Rabu, 22 Juni 2011

Pengembangan kopi arabika butuh 8 juta bibit


JAKARTA (Bisnis.com): Pusat penelitian kopi dan kakao (Puslitkoka)
menyatakan pengembangan kopi arabika yang saat ini mencapai luas 5.000
hektare membutuhkan bibit sebanyak 8 juta.

Direktur Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Teguh Wahyudi menyatakan untuk
setiap 1 hektare lahan dibutuhkan 1.600 bibit pohon. “Untuk pembuatan
benih sekaligus persiapannya membutuhkan waktu lebih kurang 11 bulan,”
ujarnya di Jakarta hari ini.

Dia mengatakan yang penting adalah upaya menyiapkan klon unggul untuk
komoditas kopi ini, karena mencarinya dan cocok untuk dikembangkan untuk
wilayah tertentu tidak mudah. Dia mengatakan kopi menjadi spesial
karena pengaruh jenis lahan, ketinggian dimana komoditas ini tumbuh,
cara pengelolaan tanaman, dan lingkungan.

Menurut dia, tanaman kopi di Indonesia sudah berumur lebih dari 25
tahun. Teguh mengungkapkan kopi spesial asal Indonesia memiliki konsumennya
tersendiri. Dia mencontohkan untuk kopi Toraja banyak diminati oleh
konsumen Jepang, sementara kopi Luwak selain juga diminati oleh
masyarakat negeri Sakura itu, juga diminati oleh masyarakat Korea.
Dia mengatakan di Indonesia terdapat 10 jenis kopi spesial, sementara di
negara lain hanya memiliki maksimal dua jenis kopi spesial.
Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi menyatakan Indonesia saat ini
sedang berupaya untuk melebarkan sayap pemasaran kopi ke China. Dia
mengatakan konsumen China banyak menyukai kopi spesial jenis Toraja,
Mandailing, dan Gayo. “Pasar di China sangat besar mencapai 350 juta
orang. Yang kami bidik adalah konsumen usia muda,” katanya.
Dia mengatakan prospek ekspor kopi asal Tanah Air ke negeri itu mencapai
50.000 ton. Dia mengatakan sebagai upaya untuk memperluas pasar, untuk
sisi hulu, Kementerian Pertanian berupaya untuk mengingkatkan produksi
kopi.

Bayu menyatakan pada 2010, kopi spesial menjadi salah satu target
pengembangan dan peningkatan produksi. Dia mengatakan saat ini terdapat
tujuh sentra produksi kopi, a.l. Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatra
Utara, Sulawesi Selatan, Bali, Flores, Jawa, dan Papua. Tujuh sentra
produksi ini berada di lahan seluas 5.323 hektare.
Bisnis mencatat saat ini produksi kopi di Tanah Air mencapai 600.000 ton
-700.000 ton. Dari total produksi tersebut, produksi kopi spesial jenis
kopi arabika hanya 53.000 ton, sedangkan mayoritas berupa kopi robusta.
Bayu menyatakan keterbatasan produksi kopi arabika karena luas
pengembangan yang masih terbatas. Dari 1,3 juta lahan kopi, areal yang
digunakan untuk penanaman kopi robusta mencapai 1,02 juta hektare
sementara untuk arabika hanya 263.000 hektare.
Masalah lain yang ditemui saat ini, tambahnya, kopi arabika hanya
diproduksi pada lahan dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan
laut dengan produktivitas hanya 1 ton  per hektare, sementara untuk
robusta dapat mencapai 2 ton per hektare.(msw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar