Beberapa cafe di Jakarta sedang demam metode pour over atau kopi drip sebagai salah satu bentuk penyajian kopi yang mulai digemari di sini. French press memang cukup praktis, tapi tetap harus dibersihkan agar dapat digunakan kembali dengan sedikit resiko pecah bila tak hati2, tapi menyeduh dengan Hario Drip hanya tinggal membuang ampas kopi beserta filter kertasnya. Hanya saja, persiapannya sedikit memerlukan ketelitian karena beberapa rasio kopi dan air harus diukur dan ditimbang secara akurat. Cobalah dan rasakan bagaimana aroma kopi yang intense sejak proses pre inufusion berlangsung hingg air dituangkan dengan
metode yang menjadi salah satu yang dibawa oleh third wave movement. “Ready to cup Joe”
Selain alat penggiling kopi atau grinder, alat yang hampir selalu disebut disemua artikel di blog karena posisinya yang sangat fundamental, kita bisa membeli coffee drip di berbagai toko kopi. Terdapat berbagai macam merek, semuanya punya kelebihan dan kekurangan masing2 terutama dari segi kualitas bahan. Tapi sehari-hari saya tetap menggunakan merek Hario manakala ingin menyeduh kopi dengan metode ini. Sayang Hario yang berbahan keramik belum dijual di Indonesia, padahal selain lebih kokoh, material ini bisa menyimpan panas lebih lama dibanding dengan acrylic seperti model V60.
Drip harus dilengkapi dengan filter kertas, ada yang warna putih (sudah di bleach) dan kekuningan (non bleach). Walau tidak di bleach atau diberikan zat kimia untuk pemutih, kertas tetap harus dibilas dengan air panas pada saat tahap persiapan nanti.
Ketiga dan tak kalah penting adalah timbangan digital, bisa didapatkan ditoko alat dan bahan kue dengan merek Tanita, Heles, dan Acis, dengan rentang harga 300-500 ribu, kecuali merek Digi Scale yang harganya satu juta ke atas. Mengapa perlu timbangan digital? Beberapa prosedur menyeduh kopi dengan pour over ada yang menggunakan sistem berat dan tentu saja harus diukur dengan sebuah timbangan.
Bersama Mirza dan pasangannya, Adi W. Taroperatjeka beserta istri Mia, kami mecoba metode ini dengan stand khusus yang dibuat oleh Adi. Terbuat dari stainless steel dengan ukuran panjang 51 cm x 20cm lebar, dan tinggi 25cm, dibuat khusus untuk para klien perusahaannya “Secangkir Kopi” dan juga untuk umum dengan harga 1.8 juta.
Ketiga dari kami punya sedikit metode yang berbeda terutama dalam masalah rasio jumlah kopi dan air, berikut cara pengukurannya. Mirza dan saya menggunakan timbangan digital sedangkan Adi dengan gelas ukur. Apapun caranya, acara kumpul ngopi dadakan ini berlangsung hingga jam 2 pagi sambil mencoba Black Cat Espresso dari Inteligentsia Coffee, kopi ganteng yang rasanya selalu membuat takjub, apapun metode seduhnya.
Selanjutnya, saya menunggu cafe-cafe lainnya di Jakarta dan kota-kota untuk menggunakan metode ini. Berani coba ?
www.cikopi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar