Bersaing dengan produsen kopi bubuk kemasan, PTPN 12 keteteran. BUMN ini memilih menjual citarasa.
Menanam itu mudah. Memasarkan, itu yang sulit. Ini dialami oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) 12. Biji kopi asal BUMN perkebunan yang berada di Jawa Timur ini banyak dibeli oleh produsen kopi bubuk kemasan. Namun, BUMN tak kuasa bila harus bersaing dengan mereka untuk memasarkan pupuk kopi kemasan.
PTPN 12 memilih untuk bertanding di lapangan berbeda dengan mereka. BUMN ini lebih menggenjot kopi luwak maupun kopi lanang yang citrarasanya lebih bagus daripada kopi biasa.
Sebenarnya, bisnis kopi di hilir sangat manis. Data Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), tahun ini produksi biji kopi diprediksi hanya 640 ribu ton. Kopi yang ditanam di lahan 1,2 juta hektar itu menurun akibat cuaca yang tak bersahabat.
Produksi menurun, ekspor biji kopi juga melorot. Data Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), ekspor biji kopi tahun lalu merosot hingga 30%. Namun, ekspor kopi bubuk justru naik. Saat ini ada empat produsen besar yang mengekspor produk kopi bubuk kemasan. Keempatnya adalah PT Santos Jaya Abadi, PT Mayora Indah Tbk, Prasidha Group, serta Bali Kopi.
Tahun lalu, keempat produsen kopi tersebut mampu mengekspor kopi bubuk sebesar 60 ribu ton atau naik 40% dari 2009. Bahkan, satu dari empat produsen itu mengekspor kopi bubuk kemasan sebanyak 16 ribu ton alias naik 15% dibanding 2009 sebesar 14 ribu ton. Adapun volume ekspor tiga pemain lainnya tidak jauh dari kisaran 16 ribu ton.
Umumnya, mereka mengekspor bubuk kopi ke Eropa. Selain itu, ada juga produsen yang membidik, Arab Saudi, Pakistan, Filipina dan Amerika Serikat.
Bubuk kopi yang paling diminati adalah kopi jenis arabika dan luwak. Di luar negeri, kopi yang menyasar segmen menengah atas ini dijual dengan harga lebih tinggi dibanding dengan di dalam negeri.
Ironinya, produsen kopi bubuk tersebut membeli kopi-kopi dari PT Perkebunan Nusantara 12. "Perusahaan kopi-kopi kemasan merek terkenal saja membeli bahan bakunya ke PTPN 12, bahkan salah satu kedai kopi kelas dunia yang juga membuka gerai di tanah air yang memasok kopinya adalah PTPN 12," ujar Gunarto Soetedjo, juru bicara PTPN XII.
BUMN ini juga sudah mengemas kopinya. "Rolas adalah merk untuk produk regular berupa kopi arabika, robusta dan teh celup. Sedangkan Rollaas adalah merk untuk produk-produk premium berupa kopi luwak dan teh putih," terang Gunarto.
Produk-produk tersebut dipasarkan, terutama di Jawa Timur. Di Surabaya, produk-produk PTPN 12 ini mudah ditemukan di supermarket-supermarket ternama di kota pahlawan itu. Selain produk kopi dan teh, PTPN XII juga memproduksi air minum dalam kemasan yang diberi nama AiRolas.
Agar produknya semakin dikenal masyarakat, PTPN 12 juga mendirikan beberapa cafe yang diberi nama Rollaas. "Ini adalah cara kita mengedukasi pasar. Kita coba menawarkan produk-produk yang murni baik itu berupa kopi atau teh," kata Gunarto.
Ke depan, cafe ini akan di kembangkan keluar Jawa Timur, yaitu Bandung dan Jakarta. Bahkan cafe di Bandung akan dibuka tahun ini.
Menjual Kualitas
Namun, jalan menuju kesetaraan produk hilir PTPN 12 secara nasional tidaklah mudah. Selain pola pikir bahwa PTPN 12 penjual bahan baku masih sangat kuat melekat, kontribusi produk-produk hilir PTPN 12 juga masih sangat kecil. Tahun 2010 lalu, kontribusi produk hilir hanya 0,84% atau di bawah 1%. Selain itu, dari segi distribusi, produk PTPN 12 sudah kalah duluan dari produk sejenis.
"Dari kita tidak ada masalah. Tapi, ketika kita ingin masok ke sebuah supermarket, mereka sudah punya ketentuan tersendiri kalau sudah ada produk sejenis mereka akan memikirkan dua kali untuk menerima produk kita," jelas Gunarto. Di samping itu, akibat bukan bisnis inti, promosinya juga tidak jor-joran seperti produk kompetitor.
Agar bisa bertahan, PTPN 12 berusaha untuk berbeda dengan kompetitor. "Kopi racikan kami adalah kopi murni. Produk kopi yang ada di pasar sekarang banyak yang sudah dicampur macam-macam, sehingga harga mereka bisa lebih murah," terang dia. Akibatnya, harga kopi PTPN 12 lebih tinggi dibanding yang ada di pasar.
Tak hanya itu. PTPN 12 juga memproduksi kopi luwak dan kopi lanang. Kopi luwak adalah kopi yang dipilih dan dimakan oleh luwak atau musang. Luwak memilih buah kopi yang mempunyai tingkat kematangan tertentu berdasarkan rasa dan aroma. Biji kopi yang masih terbungkus kulit yang keras tersebut tidak hancur dalam proses pencernaan luwak.
Permintaan kopi luwak dunia sebanyak 8 juta ton. Namun, PTPN 12 hanya mampu memproduksi kopi luwak sebesar 2 ton per tahun. Sebanyak 1,6 ton diekspor ke berbagai Negara, seperti Rumania, Jerman, Kanada, Korea, dan Jepang. Sisanya sebanyak 0,4 ton untuk pasar dalam negeri.
Selain kopi luwak, PTPN 12 juga mengembangkan kopi lanang.Lanang adalah bahasa Jawa atau dalam bahasa Indonesia adalah laki-laki. Produk ini berasal dari kopi jenis robusta tunggal dan bulat yang jumlahnya tidak sebanyak bijih kopi yang terbelah dua dan lebih lonjong. Untuk memperoleh kopi lanang, melalui proses yang tidak mudah karena harus melalui penyortiran biji kopi.
PTPN XII sudah memproduksi kopi Lanang dalam kemasan. Produk-produk yang dihasilkan dari pabrik pengolahan kopi di Banyuwangi itu sudah dijual diberbagai toko dan supermarket di daerah Banyuwangi dan sekitarnya.
Mimpi PTPN 12 untuk menjadi pemimpin pasar kopi bubuk kemasan di Indonesia dan dunia, tidak berlebihan. BUMN ini memiliki beberapa keunggulan produk, yakni kopi atau teh dihasilkan dari perkebunan sendiri, dikelolah sendiri, dan dipasarkan sendiri. Seharusnya, bisa lebih efisien.
Oleh : GAPMMISumber : bumntrack.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar