Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengimbau warga Jabar untuk mengonsumsi teh dan kopi hasil pertanian dan olahan Jabar. Hal itu menurutnya untuk membentuk budaya mata pencaharian. Heryawan mengatakan, pendekatan budaya dapat diterapkan di seluruh bidang pembangunan, termasuk pertanian.
"Di bidang pertanian, dengan mengolah pertanian, mulai dari menanam, mengolah oleh masyarakat Jabar. Lalu dibeli dan dibudayakan untuk dikonsumsi oleh masyarakat kita, itu namanya budaya mata pencaharian," ujar Heryawan saat ditemui dalam acara Dialog Interaktif Nilai Sunda dan Pameran Batik Jabar di Kantor BI Bandung Jalan Braga, Jumat (20/5/2011).
Ia mencontohkan, pada komoditas teh dan kopi saat ini masih banyak hasil pertanian Jabar yang dikirim ke luar negeri dalam bentuk mentah untuk diolah diluar.
"Kalau teh atau kopi diekspor mentah-mentah ke luar negeri, maka jam kerjanya jadi milik luar, yang bekerjanya juga orang luar negeri," katanya.
Karena itu ia berharap, warga Jabar dapat lebih menghargai hasil komoditas asli Jabar sebagai bentuk budaya yang dapat menguntungkan warga Jabar sendiri.
"Oleh karena itu masyarakat harus diajak berfikir, marilah kita olah kopi disini, jual disini dan makannya disini. Sisanya baru diekspor," katanya.
Ia mencontohkan, kopi hasil produksi Jabar oleh petani dijual mengkonsumsi dijual 10 ribu sementara setelah dikirim dalam bentuk mentah kemudian menjadi kopi untuk kebutuhan coffee shop maka harga pergelasnya bisa mencapai Rp 70 ribu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar