Senin, 23 Mei 2011

INDONESIA BERPELUANG PENUHI KEBUTUHAN KOPI DUNIA

Medan, 21/7/2010 (Kominfo-Newsroom) Indonesia berpeluang besarmemenuhi kebutuhan kopi spesial dunia yang sudah mencapai 3,5 jutaton per tahun, mengingat selain sebagai negara produsen terbesarkeempat dunia, Indonesia juga memiliki kopi dengan rasa dan aroma khas.

“Indonesia saat ini baru mampu memasok sekitar dua persen atau68.500 ton dari sekitar 3,5 juta ton permintaan pasar. Padahalpotensinya sangat besar, karena ada beberapa jenis kopi spesialseperti Gayo dari Aceh dan beberapa jenis dari Sumut,” kataOperations Officer International Finance Corporation (IFC) RahmadSyakib di Medan, Selasa (20/7).

Dia berbicara di sela pengenalan proyek IFC dan PT Indo CafCosekaligus peluncuran VCD/DVD yang berisikan tentang praktik-praktikpertanian yang baik dan berkelanjutan dalam perkebunan kopi yangdihadiri petani, pengurus Asosiasi Pengusaha Kopi Indonesia (AEKI)Sumut, pejabat pemerintah provinsi dan kota/kabupaten se-Sumut.

Peluang itu semakin jelas terlihat karena sejumlah pabrikan kopiternama dunia tetap menjadikan bahan campuran utama jenis kopi Indonesia ke dalam produk kopi yang dihasilkan.

Melihat peluang pasar yang besar sekaligus bisa untukmeningkatkan pendapatan petani, IFC bekerja sama dengan PT IndoCafCo menjalankan program pelatihan dan praktik sekaligus membuatkebun percontohan serta membangun laboratorium kopi untuk petani diSumatera Utara.

Pelatihan itu sendiri tidak menjurus langsung ke jenis spesial (khusus) melainkan secara umum, dimana secara nasional dariproduksi 600.000 ton biji hijau per tahun, dan 85-90 persendiantaranya berupa robusta dan 10-13 persen arabika.

Di Sumut sendiri, komposisi produksi kopi justru terbalik,dimana yang terbesar berupa arabika.
Sustainability & Farmers Support Manager PT Indo CafCoEdouard Bault mengakui, permintaan kopi spesial semakin tinggisejalan dengan perekonomian konsumen yang semakin meningkat dinegara-negara produsen.
“Apalagi tren minum kopi di dunia semakin kuat. Selain kopi spesial, permintaan kopi juga menjurus ke jenis organik karena isu lingkungan, sehingga masalah sertifikasi juga menjadi salah satu yang serius yang harus dihadapi negara produsen kopi termasuk Indonesia,” katanya.

Sekretaris AEKI Sumut Saidul Alam mengatakan, sebenarnya padaumumnya kopi Indonesia khususnya juga di Sumut adalah kopi spesial karena ditanam di daerah kawasan gunung berapi.
Namun karena sebagian besar tanaman kopi itu milik petani yangcenderung membutuhkan dana cepat, prosesnya menjadi asal-asalansaja sehingga kualitasnya tidak maksimal.
Petani semakin enggan menekuni bisnis kopi spesial itu karenanyatanya harga jualnya tidak terlalu jauh berbeda dengan kualitasnon-spesial.

Harga jual yang tidak jauh berbeda itu bukan karena ulahpedagang semata, tetapi memang faktanya importir tetap menawarkanharga jual yang lebih murah ketimbang produk yang dihasilkan negaralain.
“Sebenarnya itu yang harus disepakati petani, pedagang,eksportir dan importir supaya petani bisa memenuhi kebutuhan duniayang memang tren ke jenis kopi spesial atau bermutu,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar