Luwak Malabar
Jl. Dharmawangsa Raya No. 18
Jakarta Selatan 10350
HP-1: +62 812 8258087
HP-2: +62 855 1029550
Email-1: semedibahagia@kopiluwakmalabar.com
Email-2: angga_hernanda@kopiluwakmalabar.com
Sekilas tentang LUWAK
Musang bertubuh sedang, dengan panjang total sekitar 90 cm (termasuk ekor, sekitar 40 cm atau kurang). Abu-abu kecoklatan dengan ekor hitam-coklat mulus.
Sisi atas tubuh abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna tengguli (coklat merah tua) sampai kehijauan. Jalur di punggung lebih gelap, biasanya berupa tiga atau lima garis gelap yang tidak begitu jelas dan terputus-putus, atau membentuk deretan bintik-bintik besar. Sisi samping dan bagian perut lebih pucat. Terdapat beberapa bintik samar di sebelah menyebelah tubuhnya. Wajah, kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala.
Hewan betina memiliki tiga pasang puting susu.
KEBIASAAN LUWAK
Luwak adalah salah satu jenis mamalia liar yang kerap ditemui di sekitar pemukiman dan bahkan perkotaan. Hewan ini amat pandai memanjat dan bersifat arboreal, lebih kerap berkeliaran di atas pepohonan, meskipun tidak segan pula untuk turun ke tanah. Luwak juga bersifat nokturnal, aktif di malam hari untuk mencari makanan dan lain-lain aktivitas hidupnya.
Dalam gelap malam tidak jarang Luwak terlihat berjalan di atas atap rumah, meniti kabel listrik untuk berpindah dari satu bangunan ke lain bangunan, atau bahkan juga turun ke tanah di dekat dapur rumah.Luwak juga menyukai hutan-hutan sekunder.
Luwak ini kerap dituduh sebagai pencuri ayam, walaupun tampaknya lebih sering memakan aneka buah-buahan di kebun dan pekarangan. Termasuk di antaranya pepaya, pisang, dan buah pohon kayu afrika (Maesopsis eminii). Mangsa yang lain adalah aneka serangga, moluska, cacing tanah, kadal serta bermacam-macam hewan kecil lain yang bisa ditangkapnya, termasuk mamalia kecil seperti tikus.
Di tempat-tempat yang biasa dilaluinya, di atas batu atau tanah yang keras, seringkali didapati tumpukan kotoran Luwak dengan aneka biji-bijian yang tidak tercerna di dalamnya. Agaknya pencernaan Luwak ini begitu singkat dan sederhana, sehingga biji-biji itu keluar lagi dengan utuh. Karena itu pulalah, konon Luwak memilih buah yang betul-betul masak untuk menjadi santapannya. Maka terkenal istilah kopi luwak dari Jawa, yang menurut ceritera dari mulut ke mulut diperoleh dari biji kopi hasil pilihan Luwak, dan telah mengalami ‘proses’ melalui pencernaannya!
Akan tetapi sesungguhnya ada implikasi ekologis yang penting dari kebiasaan musang tersebut. Luwak lalu dikenal sebagai pemencar biji yang baik dan sangat penting peranannya dalam ekosistem hutan.
Pada siang hari Luwak tidur di lubang-lubang kayu, atau jika di perkotaan, di ruang-ruang gelap di bawah atap. Hewan ini melahirkan 2-4 anak, yang diasuh induk betina hingga mampu mencari makanan sendiri.
Pemeliharaan LUWAK
Untuk menjaga kondisi kesehatan Luwak yang dipelihara maka kebersihan kandang harus tetap terjaga dimana secara rutin dilakukan pembersihan serta penyiraman kandang.
Berbeda dengan Luwak liar, kotoran Kopi Luwak liar yang lama berada di tanah sampai dengan proses pengumpulannya yang tidak terkontrol menyebabkan risiko berjamur lebih tinggi, sehingga mengakibatkan citarasa yang berkurang seperti antara lain bau tanah, bau apek (bulukan), dan rasa kopi menyengat.
Proses Pengolahan KOPI LUWAK
Proses selanjutnya dilakukan pengolahan metode standar antara lain ; pencucian, pengeringan biji, pengupasan kulit buah, pengupasan kulit tanduk, pendinginan, sortasi biji, penyangraian, penggilingan, penyimpanan serta pengemasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar