Sebagaimana kita ketahui, kopi adalah salah satu komoditas andalan Jateng. Biji kopi kering produk Jateng banyak diminati pasar Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat karena aroma khasnya, yang di pasar Internasional dikenal dengan nama java coffee.
Data Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jateng menyebutkan bahwa ekspor kopi kering tahun 2009 mencapai 12.500 ton (setara 21 juta dolar AS), angka yang tidak sedikit.
Total produksi komoditas kopi di Jateng pada 2008 sebanyak 15.860,31 ton dan 2009 sebanyak 16.177,51 ton. Diprediksi panen 2010 sebanyak 17.309,93 ton, terdiri atas jenis arabika (1.384,79 ton), robusta (14.021,04 ton), dan ekselsa (1.904,10 ton).
Potensi usaha tani kopi tersebar pada 16 kabupaten dan melibatkan 182.333 petani. Dengan nilai ekspor yang cukup tinggi, tentunya awam mengira keuntungan terbesar tetap di tangan eksportir, pedagang, dan tengkulak. Sementara share untuk petani kopi sendiri belumlah memadai.
Berbagai upaya telah dilakukan Pemprov Jateng untuk menyejahterakan petani. Antara lain yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi adalah membangun Trading House Kopi Sindoro-Sumbing di Jalan Raya Temanggung-Wonosobo pada 2005.
Lokasi tepatnya di Kledung Pass kawasan padat wisata, Desa/Kecamatan Kledung, Temanggung, di atas tanah milik pemkab seluas 5.000 m2. Warung dan beberapa stan terbuka di sana, tidak hanya menjual minuman kopi dan teh, tapi juga sampel kopi se-Jateng.
Fasilitas itu juga jadi tempat promosi dan penjualan ritel berbagai kualitas, merek, jenis, dan produk kopi olahan yang dihasilkan oleh kelompok tani dan industri kecil penghasil kopi bubuk di provinsi ini, juga untuk memperkenalkan 30 macam ramuan campuran minuman kopi misalnya kopi jahe gingseng, kopi susu purwoceng, aray kopi gula merah. Pada perkembangan selanjutnya, di Trading House itu ada sampel-sampel produk teh.
Trading House yang sehari-harinya dikelola pengurus Asosiasi Petani Kopi Indonesia (Apeki) DPD Jateng juga jadi arena bertemunya petani kopi se-Jateng, petani dan pedagang, bahkan petani dengan AEKI. Sudah banyak kesepakatan yang dihasilkan dan karena keberhasilan fasilitas itu, maka pada tahun anggaran 2008 dibangun lagi Trading House Kopi Gunung Kelir di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, tepatnya 2 km setelah Rawa Pening. Ke depan sedang dijajaki lagi lokasi baru yang strategis untuk dibangun trading house kopi produk rakyat.
Sebelum ada Trading House Kopi Sindoro-Sumbing, mata ratai perdagangan kopi cukup panjang. Sebagaimana terjadi turun-temurun, petani kopi jarang bertemu langsung pedagang besar, apalagi eksportir. Petani hanya berhubungan dengan pedagang kecil atau tengkulak. Tengkulak kemudian menjual kepada pedagang besar atau pengepul, baru kemudian produk itu sampai ke tangan eksportir.
Langsung Bertemu Namun dengan trading house itu, petani bisa langsung bertemu dengan eksportir yang tergabung dalam AEKI. Ini tentu memendekkan mata rantai tata niaga. Biasanya petani menjual kopi wose (berwujud seperti beras-Red) Rp 16.000/kg kepada tengkulak, dan tengkulak menjual Rp 17.000-Rp 18.000/kg kepada pedagang besar/pengepul, baru sampai ke tangan eksportir dengan harga Rp 19.000-Rp 20.000/kg.
Lain halnya jika petani-eksportir bertemu di trading house. Petani bisa menawarkan harga kopi wose Rp 17.000-Rp 18.000/kg langsung kepada eksportir. Maka baik petani maupun eksportir sama-sama untung besar.
Selisih Rp 2.000/kg, misalnya bukanlah nominal kecil jika komoditas yang dijual itu dalam hitungan ton. Tak hanya itu di arena trading house yang dikelola Apeki Jateng tersebut, eksportir juga bisa berkomunikasi secara langsung dengan petani sehingga keinginan eksportir bisa langsung disampaikan.
Agar produk kopi dapat lestari dan kualitasnya sesuai dengan permintaan pasar, maka Disbun Jateng akan meningkatkan kemitraan antara petani dan eksportir melalui hubungan yang saling menguntungkan, yakni dengan cara/sistem rayonisasi atau pembagian wilayah.
Setiap eksportir diharapkan dapat bermitra dengan petani di wilayah tertentu, baik dalam pembelian produk, pembinaan petani maupun teknik budidaya dan pascapanen yang dapat menghasilkan produk sesuai permintaan pasar. Eksportir diharapkan dapat membagikan atau memberikan bibit kopi yang baik kepada petani, membantu sarana produksi. (10)
http://suaramerdeka.com
They've come a long, long way from the farm to you. delicious coffee bean... fadilprojectkopi@gmail.com
Rabu, 29 Juni 2011
Jumat, 24 Juni 2011
Import Genius
http://www.importgenius.com
http://www.importgenius.com/shipments/indokom-citrapersada.html
http://www.importgenius.com/shipments/indokom-citrapersada.html
OCEAN BILL OF LADING
Import Genius
BILL OF LADING
COPY
NON-NEGOTIABLE
NON-NEGOTIABLE
BILL OF LADING NO.
MAEU503040469
SHIPPER
INDOKOM CITRAPERSADA
JL. IR. SUTAMI KM. 9, BANDAR LAMPUNG, INDONESIA 62
JL. IR. SUTAMI KM. 9, BANDAR LAMPUNG, INDONESIA 62
CONSIGNEE
KRAFT FOODS NORTH AMERICA.
555 SOUTH BROADWAY TARRYTOWN NY 10591 914-425-2500
555 SOUTH BROADWAY TARRYTOWN NY 10591 914-425-2500
NOTIFY PARTY
VOYAGE NO.
00167
VESSEL NAME
MAERSK LINE
ARRIVAL DATE
2006-01-18
PORT OF LOADING
HONG KONG
PORT OF DISCHARGE
MIAMI
DECLARATION OF GOODS
EQUIVALENT TO 1750 BAGS OF SHIPPER DECLARED CLEAN GREEN COFFEE INDONESIA (EK-1 GR. 4) IN BULK FOR ANY LIMITATION OF LIABILITY PURPOSES - MSL-FILING NO. CAM00447 - NETT WEIGHT : 105.000 KGS NETT - TARIFF CODE NO. 090111 - MHCC NO. 0305MMVN0091
Particulars (1)
CONTAINER NO. | QTY. | MARKS (2) | CARGO WEIGHT | COUNTRY OF ORIGIN |
| 0 | 15/1366/34 VJ. 27.827-REF. 7667 CP. 1695.679-3 15/1366/34 VJ. 27.827-REF. 7667 CP. 1695.679-3 15/1366/34 VJ. 27.827-REF. 7667 CP. 1695.679-3 15/1366/34 VJ. 27.827-REF. 7667 | 105045 KG | HONG KONG |
(NOTES)
(1) As declared by Shipper and not acknowledge by Carrier
(2) Said to contain
SIGNED BY/ON BEHALF OF CARRIER 3
SABANI INTERNASIONAL - wholesale coffee for Indonesia market
PT. SABANI INTERNASIONAL
Puri Sentra Niaga Blok A9, Jl. Raya Kalimalang
Phone. +6221 860 7735, Fax. +6221 860 1338
Jakarta 13620 - INDONESIA
http://www.sabani.com
Puri Sentra Niaga Blok A9, Jl. Raya Kalimalang
Phone. +6221 860 7735, Fax. +6221 860 1338
Jakarta 13620 - INDONESIA
http://www.sabani.com
Mengenal Lebih Dalam Indokom Citra Persada
cikopi.com
Saimi Saleh (51) bukan hanya senang dikritik oleh petani kopi binaannya, dimarahipun ia akan menerimanya dengan senang hati. Baginya keterbukaan yang disertai kejujuran terutama adalah hal penting dalam menjalankan roda bisnis ekspor kopinya ke mancanegara. Tidak mudah menemui Saimi, kedudukannya sebagai pimpinan puncak Indokom Citra Persada salah satu eksportir kopi terbesar di Indonesia membuatnya harus berburu dengan waktu. Hari ini di Jember, esok sudah harus terbang ke Jakarta, lalu ke Makasar demikian seterusnya. Jadi saat Temu Lapang Kopi di Jember kemarin kebetulan kami berdua bisa berbincang walau waktunya tidak terlalu panjang atas jasa Syafrudin dari PT Sabani Internasional yang mengenalkan saya kepada beliau.

Sebenarnya bila berbicara bisnis kopi, keluarga besar Saimi telah “menggoreng” kopi sejak beberapa generasi. Tapi ia mulai meneguhkan masa depannya dibidang ini sejak tahun 1986 saat Saimi banting setir menjadi “penjual” biji kopi setelah menghentikan kuliahnya karena kepepet masalah biaya dan mengalah untuk adik-adiknya. Sebuah keputusan yang kelak mengubah jalan hidupnya hingga sekarang. Di tahun 1996 ia mulai terjun ke bisnis eksport kopi dan mendirikan perusahaan pertamanya di Propinsi Lampung dan setahun kemudian di Sidoarjo, Jawa Timur. Sekarang Indokom Citra Persada adalah salah satu perusahaan eksportir kopi terbesar di Indonesia yang membawahi sekian anak perusahaan termasuk pengemasan udang beku, juga di Sidoarjo.
Saat mengikuti kegiatan Temu Lapang Kopi di Jember, pria kelahiran Belitang, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan ini menyitir akan pentingnya lembaga ini. “ICCRI (Puslit Koka) mulai dipercaya pasar dan bukan sepenuhnya alat pemerintah lagi. Kelak saya membayangkan, Puslit akan berada di setiap pelabuhan ekspor untuk mendukung industri perkopian kita” ujarnya. Sebagai informasi, Indokom-lah yang menjadi salah satu mitra bisnis para petani Bondowoso yang baru saja merasakan berkah ekspor kopinya ke negara Swiss setelah setengah tahun sebelumnya di gembleng oleh Puslit Koka.
Saimi mungkin pengusaha langka atau setidaknya dianggap aneh oleh banyak pengusaha lain. Sementara orang mengumpulkan uang dari penjualan benih kopi ia justru membagikannya secara cuma-cuma kepada petani di berbagai wilayah Indonesia. Bayangkan saja, sejak tahun 2005 ia sudah menebar 10 juta bibit untuk para petani. Bila satu bibit kopi di pasaran berharaga 2000, Anda tinggal mengalikannya saja.
Mengapa ia ingin berbagi ? Saimi meyakini betul bahwa agro industri adalah masa depan bangsa ini, sebuah bisnis yang terbukti tahan terhadap krisis. “Selama manusia membutuhkan makanan, maka selama itu pula bisnis ini akan berkembang dan kopi adalah industri yang padat karya dan bisa mengatasa masalah kemiskinan” yakinnya.

“Coba bayangkan potensi negeri ini, di Indonesia terdapat 6 juta hektar tanah yang berada di atas ketinggian 1000 meter yang cocok untuk kopi arabika. Lalu 9 juta hektar tanah yang belum digarap dan berada di antara ketinggian 400-1000 meter untuk kopi robusta. Jadi total tanah yang siap digarap sebanyak 15 juta hektar untuk kedua jenis kopi ini. Katakanlah kita menanami lahan untuk kopi arabika yang enam juta hektar itu dengan penghasilan rata-rata sekitar 160 juta per hektar. Belum ditambah susu, kayu, rempah, madu, yang bisa kita hasilkan pada perkebunan tersebut. Kira-kira US$ 20 ribu per hektar dikali 6 juta, sekitar 120 milyar dolar. Itu baru dari kopi arabika, belum robusta. Satu atau dua dekade ke depan, bangsa kita tidak akan lagi mengemis ke negara maju” kata Saimi bersemangat.
Prinsip berbagi bagi korporasi besar yang diterapkan melaui program tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) mungkin masih jauh dengan apa yang telah dilakukan Saimi yang baru saja menghentikan kebiasaan merokoknya. Buatnya, membagikan bibit kopi hanya salah satu caranya dalam merangkul para petani untuk maju bersama perusahaannya. Upaya lain adalah dengan membagikan alat pengupas biji kopi atau pulper kepada para petani tanaman kopi ini. Walaupun jumlahnya masih puluhan, alat ini sangat membantu petani dalam melakukan olah basah atau wet processing demi perbaikan kualitas biji kopi yang mereka hasilkan. Bukan hanya gratis, petani malah boleh menjual hasil panennya kepada pihak lain karena Saimi tidak mewajibkan mereka untuk menjalin kontrak jual beli dengan Indokom. Tapi bila mereka ingin menjualnya kepada Indokom, maka Saimi berkewajiban membelinya.
Saimi juga berkeinginan agar Indonesia lebih banyak memproduksi kopi arabika karena harganya yang lebih tinggi. “Kalau bisa 70:30 antara arabika dan robusta” ujarnya. Pembicaraan yang hangat sayangnya harus diakhiri karena Saimi harus segera menghadiri acara lain, tapi saya diundang untuk mengunjungi fasilitas eksport mereka di kawasan Buduran, Sidoarjo di hari Jumat tanggal 17 Juni dan bertemu adik kandungnya, Asnawi Saleh.

Di fasilitas pengolah kopi di Sidoarjo kami ditemui Asnawi yang mengajak kami berkeliling melihat gudang dan tempat pengolahan biji kopi mereka di lahan seluar dua hektar. Asnawi, bapak dari dua anak, lulusan Teknik Sipil salah satu Perguruan Tinggi di kota Malang menjelaskan proses dari penerimaan biji kopi mentah yang dikirim melalui kontainer dan truk ke Indokom, pengambilan sampel untuk pemeriksaan kualitas, pengolahan, sortir, hingga siap diekspor ke berbagai negara.
Saat ini menurut Asnawi, perusahaannya membina sekitar 8 ribuan petani terutama di kawasan Flores, Bali, Jawa Barat dan sebagian di Jawa Timur seperti daerah Bondowoso. Dari para petani tersebut, Indokom berhasil mengumpulkan sekitar 88 ribu ton per tahun dengan komposisi terbanyak untuk kopi jenis arabika sebesar 60% dan sisanya robusta, tapi jumlahnya bisa berubah tergantung musim panen.

Jangan khawatir dengan jumlah sekian ton yang mereka distribusikan keberbagai negara karena Indokom tetap mendukung pengembangan kopi di tanah air terutama cafe-cafe yang banyak bertebaran. Mereka bisa membeli kopi kualitas ekspor melalui anak perusahaannya PT Sabani Internasional, tentu saja dengan minimum order per karung atau 60 kilogram. Saat ini pasar terbesar mereka tersebar di Amerika, Eropa, Australia, dan Jepang, selain tetap memenuhi permintaan di dalam negeri.
Sebagai penggemar kopi robusta, Asnawi paham lansekap politik ekonomi dibalik buruknya kualitas kopi jenis ini. Jangan mengasumsikan bahwa kopi robusta itu punya rasa yang inferior dibandingkan dengan arabika. “Bila diolah dengan baik, kopi robusta bisa menghasilkan rasa yang tak kalah dengan arabika” kata Saimi. Sebuah pendapat yang saya benarkan setelah diajak cupping lalu mencoba kopi robusta unggulan mereka yang diseduh dengan mesin espresso. “Beda bukan rasanya? Saimi bertanya kepada kami. Untuk pertama kalinya saya merasakan espresso dengan 100% robusta, aroma dan flavor yang seakan sulit dibedakan dengan arabika. “Kopi robusta inilah yang dihargai tinggi di pasar komoditas New York” dan saya mengamini perkataan Asnawi.

Kunjungan ini hanya berlangsung beberapa jam saja, tapi kami belajar banyak dari Saimi dan Asnawi, bukan hanya tentang seluk beluk eksport kopi. Tapi yang terpenting adalah sebuah etika bisnis yang tidak sebatas jargon belaka, mereka sudah melakukannya sejak lama khususnya bagi para petani kopi dengan apa yang bisa mereka berikan.


PT Sabani Internasional
Saimi Saleh (51) bukan hanya senang dikritik oleh petani kopi binaannya, dimarahipun ia akan menerimanya dengan senang hati. Baginya keterbukaan yang disertai kejujuran terutama adalah hal penting dalam menjalankan roda bisnis ekspor kopinya ke mancanegara. Tidak mudah menemui Saimi, kedudukannya sebagai pimpinan puncak Indokom Citra Persada salah satu eksportir kopi terbesar di Indonesia membuatnya harus berburu dengan waktu. Hari ini di Jember, esok sudah harus terbang ke Jakarta, lalu ke Makasar demikian seterusnya. Jadi saat Temu Lapang Kopi di Jember kemarin kebetulan kami berdua bisa berbincang walau waktunya tidak terlalu panjang atas jasa Syafrudin dari PT Sabani Internasional yang mengenalkan saya kepada beliau.
Sebenarnya bila berbicara bisnis kopi, keluarga besar Saimi telah “menggoreng” kopi sejak beberapa generasi. Tapi ia mulai meneguhkan masa depannya dibidang ini sejak tahun 1986 saat Saimi banting setir menjadi “penjual” biji kopi setelah menghentikan kuliahnya karena kepepet masalah biaya dan mengalah untuk adik-adiknya. Sebuah keputusan yang kelak mengubah jalan hidupnya hingga sekarang. Di tahun 1996 ia mulai terjun ke bisnis eksport kopi dan mendirikan perusahaan pertamanya di Propinsi Lampung dan setahun kemudian di Sidoarjo, Jawa Timur. Sekarang Indokom Citra Persada adalah salah satu perusahaan eksportir kopi terbesar di Indonesia yang membawahi sekian anak perusahaan termasuk pengemasan udang beku, juga di Sidoarjo.
Saat mengikuti kegiatan Temu Lapang Kopi di Jember, pria kelahiran Belitang, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan ini menyitir akan pentingnya lembaga ini. “ICCRI (Puslit Koka) mulai dipercaya pasar dan bukan sepenuhnya alat pemerintah lagi. Kelak saya membayangkan, Puslit akan berada di setiap pelabuhan ekspor untuk mendukung industri perkopian kita” ujarnya. Sebagai informasi, Indokom-lah yang menjadi salah satu mitra bisnis para petani Bondowoso yang baru saja merasakan berkah ekspor kopinya ke negara Swiss setelah setengah tahun sebelumnya di gembleng oleh Puslit Koka.
Saimi mungkin pengusaha langka atau setidaknya dianggap aneh oleh banyak pengusaha lain. Sementara orang mengumpulkan uang dari penjualan benih kopi ia justru membagikannya secara cuma-cuma kepada petani di berbagai wilayah Indonesia. Bayangkan saja, sejak tahun 2005 ia sudah menebar 10 juta bibit untuk para petani. Bila satu bibit kopi di pasaran berharaga 2000, Anda tinggal mengalikannya saja.
Mengapa ia ingin berbagi ? Saimi meyakini betul bahwa agro industri adalah masa depan bangsa ini, sebuah bisnis yang terbukti tahan terhadap krisis. “Selama manusia membutuhkan makanan, maka selama itu pula bisnis ini akan berkembang dan kopi adalah industri yang padat karya dan bisa mengatasa masalah kemiskinan” yakinnya.
“Coba bayangkan potensi negeri ini, di Indonesia terdapat 6 juta hektar tanah yang berada di atas ketinggian 1000 meter yang cocok untuk kopi arabika. Lalu 9 juta hektar tanah yang belum digarap dan berada di antara ketinggian 400-1000 meter untuk kopi robusta. Jadi total tanah yang siap digarap sebanyak 15 juta hektar untuk kedua jenis kopi ini. Katakanlah kita menanami lahan untuk kopi arabika yang enam juta hektar itu dengan penghasilan rata-rata sekitar 160 juta per hektar. Belum ditambah susu, kayu, rempah, madu, yang bisa kita hasilkan pada perkebunan tersebut. Kira-kira US$ 20 ribu per hektar dikali 6 juta, sekitar 120 milyar dolar. Itu baru dari kopi arabika, belum robusta. Satu atau dua dekade ke depan, bangsa kita tidak akan lagi mengemis ke negara maju” kata Saimi bersemangat.
Prinsip berbagi bagi korporasi besar yang diterapkan melaui program tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) mungkin masih jauh dengan apa yang telah dilakukan Saimi yang baru saja menghentikan kebiasaan merokoknya. Buatnya, membagikan bibit kopi hanya salah satu caranya dalam merangkul para petani untuk maju bersama perusahaannya. Upaya lain adalah dengan membagikan alat pengupas biji kopi atau pulper kepada para petani tanaman kopi ini. Walaupun jumlahnya masih puluhan, alat ini sangat membantu petani dalam melakukan olah basah atau wet processing demi perbaikan kualitas biji kopi yang mereka hasilkan. Bukan hanya gratis, petani malah boleh menjual hasil panennya kepada pihak lain karena Saimi tidak mewajibkan mereka untuk menjalin kontrak jual beli dengan Indokom. Tapi bila mereka ingin menjualnya kepada Indokom, maka Saimi berkewajiban membelinya.
Saimi juga berkeinginan agar Indonesia lebih banyak memproduksi kopi arabika karena harganya yang lebih tinggi. “Kalau bisa 70:30 antara arabika dan robusta” ujarnya. Pembicaraan yang hangat sayangnya harus diakhiri karena Saimi harus segera menghadiri acara lain, tapi saya diundang untuk mengunjungi fasilitas eksport mereka di kawasan Buduran, Sidoarjo di hari Jumat tanggal 17 Juni dan bertemu adik kandungnya, Asnawi Saleh.
Di fasilitas pengolah kopi di Sidoarjo kami ditemui Asnawi yang mengajak kami berkeliling melihat gudang dan tempat pengolahan biji kopi mereka di lahan seluar dua hektar. Asnawi, bapak dari dua anak, lulusan Teknik Sipil salah satu Perguruan Tinggi di kota Malang menjelaskan proses dari penerimaan biji kopi mentah yang dikirim melalui kontainer dan truk ke Indokom, pengambilan sampel untuk pemeriksaan kualitas, pengolahan, sortir, hingga siap diekspor ke berbagai negara.
Saat ini menurut Asnawi, perusahaannya membina sekitar 8 ribuan petani terutama di kawasan Flores, Bali, Jawa Barat dan sebagian di Jawa Timur seperti daerah Bondowoso. Dari para petani tersebut, Indokom berhasil mengumpulkan sekitar 88 ribu ton per tahun dengan komposisi terbanyak untuk kopi jenis arabika sebesar 60% dan sisanya robusta, tapi jumlahnya bisa berubah tergantung musim panen.
Jangan khawatir dengan jumlah sekian ton yang mereka distribusikan keberbagai negara karena Indokom tetap mendukung pengembangan kopi di tanah air terutama cafe-cafe yang banyak bertebaran. Mereka bisa membeli kopi kualitas ekspor melalui anak perusahaannya PT Sabani Internasional, tentu saja dengan minimum order per karung atau 60 kilogram. Saat ini pasar terbesar mereka tersebar di Amerika, Eropa, Australia, dan Jepang, selain tetap memenuhi permintaan di dalam negeri.
Sebagai penggemar kopi robusta, Asnawi paham lansekap politik ekonomi dibalik buruknya kualitas kopi jenis ini. Jangan mengasumsikan bahwa kopi robusta itu punya rasa yang inferior dibandingkan dengan arabika. “Bila diolah dengan baik, kopi robusta bisa menghasilkan rasa yang tak kalah dengan arabika” kata Saimi. Sebuah pendapat yang saya benarkan setelah diajak cupping lalu mencoba kopi robusta unggulan mereka yang diseduh dengan mesin espresso. “Beda bukan rasanya? Saimi bertanya kepada kami. Untuk pertama kalinya saya merasakan espresso dengan 100% robusta, aroma dan flavor yang seakan sulit dibedakan dengan arabika. “Kopi robusta inilah yang dihargai tinggi di pasar komoditas New York” dan saya mengamini perkataan Asnawi.
Kunjungan ini hanya berlangsung beberapa jam saja, tapi kami belajar banyak dari Saimi dan Asnawi, bukan hanya tentang seluk beluk eksport kopi. Tapi yang terpenting adalah sebuah etika bisnis yang tidak sebatas jargon belaka, mereka sudah melakukannya sejak lama khususnya bagi para petani kopi dengan apa yang bisa mereka berikan.
Do all the good you can, By all the means you can, In all the ways you can, In all the places you can, At all the times you can, To all the people you can, As long as you ever can (John Wesley, 18th Century American religious leader)
* * * *
PT Sabani Internasional
Rabu, 22 Juni 2011
PT Indokom Citra Persada - Eksportir Kopi
Head Office
Jl. Ir. Sutami Km.9
Bandar Lampung 35122
Indonesia
Phone : +62 721 350 331-3
Fax : +62 721 350 330
indokom@lampung.indokom.co.id
coffee@lampung.indokom.co.id
export@lampung.indokom.co.id
Branch Office
Jl. Industri Km. 2,5 Buduran
Sidoarjo 61252 - Jawa Timur
Indonesia
Phone : +62 31 894 5140-2
Fax : +62 31 894 5143
coffee.icps@indokomgroup.com
coffee@surabaya.indokom.co.id
export@surabaya.indokom.co.id
Contact Person
Mr. SAIMI SALEH
saimi@surabaya.indokom.co.id
Mr. ASNAWI SALEH
asnawi@surabaya.indokom.co.id
Mr. ERICK
erick@lampung.indokom.co.id
Temu Lapang Kopi 2011 di ICCRI
cikopi.com
Temu Lapang Kopi 2011 yang berlangsung tanggal 15-16 Juni di Jember, Jawa Timur baru saja usai, sebuah perhelatan besar dalam rangka peringatan seabad lembaga Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) Indonesia atau ICCRI (Institute Coffee & Cacao Research Indonesia). Saya mengikuti dengan seksama acara yang berlangsung selama dua hari penuh di dua lokasi perkebunan yakni Kaliwining dan Bondowoso bersama ratusan peserta yang hadir dan menyaksikan betapa sebuah lembaga sepenting Puslit Koka ternyata telah melakukan pencapaian yang tidak sedikit dalam memajukan industri kopi di Indonesia tanpa harus merepotkan pemerintah karena dibiayai secara mandiri.
Direktur Puslit Koka, DR. Ir. Teguh Wahyudi, M.Eng., dalam sambutannya memaparkan beberapa hasil penelitian yang telah mereka lakukan seperti aplikasi bioteknologi untuk perbanyakan bibit kopi unggulan dengan Somatic Embryogenesis, sehingga lembaga ini bisa menghasilkan pohon kopi unggulan dalam jumlah yang sangat banyak. Teguh juga menjelaskan tentang konsep Motramed (Model Kemitraan Bermediasi) dimana Puslit berperan sebagai mediator untuk mendekatkan para petani kopi dengan pelaku industri secara langsung.
Satu hal yang menarik, Puslit akan mengembangkan Lembaga Sertifikasi Produk (LS Pro) sebagai jawaban akan banyaknya lembaga audit internasional. Intinya, lembaga ini bisa melakukan audit secara mandiri dan industri kopi tidak harus mengundang auditor negara asing seperti Rain Forest Alliance, atau Utz agar produknya bisa masuk ke pasar internasional. Sebuah isu yang kebetulan sudah saya angkat pada tulisan “Keadilan Untuk Siapa?” beberapa waktu lalu.
Di akhir sambutan, Teguh juga menjelaskan tentang riset DNA kopi robusta yang memetakan peta genom terlengkap di seluruh dunia bekerjasama dengan perusahaan Nestle. Pada dasarnya Puslit Koka akan secara konsisten memberikan panduan budidaya kopi yang baik atau agricultural practices seperti integrasi perkebunan kopi dengan ternak kambing untuk menghasilkan pupuk organik dan biogas, pengendalian hama yang ramah lingkungan, yang kesemuanya agar produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan ramah lingkungan.
Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurti mengingatkan agar semua pihak tidak terjebak sebagai penjual komoditas kopi semata, tapi penjual produk yang memberikan nilai tambah agar bernilai lebih tinggi. Bayu mencontohkan membanjirnya kopi luwak yang apabila tidak berhati-hati akan kehilangan daya eksotisnya. Perlunya kesamaan visi dan misi dalam mengembangkan industri kopi di Indonesia yang menurutnya mutlak dilakukan untuk pembuatan strategi jangka panjang.
Kegiatan Temu lapang Kopi kali ini dihadiri juga oleh Putri Kopi Indonesia 2011 yang diundang oleh Puslit Koka untuk memberikan pembekalan dalam rangka menghadapi Miss Coffee World yang akan diadakan di Bogota, Kolombia. Laskari Andaly Mettal Bitticaca (Mella) adalah lulusan bilogi Institut Teknologi Bandung (ITB) dan sedang mengambil gelar S2 pada studi Ilmu Perminyakan di lembaga pendidikan yang sama. Dara kelahiran Toraja Sulawesi Utara sudah mengenal kopi sedari kecil ini akan membawa nama Indonesia sebagai salah satu produsen kopi terbesar di dunia dalam event tersebut.
Setelah acara dibuka resmi oleh Wakil Menteri Pertanian, semua peserta dibagi dalam beberapa kelompok diajak untuk meninjau perkebunan kopi robusta Kaliwining. Di sini diperagakan beberapa hasil produk seperti pengendalian hama yang ramah lingkungan seperti Hypotan untuk memerangi penggerek buah kopi, musuh utama petani kopi di Indonesia yang diproduksi sendiri oleh Puslit Koka.
Bintang pameran adalah peragaan Somatik Embryogenesis (SE), sebuah metode untuk memperbanyak jumlah benih kopi dari berbagai varietas kopi terbaik dengan sistem kloning. Dari sepotong daun (somatik) yang terpilih kemudian dikultur untuk menghasilkan calon bibit baru yang dinamakan calus embriogenik. Lalu calus tersebut diperbanyak lagi dengan shaker (foto di atas) untuk menghasilkan kecambah selama kurang lebih 2-3 bulan, tapi tergantung kloning-nya. Jadi dari sebuah daun yang diseleksi dengan ketat bisa menghasilkan perbanyakan hingga jutaan benih kopi. Inilah langkah penting untuk perbaikan varitas kopi di Indonesia sehingga dalam sambutannya Direktur Puslit Koka, Teguh Wahyudi menyatakan kesiapan lembaganya memasok bibit kopi terbaik keseluruh petani kopi di Indonesia.
Temu Bisnis – Flores Bajawa. Di akhir acara hari pertama diadakan Temu Bisnis antara pelaku industri kopi dengan para petani dari berbagai wilayah Indonesia. Dipandu oleh Surip Muwardi, peneliti senior di Puslit Koka yang didampingi oleh Putri Kopi Indonesia. Di antara yang tampil antara lain kelompok petani kopi dari Kabupaten Ngada, Flores, NTT, dengan kopi Flores Bajawa (arabika) yang diolah basah atau wet processing. Di tahun 2005 mereka hanya menghasilkan 16.5 ton kopi saja, tapi di tahun 2010 melalui mitra bisnis PT Indokom Citra Persada di Surabaya, telah dihasilkan 168 ton dengan tujuan ekspor ke Amerika.
Peningkatan siginifikan dari sisi kuantitas dan harga tidak lepas dari upaya yang telah dilakukan oleh lembaga Puslit Koka yang bekerjasama dengan Indokom beserta pemerintah setempat untuk meningkatkan daya saing produk kopi di Kabupaten Ngada. Sebagai ilustrasi, sebelum tahun 2005, harga kopi gelondong merah (buah ceri) di kabupaten Ngada hanya dibanderol 800 rupiah per kg, tapi harganya menjadi berlipat menjadi 6.000 per kilogram di akhir tahun 2010 !
Surip Muwardi menjelaskan bahwa prestasi yang diraih oleh para petani di Kabupaten Ngada dimulai dari pengembangan mutu kopi, membangun sistem perkebunan yang baik, dan menjalin kemitraan yang bermediasi (Motramed). Sebuah pendekatan yang dikembangkan oleh Puslit Koka untuk mendekatkan produsen dengan para pembeli dalam hal ini adalah eksporti kopi PT Indokom. Very nice aroma & flavor, good body, clean acidity, karakter kopi Flores Bajawa yang dipromosikan oleh Surip kepada peserta yang saat ini berkapasitas 2.000 ton. Kontak : Andre : 0813 88588903
Sidomulyo- Kopi Robusta : Berada di Desa Sidomulyo, kecamatan Silo, Jember Memulai kopi olah basah (wet processing) sejak tahun 2004 yang dibantu oleh Puslit Koka dan Indokom Citra Persada dengan ekspor 20 ton. Kontak : Suwarno 08124970589
Kintamani, Bali : Sama halnya dengan pengalaman petani kopi Flores, demikian juga saat Ketut Jati dari Kintamani Bali memprihatinkan harga kopinya dengan varitas kopyol yang hanya laku kurang dari 1000 rupiah per kilogram gelondong merah. Namun berkat peran Puslit Koka saat ini harga kopi mereka yang ditanam dengan sistim unit pengolah atau Subak Abian (luas 4 ribu hektar) sudah naik 700% menjadi 7.300 per kilogram (jauh di atas harga pasar komoditas kopi di New York). Kapasitas kopi arabika mereka diharapkan naik kembali setelah curah hujan yang tinggi selama tahun 2010. Kontak mereka bisa dihubungi di nomor telepon : 0819 -34329200.
Joe Tarquinino - Quintinos Clasic Italian Roaster : Menyoroti konsistensi kualitas kopi yang dikirim para petani kopi dari seluruh Indonesia.
Aceh Gayo : Drs. Mustafa Ali, Ketua Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo yang petani di sana mengelola lahan seluas 85 ribu hektar, terluas di Asia. Sebagai informasi, saat berlangsungnya acara lelang kopi di Bali yang diselenggarakan oleh SCAI tahun 2010 lalu, kopi arabika dari Atu Lintang berhasil meraih harga tertinggi sebesar 10.6 dolar per kilogram. Kontak : Drs. Mustafa Ali : 0813-60109951.
Kopi Arabika Bondowoso : Inilah prestasi terbaru dari Puslit Koka yang bersinergi dengan para petani kopi di Bondowoso, pihak bank, Pemda setempat, dan eksportir PT Indokom yang telah berhasil mengekspor hampir 7 ton kopi untuk pasar di Swiss. Saat ini menurut Bambang Sri, ketua kelompok tani, potensi lahan yang ada untuk pengembangan kopi arabika sebanyak 2.200 hektar sedangkan robusta seluas 4 ribu hektar. Kontak : Bambang Sri : 0813 36873754.
Masalah lain yang menarik saat terjadi diskusi tentang apakah kopi robusta dengan harga jual 2 dolar per kilogram atau hampir menyamai ongkos produksi layak dipertahankan ? Saimi Saleh, Direktur dari PT Indokom menyitir masalah pemasaran yang masih dihadapi oleh para petani. Ia dengan tegas menyatakan bahwa tidaklah sulit untuk mendongkrak harga kopi robusta sebesar 4 dolar selama adanya peran aktif dari Puslit Koka.
Selain kelompok petani kopi tentu ada pembicara dari para pembeli dari luar negeri yang menjelaskan tentang kriteria kualitas kopi yang mereka inginkan seperti konsistensi, cita rasa yang unik atau khas pada kopi tersebut. Masalah traceability atau asal muasal kopi mereka tekankan juga sebagai salah satu prasyarat selain transparasi rantai pemasaran yang jelas.
Demikianlah acara Temu lapang Kopi di hari pertama yang sangat padat, namun sangat menarik melihat berbagai stakeholders berdiskusi yang kesemuanya bermuara pada peningkatan kualitas kopi Indonesia untuk kepentingan bersama.
Di bawah adalah foto fasilitas pengolahan kopi di Puslit Koka Kaliwening yang ditunjukan kepada seluruh peserta sebagai ilustrasi good agriculturan practices.
Bersambung …
Surip Mawardi - Bapak Kopi Indonesia
Kalau ada orang yang selalu sibuk melayani sapaan dan pertanyaan dari para undangan termasuk petanikopi selama berlangsungnya acara Temu lapang Kopi 2011 kemarin, DR. Surip Mawardi lah orangnya. Namanya tak pernah berhenti disebutkan dalam setiap acara diskusi saat para petani kopi menyampaikan apresiasinya terhadap peneliti senior Puslit Koka ini. Perjalanan saya ke perkebunan kopi di Toraja yang sudah dirancang jauh-jauh hari sengaja ditunda demi memenuhi undangan mendadak yang disampaikan oleh beliau. Sebuah keputusan yang tentu saja tak pernah disesali untuk bisa berkunjung ke sebuah lembaga sepenting Puslit Koka dan bertemu dengan banyak peneliti kopi dan tentu saja Surip Mawardi (51).
Menempuh pendidikan dibidang pertanian di Universitas Gajah Mada bidang Agronomi dan mengambil spesialisasi pemuliaan tanaman, lulus di tahun 1980. Berhak menyandang gelar Doktor di fakultas yang sama pada tahun 1996 . Saat ini ia tengah gencar menjalankan Motramed atau Model Kemitraan Bermediasi dengan meningkatkan mutu produksi kopi dan sistem pemasaran dengan bekerjasama dengan eksportir kopi.
Prestasi yang baru saja ia raih bersama tim dari Puslit adalah mentransformasi para petani di Kecamatan Sumberweringin, Kabupaten Bondowoso yang berhasil meningkatkan mutu kopi mereka dan diekspor sebanyak lebih dari 6 ton ke negara tujuan Swiss. Sebuah kerjsama antara kelompok tani Bondowoso dengan pihak Bank Indonesia, Puslit Koka, PT Indokom Citrapersada, dan Pemda setempat.
Suheri, salah satu petani kopi di Bondowoso yang menemui saya dalam kesempatan terpisah menyinggung peran yang dimainkan Puslit Koka khususnya Surip Mawardi yang membekali petani dengan sistem olah basah.”Dulunya kami hanya panen lalu langsung menjualnya ke pihak lain dengan harga murah karena masih berbentuk gelondong merah atau tidak diproses sama sekali. Belum lagi hasil panen yang kurang baik, maklum waktu itu kami hanya ngasal saja”.
Bukan saja pengolahan basah yang diajarkan oleh Surip karena sebagai ahli pemuliaan tanaman ia paham betul tentang hama tanaman kopi seperti karat daun yang menjadi momok menakutkan para petani. Ia memberikan cara-cara penanggulangan untuk menghadapi jamur ini agar petani bisa mengatasi dengan pengendali hama yang ramah lingkungan sebagaimana dipamerkan pada Temu Lapang Kopi kemarin.
Bondowoso adalah daerah kesekian karena bapak yang dikaruniai tiga anak ini telah lama melakukan model Motramed di berbagai daerah seperti Lampung untuk kopi robusta, Dampit Malang, Tabanan, Bali dan daerah-daerah lainnya. Sejak tahun 2011 suami dari Titik Daryati (49) ini juga gencar mengkampanyekan perlindungan Geographical Identification (GI) misalnya untuk petani kopi Arabika di Kintamani yang bekerjasama dengan kedutaan Prancis.
Dalam sebuah seminar International Coffee Organization di London tahun 2008 Surip sudah mewanti-wanti agar semua pihak yang berkepentingan untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang GI agart idak terjadi konflik dibidang hak cipta yang pada akhirnya akan merugikan banyak pihak terutama para petani itu sendiri.
Tidak akan pernah habis bercerita tentang orang penting di dunia kopi ini. Jika F. Scott Fitzgerald mengatakan action is character, dialah Surip Mawardi seorang yang cukup berbicara dengan tindakan nyata dan petani kopi pun akan menyebut namanya dengan rasa hormat.
cikopi.com
Yayasan Indonesia Kebanggaanku
Putri Kopi Indonesia
Tanah Kusir-Jakarta Selatan 12240 Indonesia Jakarta Selatan DKI Jakarta 12240 Indonesia
Pemilihan Putri Kopi Indonesia 2011 - Tidak Ada Wakil Dari Jawa Barat
Indonesia kebanggaanku adalah sebuah organisasi yang peduli pada perkembangan kebudayaan, pariwisata dan industri di Indonesia. Untuk itu maka Indonesia kebanggaanku akan menyelenggarakan Pemilihan Putri Kopi Indonesia yang pertama.
Tujuan kami menyelenggarakan Pemilihan Putri Kopi Indonesia ini adalah :
- Membangun kesadaran publik tentang besarnya potensi industri kopi indonesia
- Mendorong tumbuh kembangnya industri kopi dalam negeri
- Mempromosikan aneka produk kopi unggulan yang dihasilkan Indonesia melalui
Putri Kopi Indonesia di pemilihan World Queen of Coffee di Colombia
- Mengembangkan perdagangan dan pariwisata Indonesia melalui kopi dalam negeri
Acara ini diselenggarakan karena Indonesia merupakan Negara produsen kopi keempat terbesar didunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Sebagai Negara produsen, Indonesia memiliki keunggulan dengan Berbagai produk kopi Arabika dan Robusta yang berkualitas tinggi. Kopi luwak Indonesia telah dikenal dan merupakan kopi termahal dan sangat digemari oleh konsumen diseluruh dunia. Dengan kerjasama secara langsung dan lebih erat dengan negara-negara konsumen, Indonesia dapat menjadi Negara produsen kopi terbesar di dunia.
Dengan semangat kecintaan terhadap tanah air dan sesuai dengan misi kami untuk berperan aktif dalam mempromosikan hal-hal yang menjadi kebanggan Indonesia, memberikan sumbangan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang diharapkan dapat lebih mendorong tumbuh dan berkembangnya industri kopi dalam negeri, dengan lajunya perkembangan dunia Pariwisata Indonesia.
Adapun peserta Pemilihan Putri Kopi Indonesia terdiri dari 14 propinsi dan masing-masing propinsi akan diwakili oleh 2 Finalis.
Propinsi yang akan berpartisipasi adalah :
- Nangro Aceh Darussalam
- Sumatera Utara
- Sumatera Barat
- Sumatera Selatan
- Lampung
- DKI Jakarta
- Jawa Tengah
- Jawa Timur
- Bali
- DI. Yogyakarta
- NTT
- NTB
- Sulawesi Selatan
- Papua
Penyelenggaraan Grand Final Pemilihan Putri Kopi Indonesia ini akan dilaksanakan pada tanggal 15-18 April 2011 di hotel Mulia Jakarta.
Dalam penyelenggaraan Pemilihan Putri Kopi Indonesia ini nantinya Putri yang terpilih akan mewakili Indonesia dalam pemilihan World Queen of Coffee, yang merupakan acara tahunan yang diselenggarakan di Colombia. Keikutsertaan Indonesia dalam pemilihan World Queen of Coffee tersebut selain sebagai sarana untuk mempromosikan produk-produk kopi unggulan yang dihasilkan Indonesia, sekaligus dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan perdagangan dan pariwisata Indonesia.
http://www.putrikopiindonesia.com
Gubernur Sulsel Dukung Laskary di World Queen of Coffee 2012
MAKASSAR – Putri Kopi Indonesia 2011 Laskary Andaly Metal Bitticaca meminta restu kepada Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo untuk mewakili Indonesia dalam ajang World Queen of Coffee di Kolombia pada Januari 2012.
Syahrul berharap, Laskary, yang juga putri asal Tana Toraja (Tator), dapat mengharumkan nama Sulsel dan Tanah Air di ajang internasional tersebut. Pemprov Sulsel dan masyarakat akan memberikan dukungan penuh kepada Laskary. “Kami sangat bangga putri asal Sulsel terpilih sebagai Putri Kopi Indonesia 2011.Ini berarti Sulsel bukan cuma unjuk rasanya yang banyak,tetapi juga putri-putri cantiknya.
Kami tidak boleh kalah dari negara manapun juga,” kata dia saat bertemu Laskary di Rujab Gubernur Sulsel,kemarin. Laskary akan menjadi peserta Indonesia pertama yang ikut dalam ajang World Queen of Coffee 2012 pada Januari 12 di Kolombia,sementara kegiatan tersebut sudah berlangsung selama 41 tahun di Kolombia. Dia bertugas mempromosikan kehebatan kopi Indonesia di dalam maupun luar negeri.
Mahasiswa S-2 di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengatakan, selain meminta dukungan kepada masyarakat Sulsel,kehadirannya ke Makassar ini juga untuk mempelajari lebih dalam mengenai aroma kopi toraja yang sudah terkenal hingga ke mancanegara.
Selain kopi toraja, dia juga akan berkeliling Indonesia untuk mengetahui keanekaragaman kopi di berbagai daerah. Dia menambahkan, meminum kopi merupakan tradisi masyarakat yang sekarang ini sudah menjadigaya hidup masyarakat. Seputar Indonesia-wahyudi
http://www.makassarterkini.com
Syahrul berharap, Laskary, yang juga putri asal Tana Toraja (Tator), dapat mengharumkan nama Sulsel dan Tanah Air di ajang internasional tersebut. Pemprov Sulsel dan masyarakat akan memberikan dukungan penuh kepada Laskary. “Kami sangat bangga putri asal Sulsel terpilih sebagai Putri Kopi Indonesia 2011.Ini berarti Sulsel bukan cuma unjuk rasanya yang banyak,tetapi juga putri-putri cantiknya.
Kami tidak boleh kalah dari negara manapun juga,” kata dia saat bertemu Laskary di Rujab Gubernur Sulsel,kemarin. Laskary akan menjadi peserta Indonesia pertama yang ikut dalam ajang World Queen of Coffee 2012 pada Januari 12 di Kolombia,sementara kegiatan tersebut sudah berlangsung selama 41 tahun di Kolombia. Dia bertugas mempromosikan kehebatan kopi Indonesia di dalam maupun luar negeri.
Mahasiswa S-2 di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengatakan, selain meminta dukungan kepada masyarakat Sulsel,kehadirannya ke Makassar ini juga untuk mempelajari lebih dalam mengenai aroma kopi toraja yang sudah terkenal hingga ke mancanegara.
Selain kopi toraja, dia juga akan berkeliling Indonesia untuk mengetahui keanekaragaman kopi di berbagai daerah. Dia menambahkan, meminum kopi merupakan tradisi masyarakat yang sekarang ini sudah menjadigaya hidup masyarakat. Seputar Indonesia-wahyudi
http://www.makassarterkini.com
Laskary Andaly Metal Biticaca - Putri Kopi Indonesia 2011
Setelah melalui proses panjang, akhirnya Laskary Andaly Metal Biticaca dari Sulawesi Selatan dinobatkan menjadi Putri Kopi Indonesia 2011, yang diselenggarakan di Hotel Mulia Jakarta (18/4/2011). Laskary menjadi Putri Kopi Indonesia yang pertama setelah berhasil mengalahkan 30 peserta dari 14 propinsi.
Pada malam puncak Laskary berhasil menyingkirkan 2 Finalis lainnya yaitu, Ketut Niken Aprillia asal Bali dan Khairun Nisa dari propinsi Nagroe Aceh Darussalam. Laskary nantinya akan mewakili Indonesia pada ajang World Queen of Coffee di Kolombia.
"Pemilihan putri kopi Indonesia ini dalam rangka meningkatkan pamor kopi negara kita di mata dunia. Jika sekarang kita ada di peringkat keempat di dunia sebagai negara penghasil kopi. Kelak kita diharapkan akan menjadi nomor satu," ujar bapak Rudy J.Pesik, pendiri Indonesia Kebanggaanku.
Menurut Ketua Dewan Juri, Sapta Nirwandar, sejak awal kedatangan pada 14 April lalu hingga masa karantina, ke-31 finalis telah membuat para juri tercengang karena pengetahuan mereka tentang hal umum dan juga kopi.
"Ajang ini pada dasarnya lebih kepada meningkatkan taraf hidup petani. Kelak, kami berharap ajang ini mampu menjadi sarana untuk mempromosikan aneka produk unggulan Indonesia serta menjadi daya tarik pariwisata kita ke seluruh dunia, karena kita tahu daya tarik wisata tidak hanya melalui alam maupun budayanya tapi juga pada bidang kulinernya, dalam segi minuman, termasuk didalamnya minuman kopi," papar Direktorat Jenderal Pemasaran Kemenbudpar ini.
"Ajang ini pada dasarnya lebih kepada meningkatkan taraf hidup petani. Kelak, kami berharap ajang ini mampu menjadi sarana untuk mempromosikan aneka produk unggulan Indonesia serta menjadi daya tarik pariwisata kita ke seluruh dunia, karena kita tahu daya tarik wisata tidak hanya melalui alam maupun budayanya tapi juga pada bidang kulinernya, dalam segi minuman, termasuk didalamnya minuman kopi," papar Direktorat Jenderal Pemasaran Kemenbudpar ini.
Putri Kopi Indonesia 2011 berhak atas hadiah uang tunai Rp25 juta dan tiket Jakarta-Bangkok serta produk dari berbagai sponsor. Sementara Runner Up Putri Kopi Indonesia 2011 mendapatkan hadiah uang tunai Rp15 juta dan produk dari berbagai sponsor, serta Juara 3 Putri Indonesia 2011 berhak atas uang tunai Rp10 juta dan produk dari berbagai sponsor.
Selain itu, sejumlah atribut juga dinobatkan bagi putri terpilih, yakni Puteri Berbakat yang dimenangkan oleh Nurul Jamilah dari Sumatera Selatan, Putri Intelegensia oleh Vivi Anggraini dari Nanggroe Aceh Darussalam, Puteri Kepribadian Stella Florensia dari Jawa Tengah, Puteri Persabahatan oleh Dayana Capistran Burtecelli dari Sulawesi Selatan, dan Puteri Favorit oleh Miranti Hikmayudi dari DKI Jakarta.[]
Selain itu, sejumlah atribut juga dinobatkan bagi putri terpilih, yakni Puteri Berbakat yang dimenangkan oleh Nurul Jamilah dari Sumatera Selatan, Putri Intelegensia oleh Vivi Anggraini dari Nanggroe Aceh Darussalam, Puteri Kepribadian Stella Florensia dari Jawa Tengah, Puteri Persabahatan oleh Dayana Capistran Burtecelli dari Sulawesi Selatan, dan Puteri Favorit oleh Miranti Hikmayudi dari DKI Jakarta.[]
http://www.putrikopiindonesia.com/
Objek Wisata Bandung Selatan
Situ Patengan.
Merupakan sebuah danau alam yang terletak di perkebunan teh ranca bali, berjarak sekitar 47 Km dari kota Bandung. Merupakan kawasan wisata yang berudara sejuk dan segar, sangat jauh dari polusi. Di pinggir danau terdapat banyak perahu yang dapat disewa untuk wisatawan mengelilingi danau.
Traveler Tips : Mengunjungi tempat ini sebaiknya di pagi hari sampai dengan siang hari, karena di sore hari biasanya kabut sudah turun. Kabut di situ patengan sangat pekat bahkan jarak pandang bisa hanya 1-2 meter saja sehingga tidak akan terlihat pemandangan apa-apa. Untuk sewa perahu mengelilingi danau sebaiknya anda melakukan tawar menawar harga terlebih dahulu. Biasanya harga yang ditawarkan sektar Rp 10.000 s/d Rp. 15.000 / orang.
Kawah Putih.
Masih terletak di kawasan ranca bali, berjarak sekitar 44 Km dari kota Bandung atau tepatnya di desa Sugih, kecamatan Pasir Jambu. kawah putih adalah sebuah danau kawah dari gunung Patuha dengan ketinggian 2.434 meter di atas permukaan laut. Kawah ini merupakan salah satu kawah dengan kadar keasaman belerang tertinggi di dunia, oleh sebab itulah pemerintah kolonial belanda pernah membangun pabrik belerang di tempat ini.
Keunikan objek wisata ini adalah kawahnya yang berwarna putih, udara di sini sangat dingin bahkan bisa mencapai 0- 2 derajat celcius di musim-musim tertentu.
Traveler Tips : Sama seperti situ patengan pada sore hari di kawah putih biasanya turun kabut yang sangat pekat. Di samping itu kadar belerang menjadi sangat tinggi sehingga kawah ini sering ditutup pada sore hari.
Kebun Strawberry.
Wisata petik strawberry saat ini merupakan wisata yang sangat digemari oleh wisatawan.
Strawberry merupakan produk agrowisata unggulan dari kabupaten Bandung, khususnya di daerah Ciwidey. Di daerah ini terdapat banyak sekali kebun strawberry tradisional sampai dengan kebun dengan pengelolaan profesional. Anda bebas memilih kebun mana yang anda senangi dan memetik sendiri langsung.
Traveler Tips : Strawberry kualitas baik justru terdapat di luar musim hujan, karena sifatnya yang mudah rusak / busuk jika sering terkena air hujan. Apabila anda berkunjung di saat musim hujan, sebaiknya memilih kebun strawberry yang tertutup / menggunakan green house.
Cimanggu.
Daerah Ciwidey sangat kaya dengan sumber air panas alami. Salah satunya dimanfaatkan oleh perum perhutani sebagai kolam renang Cimanggu. Kolam Cimanggu memiliki fasilitas parkir yang luas, tempat bermain anak-anak, dll.
Ciwalini.
Seperti halnya Cimanggu, Ciwalini juga memanfaatkan pelimpahnya sumber mata air panas alam. Kolam renang ini berada di lingkungan perkebunan teh Walini yang sejuk.
Traveler Tips : Cimanggu kolam dan area parkirnya luas + dilengkapi dengan tempat bermain anak-anak, tetapi ciwalini memiliki air yang lebih jernih..
Ranca Upas.
Sebuah komplek bumi perkemahan yang ada di sekitar areal tanaman Eucalyptus, sejenis tanaman yang berasal dari benua Australia. Kawasan ini berjarak 41 Km dari pusat kota Bandung, dan terletak di ketinggian 1.700 meter dari permukaan laut, dengan suhu udara rata-rata 18 derajat celcius.
Di tempat ini juga terdapat penangkaran rusa yang menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Situ Cileunca.
Situ Cileunca adalah sebuah danau yang ada di daerah Pangalengan. Danau ini merupakan danau buatan yang luasnya 1.400 Hektar dengan dikelilingi bukit-bukit dan berlatar belakang pegunungan.
Selain berfungsi sebagai objek wisata yang menarik, situ Cileunca juga berfungsi sebagai sumber air bagi pembangkit tenaga listrik. Air dari danau dialirkan melalui sungai Palayangan, yang juga sering digunakan sebagai arena ber-arung jeram / rafting. Peket rafting di sungai Palayangan klik di sini..
Pekebunan Teh Malabar.
Gunung Malabar yang memiliki pesona alam perkebunan teh dengan udara yang sejuk alami, sangatlah cocok untuk kegiatan olah raga jalan kaki / tea walk sambil ber rekreasi. Di tengah-tengah perkebunan terdapat macam-macam bangunan kuno yang masih terawat dengan baik, seperti guest house, perumahan administratur perkebunan pada masa penjajahan sampai dengan makam K.A.R. BOSSCHA.
Pemandian Air Panas Cibolang.
Sebuah wana wisata pemandian air panas alam yang terletak di dalam hutan rimba berbatasan dengan kebun teh. Terletak di kaki gunung Wayang pada ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut, dengan suhu berkisar 18 derajat celcius. Sangat cocok untuk wisata keluarga dengan fasilitas yang cukup lengkap.
Pengembangan kopi arabika butuh 8 juta bibit
menyatakan pengembangan kopi arabika yang saat ini mencapai luas 5.000
hektare membutuhkan bibit sebanyak 8 juta.
Direktur Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Teguh Wahyudi menyatakan untuk
setiap 1 hektare lahan dibutuhkan 1.600 bibit pohon. “Untuk pembuatan
benih sekaligus persiapannya membutuhkan waktu lebih kurang 11 bulan,”
ujarnya di Jakarta hari ini.
Dia mengatakan yang penting adalah upaya menyiapkan klon unggul untuk
komoditas kopi ini, karena mencarinya dan cocok untuk dikembangkan untuk
wilayah tertentu tidak mudah. Dia mengatakan kopi menjadi spesial
karena pengaruh jenis lahan, ketinggian dimana komoditas ini tumbuh,
cara pengelolaan tanaman, dan lingkungan.
Menurut dia, tanaman kopi di Indonesia sudah berumur lebih dari 25
tahun. Teguh mengungkapkan kopi spesial asal Indonesia memiliki konsumennya
tersendiri. Dia mencontohkan untuk kopi Toraja banyak diminati oleh
konsumen Jepang, sementara kopi Luwak selain juga diminati oleh
masyarakat negeri Sakura itu, juga diminati oleh masyarakat Korea.
Dia mengatakan di Indonesia terdapat 10 jenis kopi spesial, sementara di
negara lain hanya memiliki maksimal dua jenis kopi spesial.
Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi menyatakan Indonesia saat ini
sedang berupaya untuk melebarkan sayap pemasaran kopi ke China. Dia
mengatakan konsumen China banyak menyukai kopi spesial jenis Toraja,
Mandailing, dan Gayo. “Pasar di China sangat besar mencapai 350 juta
orang. Yang kami bidik adalah konsumen usia muda,” katanya.
Dia mengatakan prospek ekspor kopi asal Tanah Air ke negeri itu mencapai
50.000 ton. Dia mengatakan sebagai upaya untuk memperluas pasar, untuk
sisi hulu, Kementerian Pertanian berupaya untuk mengingkatkan produksi
kopi.
Bayu menyatakan pada 2010, kopi spesial menjadi salah satu target
pengembangan dan peningkatan produksi. Dia mengatakan saat ini terdapat
tujuh sentra produksi kopi, a.l. Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatra
Utara, Sulawesi Selatan, Bali, Flores, Jawa, dan Papua. Tujuh sentra
produksi ini berada di lahan seluas 5.323 hektare.
Bisnis mencatat saat ini produksi kopi di Tanah Air mencapai 600.000 ton
-700.000 ton. Dari total produksi tersebut, produksi kopi spesial jenis
kopi arabika hanya 53.000 ton, sedangkan mayoritas berupa kopi robusta.
Bayu menyatakan keterbatasan produksi kopi arabika karena luas
pengembangan yang masih terbatas. Dari 1,3 juta lahan kopi, areal yang
digunakan untuk penanaman kopi robusta mencapai 1,02 juta hektare
sementara untuk arabika hanya 263.000 hektare.
Masalah lain yang ditemui saat ini, tambahnya, kopi arabika hanya
diproduksi pada lahan dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan
laut dengan produktivitas hanya 1 ton per hektare, sementara untuk
robusta dapat mencapai 2 ton per hektare.(msw)
Kopi Jadi Prioritas Revitalisasi Perkebunan
Kementerian Pertanian pada tahun depan akan memberikan prioritas pada kopi sebagai komoditas yang termasuk dalam program revitalisasi perkebunan.
Menteri Pertanian Suswono, di Jakarta, Sabtu (27/11), menyatakan bahwa saat ini program revitalisasi perkebunan hanya mencakup tiga komoditas utama yakni sawit, karet dan kakao. "Kopi juga merupakan komoditas strategis untuk ekonomi perdesaan. Oleh karena itu kita akan memasukkan kopi dalam prioritas revitalisasi perkebunan," katanya.
Menurutnya, dengan memasukkan kopi sebagai komoditas dalam revitalisasi perkebunan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani serta devisa negara dari ekspor produk tersebut.
Suswono menyatakan, kopi merupakan salah satu komoditas yang memiliki peluang untuk dikembangkan, apalagi lebih dari 90% lahan kopi dimiliki oleh perkebunan rakyat.
Berdasarkan data Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian saat ini, produktivitas kopi nasional masih rendah yaitu berada di kisaran 700 kg per hektar per tahun, angka tersebut baru 60% dari potensi produktivitas.
Kementerian Pertanian mencatat, jumlah areal kopi di Indonesia pada tahun ini mencapai 1,31 juta hektare dengan perincian areal lahan kopi robusta 1,07 juta hektare (82%) dan areal lahan kopi arabika 241.548 (18%).
Dari total lahan itu, sebanyak 96% dikuasai oleh perkebunan rakyat, sekitar 2% adalah perkebunan negara dan 2% merupakan milik swasta.
Sebelumnya ketika meninjau Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember Jawa Timur, Suswono menyatakan, ke depan pemerintah akan meningkatkan pengembangan kopi jenis Arabika.
Hal itu, lanjutnya, kopi jenis ini memberikan kontribusi sebesar 30% dari total kopi nasional sehingga diharapkan bisa mengalami peningkatan. "Selain itu untuk meningkatkan keragaman hayati dan sumber daya alam nasional," katanya.
Selama ini, menurut Suswono, kopi jenis arabika asal Indonesia merupakan produk yang sudah terkenal dan digemari di pasar dunia dengan berbagai jenis produk seperti Toraja coffee, Gayo coffe, Mandailing coffee, Kintamani coffee, Flores coffee, atau Java coffee.
Sementara itu untuk kopi jenis Robusta, pemerintah akan melakukan berbagai upaya seperti peningkatan mutu biji kopi rakyat, peremajaan tanaman serta diversifikasi dan intergrasi perkebunan kopi dengan usaha peternakan sapi. [EL, Ant]
Menteri Pertanian Suswono, di Jakarta, Sabtu (27/11), menyatakan bahwa saat ini program revitalisasi perkebunan hanya mencakup tiga komoditas utama yakni sawit, karet dan kakao. "Kopi juga merupakan komoditas strategis untuk ekonomi perdesaan. Oleh karena itu kita akan memasukkan kopi dalam prioritas revitalisasi perkebunan," katanya.
Menurutnya, dengan memasukkan kopi sebagai komoditas dalam revitalisasi perkebunan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani serta devisa negara dari ekspor produk tersebut.
Suswono menyatakan, kopi merupakan salah satu komoditas yang memiliki peluang untuk dikembangkan, apalagi lebih dari 90% lahan kopi dimiliki oleh perkebunan rakyat.
Berdasarkan data Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian saat ini, produktivitas kopi nasional masih rendah yaitu berada di kisaran 700 kg per hektar per tahun, angka tersebut baru 60% dari potensi produktivitas.
Kementerian Pertanian mencatat, jumlah areal kopi di Indonesia pada tahun ini mencapai 1,31 juta hektare dengan perincian areal lahan kopi robusta 1,07 juta hektare (82%) dan areal lahan kopi arabika 241.548 (18%).
Dari total lahan itu, sebanyak 96% dikuasai oleh perkebunan rakyat, sekitar 2% adalah perkebunan negara dan 2% merupakan milik swasta.
Sebelumnya ketika meninjau Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember Jawa Timur, Suswono menyatakan, ke depan pemerintah akan meningkatkan pengembangan kopi jenis Arabika.
Hal itu, lanjutnya, kopi jenis ini memberikan kontribusi sebesar 30% dari total kopi nasional sehingga diharapkan bisa mengalami peningkatan. "Selain itu untuk meningkatkan keragaman hayati dan sumber daya alam nasional," katanya.
Selama ini, menurut Suswono, kopi jenis arabika asal Indonesia merupakan produk yang sudah terkenal dan digemari di pasar dunia dengan berbagai jenis produk seperti Toraja coffee, Gayo coffe, Mandailing coffee, Kintamani coffee, Flores coffee, atau Java coffee.
Sementara itu untuk kopi jenis Robusta, pemerintah akan melakukan berbagai upaya seperti peningkatan mutu biji kopi rakyat, peremajaan tanaman serta diversifikasi dan intergrasi perkebunan kopi dengan usaha peternakan sapi. [EL, Ant]
Sumber : http://www.gatra.com
MUI Halalkan Kopi Luwak
JAKARTA(SI) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengumumkan fatwa halal atas biji kopi luwak.Hanya saja, kopi luwak yang boleh dikonsumsi harus melalui proses penyucian terlebih dulu sehingga terbebas dari najis.
“Diputuskan bahwa kopi luwak hukumnya mutanajis (kena najis). Namun, kopi luwak bisa dinyatakan halal setelah melalui proses pencucian,” tandas Ketua MUI Ma’ruf Amin di Kantor MUI Jakarta, kemarin. Ma’ruf mengatakan,meminum kopi luwak tetap dihalalkan. Demikian halnya memproduksi dan memperjualbelikan kopi luwak yang sudah memenuhi ketentuan tersebut, hukumnya juga diperbolehkan.
Menurut dia, MUI berpendapat biji kopi yang dikeluarkan bersama kotoran luwak disebut mutanajis.Namun, jenis najisnya mutawassithah (najis biasa) sehingga cukup dibersihkan dengan air untuk menjadikannya suci dan halal dikonsumsi. “Sepanjang biji kopi masih utuh, keras, bisa tumbuh apabila ditanam dan sudah dicuci, maka biji kopi tersebut halal.
Umumnya, kopi bubuk yang beredar sudah melalui proses pencucian sehingga hukumnya halal,” tandasnya.MUI pun membantah anggapan yang menyatakan, fatwa halal kopi luwak tersebut sudah dipesan atau diminta oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Menurut Ma’ruf, setiap fatwa dikeluarkan atas permintaan atau pertanyaan dari lembaga atau masyarakat.“ Tapi bukan minta fatwa halal.Tidak ada (permintaan) itu, MUI tidak akan mau,” tandas Ma’ruf.
Fermentasi Sempurnakan Kopi
Ahli Nutrisi dan Pencernaan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Toto Toharmat meyakini, proses fermentasi yang terjadi selama dalam pencernaan luwak atau musang, menjadikan kopi memiliki cita rasa yang enak dan nikmat. Menurut dia, meski belum ada penelitian secara detail terkait proses pencernaan musang atau luwak, namun kenyataan membuktikan bahwa hasil pencernaan binatang jenis mamalia ini membuat biji kopi menjadi harum dan enak.
Toto mengatakan, pada dasarnya, monogastrik(proses pencernaan) luwak hampir sama dengan manusia dan binatang mamalia lain. Yang membedakan, ujarnya, pencernaan luwak tidak menghancurkan semua makanan yang masuk ke dalamnya. “Kalau biji kopi di makan sapi, pasti hancur saat masuk ke dalam usus halus dan usus besar.Sedangkan luwak,saat mencerna biji kopi,hanya kulitnya saja yang dihancurkan dan dicerna.
Bijinya saat masuk usus halus dan usus besar tidak hancur. Nah di situlah terjadi fermentasi selama beberapa jam,” ungkap Toto kepada harian Seputar Indonesia, kemarin. Setelah masuk dalam usus halus dan usus besar, biji kopi akan dieramkan atau disimpan dalam suhu tubuh luwak yang mencapai 37 derajat celsius.“Kemungkinan kenapa enaknya kopi tersebut,karena terjadi pengeraman dan fermentasi dalam perut luwak,”tandasnya. Menurut Toto, sebetulnya proses pengolahan kopi luwak sama dengan pengolahan kopi biasa.
Hanya saja, proses fermentasi di dalam organ pencernaan luwak yang membuat kopi ini menjadi berbeda. Disamping itu, ujarnya, luwak hanya memakan biji kopi segar yang benar-benar matang.Di dalam pencernaan, biji ini akan bercampur dengan enzim-enzim yang ada di usus luwak. Proses pencampuran enzim ini berlangsung selama lebih dari 2 hingga12 jam. Karena itu, proses fermentasi biji kopi menjadi sempurna.“
Dengan demikian,mungkin dari proses monogastrik itu tercipta cita rasa kopi yang enak. Namun, ini mesti ada penelitian terlebih dulu,”tandasnya. Pakar teknologi pangan Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Ir Umar Santoso, Msc, mengungkapkan, kopi luwak sangat sehat untuk dikonsumsi, jika prosedur pengolahannya tepat. Kopi dari luwak ini, harus disangrai terlebih dulu baru bisa dinikmati.
“Dengan suhupenyangraianmencapai 180– 230 derajat celsius, maka bakteri yang ada pada biji kopi luwak dipastikan mati,” tandasnya. Guru besar yang mengajar di Fakultas Teknologi Pertanian ini mengatakan, kopi luwak memang memiliki keistimewaan dibanding jenis kopi yang lain. Selain bijinya yang berkualitas karena telah terseleksi alami oleh luwak, proses fermentasi di dalam pencernaan binatang ini menjadikannya semakin sempurna. (inda susanti/haryudi/ fajar pratama)
“Diputuskan bahwa kopi luwak hukumnya mutanajis (kena najis). Namun, kopi luwak bisa dinyatakan halal setelah melalui proses pencucian,” tandas Ketua MUI Ma’ruf Amin di Kantor MUI Jakarta, kemarin. Ma’ruf mengatakan,meminum kopi luwak tetap dihalalkan. Demikian halnya memproduksi dan memperjualbelikan kopi luwak yang sudah memenuhi ketentuan tersebut, hukumnya juga diperbolehkan.
Menurut dia, MUI berpendapat biji kopi yang dikeluarkan bersama kotoran luwak disebut mutanajis.Namun, jenis najisnya mutawassithah (najis biasa) sehingga cukup dibersihkan dengan air untuk menjadikannya suci dan halal dikonsumsi. “Sepanjang biji kopi masih utuh, keras, bisa tumbuh apabila ditanam dan sudah dicuci, maka biji kopi tersebut halal.
Umumnya, kopi bubuk yang beredar sudah melalui proses pencucian sehingga hukumnya halal,” tandasnya.MUI pun membantah anggapan yang menyatakan, fatwa halal kopi luwak tersebut sudah dipesan atau diminta oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Menurut Ma’ruf, setiap fatwa dikeluarkan atas permintaan atau pertanyaan dari lembaga atau masyarakat.“ Tapi bukan minta fatwa halal.Tidak ada (permintaan) itu, MUI tidak akan mau,” tandas Ma’ruf.
Fermentasi Sempurnakan Kopi
Ahli Nutrisi dan Pencernaan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Toto Toharmat meyakini, proses fermentasi yang terjadi selama dalam pencernaan luwak atau musang, menjadikan kopi memiliki cita rasa yang enak dan nikmat. Menurut dia, meski belum ada penelitian secara detail terkait proses pencernaan musang atau luwak, namun kenyataan membuktikan bahwa hasil pencernaan binatang jenis mamalia ini membuat biji kopi menjadi harum dan enak.
Toto mengatakan, pada dasarnya, monogastrik(proses pencernaan) luwak hampir sama dengan manusia dan binatang mamalia lain. Yang membedakan, ujarnya, pencernaan luwak tidak menghancurkan semua makanan yang masuk ke dalamnya. “Kalau biji kopi di makan sapi, pasti hancur saat masuk ke dalam usus halus dan usus besar.Sedangkan luwak,saat mencerna biji kopi,hanya kulitnya saja yang dihancurkan dan dicerna.
Bijinya saat masuk usus halus dan usus besar tidak hancur. Nah di situlah terjadi fermentasi selama beberapa jam,” ungkap Toto kepada harian Seputar Indonesia, kemarin. Setelah masuk dalam usus halus dan usus besar, biji kopi akan dieramkan atau disimpan dalam suhu tubuh luwak yang mencapai 37 derajat celsius.“Kemungkinan kenapa enaknya kopi tersebut,karena terjadi pengeraman dan fermentasi dalam perut luwak,”tandasnya. Menurut Toto, sebetulnya proses pengolahan kopi luwak sama dengan pengolahan kopi biasa.
Hanya saja, proses fermentasi di dalam organ pencernaan luwak yang membuat kopi ini menjadi berbeda. Disamping itu, ujarnya, luwak hanya memakan biji kopi segar yang benar-benar matang.Di dalam pencernaan, biji ini akan bercampur dengan enzim-enzim yang ada di usus luwak. Proses pencampuran enzim ini berlangsung selama lebih dari 2 hingga12 jam. Karena itu, proses fermentasi biji kopi menjadi sempurna.“
Dengan demikian,mungkin dari proses monogastrik itu tercipta cita rasa kopi yang enak. Namun, ini mesti ada penelitian terlebih dulu,”tandasnya. Pakar teknologi pangan Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Ir Umar Santoso, Msc, mengungkapkan, kopi luwak sangat sehat untuk dikonsumsi, jika prosedur pengolahannya tepat. Kopi dari luwak ini, harus disangrai terlebih dulu baru bisa dinikmati.
“Dengan suhupenyangraianmencapai 180– 230 derajat celsius, maka bakteri yang ada pada biji kopi luwak dipastikan mati,” tandasnya. Guru besar yang mengajar di Fakultas Teknologi Pertanian ini mengatakan, kopi luwak memang memiliki keistimewaan dibanding jenis kopi yang lain. Selain bijinya yang berkualitas karena telah terseleksi alami oleh luwak, proses fermentasi di dalam pencernaan binatang ini menjadikannya semakin sempurna. (inda susanti/haryudi/ fajar pratama)
www.seputarindonesia.com
Puslitkoka
PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA
Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute
Jl. PB. Sudirman 90, Jember 68118; Telp. (62331) 757130, 757132
E-Mail :iccri@iccri.net; Fax. (0331) - 757131
Jember Jawa Timur adalah saksi sejarah di mana pusat penelitian kopi dan kakao didirikan pemerintahan Hindia Belanda untuk menjawab kebutuhan kopi dan kakao berkualitas yang kala itu sudah menjadi primadona di dalam negeri maupun untuk dikirim ke luar negeri. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) didirikan pada tanggal 1 Januari 1911 dengan nama kala itu Besoekisch Proefstation. Setelah mengalami berkali-kali perubahan baik nama maupun pengelola, saat ini secara fungsional PPKKI berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia. Sedangkan secara struktural dikelola oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (LPPI-APPI). Menurut penjelasan Dr. Teguh Wahyudi Direktur Puslit Kopi dan Kakao Indonesia PPKKI adalah lembaga non profit yang memperoleh mandat untuk melakukan penelitian dan pengembangan komoditas kopi dan kakao secara nasional, sesuai dengan keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 786/KPTS/ORG/9/1981 tanggal 21 Oktober 1981. Tugas pokok dan fungsi adalah : melakukan penelitian guna mendapatkan varietas/klon unggul baru dan paket teknologi di bidang budidaya dan pengolahan hasil kopi dan kakao; melakukan kegiatan pelayanan kepada masyarakat tani/perkebunan kopi dan kakao di seluruh wilayah Indonesia guna memecahkan masalah dan mempercepat alih teknologi serta membina kemampuan di bidang sumber daya manusia, sarana dan prasarana guna mendukung kegiatan penelitian dan pelayanan.
Jember Jawa Timur adalah saksi sejarah di mana pusat penelitian kopi dan kakao didirikan pemerintahan Hindia Belanda untuk menjawab kebutuhan kopi dan kakao berkualitas yang kala itu sudah menjadi primadona di dalam negeri maupun untuk dikirim ke luar negeri. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) didirikan pada tanggal 1 Januari 1911 dengan nama kala itu Besoekisch Proefstation. Setelah mengalami berkali-kali perubahan baik nama maupun pengelola, saat ini secara fungsional PPKKI berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia. Sedangkan secara struktural dikelola oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (LPPI-APPI). Menurut penjelasan Dr. Teguh Wahyudi Direktur Puslit Kopi dan Kakao Indonesia PPKKI adalah lembaga non profit yang memperoleh mandat untuk melakukan penelitian dan pengembangan komoditas kopi dan kakao secara nasional, sesuai dengan keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 786/KPTS/ORG/9/1981 tanggal 21 Oktober 1981. Tugas pokok dan fungsi adalah : melakukan penelitian guna mendapatkan varietas/klon unggul baru dan paket teknologi di bidang budidaya dan pengolahan hasil kopi dan kakao; melakukan kegiatan pelayanan kepada masyarakat tani/perkebunan kopi dan kakao di seluruh wilayah Indonesia guna memecahkan masalah dan mempercepat alih teknologi serta membina kemampuan di bidang sumber daya manusia, sarana dan prasarana guna mendukung kegiatan penelitian dan pelayanan.
Kemasan kopi untuk UKM
Hj. Darningsih Rustiaji adalah pemberi semangat, motivator, dan akan menyingkirkan setiap keraguan para pemula yang sedang merintis usaha. “Mengapa harus terkendala modal sebagai alasan klasik, mengapa tidak memulai dari jumlah yang kecil dan mengutamakan kinerja” Itu tips pertama yang dikemukakan oleh Dar, sebagaimana ia sering dipanggil, salah seorang aktivis UKM dan pengurus KADIN di Jawa Barat yang sudah makan asam garam dalam dunia usaha. Untuk membantu UKM yang sering terkendala mondal tadi, ia mendirikan perusahaan pengemasan produk “Packaging House” yang berlokasi di Ruko Surapati Core Blok M. No. 28. Saya berbincang dengan dengan Darningsih tentang pentingnya sebuah kemasan, khususnya bagi UKM kopi.
Mengapa kemasan ? Ia menunjukan sebuah produk kopi luwak yang dibungkus dengan plastik dan diberi label yang ditulis tangan. “Apakah orang akan tertairk dengan produk seperti ini ? Saya yakin, sebagus apapun kopi yang mereka jual dalam bungkusan plastik yang bersahaja itu, hanya sedikit, kalau tak seorangpun yang akan melirik kopi tersebut” ujarnya.
“Di sinilah pentingnya sebuah kemasan yang apabila didesain dengan baik dan dapat memberikan informasi tentang produk tersebut, besar kemungkinan prilaku konsumen akan berubah secara drastis” jelas Darningsih yang sudah melakukan pameran tak terhitung banyaknya terutama di luar negeri. Dari kegiatan pameran yang ia lakukan secara temu bisnis dengan calon konsumen, ia mendapati bahwa kemasan ternyata punya peran yang sangat penting terutama untuk mengangkat citra produk UKM.
Lalu bagaimana dengan harga karena untuk membuat kemasan eksklusif tentu dibutuhkan biaya tak sedikit yang justru akan menguras modal para pelaku UKM? “Jangan bicara modal, pertanyaannya apakah Anda berani tidak melakoni bisnis?” tantang Darningsih kepada pengusaha yang biasanya berkeluh kesah tentang modal usaha. Memang bila UKM datang ke pabrik pengemasan, minimum order misalnya 30 ribu kemasan yang bila dihitung seribu rupiah per unit, maka tidak kurang dari 30 juta rupiah yang harus dikeluarkan oleh pengusaha tadi.
Di sinilah peran Packaging House (PH), perusahaan pengemasan yang telah dirintisnya sejak tahun 90an demi menjembatani kendala yang dihadapi para UKM karena masalah mahalnya harga sebuah kemasan. Dengan langkah yang mungkin dari sisi bisnis tidak feasible, PH memungkinkan bagi setiap UKM untuk membeli kemasan dalam jumlah yang sangat kecil, bahkan kurang dari lima buah dengan harga kurang yang relatif sama apabila dibeli dengan jumlah partai besar.
Bagaimana dengan desain kemasan itu sendiri ? Sebuah team kreatif dari Packaging House akan membantu para UKM menciptakan pilihan desain yang menarik hingga produk yang mungkin biasa akan menjadi bertambah nilai jualnya dengan kemasan artistik dan menyediakan informasi lengkap tentang produk tersebut.
Apakah UKM akan dibebani biaya pembuatan desain ? Tentu, tapi Darningsih meyakinkan kalau harga desainnya jauh lebih murah dibanding perusahaan desain grafis profesional. Seberapa murah ? Di bawah satu juta rupiah, pelaku UKM sudah memperoleh beberapa pilihan desain yang bisa dipilih untuk digunakan dalam kemasannya.
Sudah ratusan pengusaha kopi dari berbagai daerah menggunakan jasanya termasuk Pemerintah Daerah yang ingin memajukan industri kopi di daerahnya, seperti produk Kopi Paiker dari daerah Sumatera Selatan yang menjadi salah satu ikon produk provinsi tersebut.
Saat ini Packaging House menyediakan pembuatan berbagai jenis kemasan yang terbuat dari berbagai material seperti kertas, aluminum foil, logam, kaca, plastik, botol, jar. Bukan hanya untuk kopi saja, tapi berbagai jenis makanan dan produk lainnya bisa memesan berbagai bentuk kemasan di perusahaan yang mendukung UKM ini.
Informasi lebih lanjt silakan menghubungi Packaging House di :
Packaging House
Jl. P.H.H Mustopa No.39
Bandung 40192
Telpon: (022) 87241366
web : Packaging House
Terakhir, terima kasih untuk Budi dari Coffeeshopz yang sudah mengantar dan menemani saya ke tempat ini.
http://www.cikopi.com/
Selasa, 21 Juni 2011
PHBM - Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
Kolaborasi antara Masyarakat Desa Hutan dengan Perum Perhutani
dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan di Jawa
1. Latar Belakang
Pulau Jawa memiliki luasan hanya 6% dari luas wilayah Indonesia, tetapi 60% dari jumlah penduduk Indonesia
tinggal di Jawa. Perum Perhutani sebagai BUMN yang diberi mandat untuk mengelola hutan negara dituntut
untuk memberikan perhatian yang besar kepada masalah sosial ekonomi masyarakat, terutama masyarakat
pedesaan yang sebagian besar tinggal di sekitar hutan. Interaksi antara masyarakat dengan hutan tidak
mungkin dapat dipisahkan. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan hutan harus
memperhatikan keberlanjutan ekosistem hutan dan peduli dengan masyarakat miskin di sekitar hutan.
Sejalan dengan terjadinya reformasi di bidang kehutanan, Perum Perhutani menyempurnakan sistem
pengelolaan sumberdaya hutan dengan lahirnya Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).
Sistem PHBM ini dilaksanakan dengan jiwa BERSAMA, BERDAYA, dan BERBAGI yang meliputi pemanfaatan
lahan/ruang, waktu, dan hasil dalam pengelolaan sumberdaya hutan dengan prinsip saling menguntungkan,
memperkuat dan mendukung serta kesadaran akan tanggung jawab sosial. Sampai dengan tahun ke-6
pelaksanaan PHBM disadari bahwa masih ditemukan berbagai kendala dan permasalahan, maka pada tahun
2007 disempurnakan kembali dalam PHBM PLUS. Dengan PHBM PLUS diharapkan pelaksanaan pengelolaan
sumberdaya hutan di Jawa akan lebih fleksibel, akomodatif, partisipatif dan dengan kesadaran tanggung
jawab sosial yang tinggi, sehingga mampu memberikan kontribusi peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) menuju Masyarakat Desa Hutan Mandiri dan Hutan Lestari.
2. Pengertian PHBM
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat adalah sistem pengelolaan sumberdaya hutan dengan pola
kolaborasi yang bersinergi antara Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau para pihak yang
berkepentingan dalam upaya mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan yang optimal
dan peningkatan IPM yang bersifat fleksibel, partisipatif dan akomodatif.
3. Maksud dan Tujuan
PHBM dimaksudkan untuk memberikan arah pengelolaan sumberdaya hutan dengan memadukan aspek
ekonomi, ekologi dan sosial secara proporsional dan profesional.
PHBM bertujuan untuk meningkatkan peran dan tanggung jawab Perum Perhutani, masyarakat desa
hutan dan pihak yang berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan,
melalui pengelolaan sumberdaya hutan dengan model kemitraan.
4. Ruang Lingkup PHBM
PHBM dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan hutan dengan mempertimbangkan skala prioritas
berdasarkan perencanaan partisipatif. PHBM yang dilaksanakan di dalam kawasan hutan tidak bertujuan
untuk mengubah status kawasan hutan, fungsi hutan dan status tanah negara.
5. Prinsip-prinsip PHBM
PHBM dilaksanakan dengan prinsip-prinsip :
a. Perubahan pola pikir pada semua jajaran Perum Perhutani dari birokratis, sentralistik, kaku dan ditakuti
menjadi fasilitator, fleksibel, akomodatif dan dicintai.
b. Perencanaan partisipatif dan fleksibel sesuai dengan karakteristik wilayah.
c. Fleksibel, akomodatif, partisipatif dan kesadaran akan tanggung jawab sosial.
d. Keterbukaan, kebersamaan, saling memahami dan pembelajaran bersama.
e. Bersinergi dan terintegrasi dengan program-program Pemerintah Daerah.
f. Pendekatan dan kerjasama kelembagaan dengan hak dan kewajiban yang jelas.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat desa hutan.
Pemberdayaan masyarakat desa hutan secara berkesinambungan.
Mengembangkan dan meningkatkan usaha produktif menuju masyarakat mandiri dan hutan lestari.
Supervisi, monitoring, evaluasi dan pelaporan bersama para pihak.
6. Organisasi-organisasi dalam PHBM
Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) merupakan suatu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa
hutan dalam rangka kerjasama pengelolaan sumberdaya hutan dengan sistem PHBM. LMDH merupakan
lembaga yang berbadan hukum, mempunyai fungsi sebagai wadah bagi masyarakat desa hutan untuk
menjalin kerjasama degan Perum Perhutani dalam PHBM dengan prinsip kemitraan. LMDH memiliki hak
kelola di petak hutan pangkuan di wilayah desa dimana LMDH itu berada, bekerjasama dengan Perum
Perhutani dan mendapat bagi hasil dari kerjasama tersebut. Dalam menjalankan kegiatan pengelolaan
hutan, LMDH mempunyai aturan main yang dituangkan dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah
Tangga (ART).
Forum Komunikasi PHBM (FK PHBM) merupakan salah satu lembaga pendukung dalam pelaksanaan PHBM.
FK PHBM dibentuk disetiap tingkat pemerintahan, mulai dari Pemerintah Desa, Pemerintah Kecamatan,
Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi. Secara hukum FK bertanggung jawab kepada Pemerintah
di tingkat mana FK tersebut dibentuk.
Tugas FK PHBM adalah:
a. Mengkoordinasikan dan menjabarkan
secara operasional kegiatan pengelolaan
sumberdaya hutan bersama masyarakat.
b. Melaksanakan bimbingan,
pendampingan, memantau dan
mengevaluasi hasil kegiatan dan
perkembangan PHBM.
c. Melaksanakan tugas-tugas lain yang
berkaitan dengan PHBM sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi instansi masing-
masing.
d. Menyampaikan hasil laporan kegiatan
tersebut kepada semua pihak yang
berkepentingan.
7. Pelaksanaan PHBM
Pelaksanaan PHBM di bidang pengelolaan hutan, meliputi program-program sebagai berikut :
a. Bidang Perencanaan
• Penyusunan Perencanaan Petak Hutan Pangkuan secara partisipatif dengan melibatkan semua pihak
terkait. Perencanaan meliputi: rencana kelola wilayah hutan, rencana sosial, rencana kelembagaan,
peningkatan sumberdaya manusia, peningkatan usaha ekonomi produktif masyarakat sekitar
hutan.
• Perencanaan disusun oleh LMDH, Perum Perhutani dan para pihak yang berkepentingan dengan
pendekatan desa melalui kajian sumberdaya yang ada di masing-masing desa.
b. Bidang Pembinaan Sumberdaya Hutan
• Persemaian, tanaman dan pemeliharaan dikerjasamakan dengan LMDH.
• Pengkaderan mandor sebagai penyuluh PHBM PLUS.
• Pembuatan pusat informasi dan komunikasi PHBM.
• Pelatihan-pelatihan usaha produktif dan kewirausahaan untuk LMDH.
• Pemberdayaan terhadap LMDH bersama dengan para pihak.
• Mengaktifkan pola FGD (Foccus Group Discussion = Diskusi Kelompok Terarah).
• Pembentukan site learning (lokasi pembelajaran) untuk PHBM.
c. Bidang Produksi
• Alokasi bagi hasil untuk produksi kayu dan non-kayu, wisata, galian C, sampah, air, dll.
• Pertisipasi LMDH dalam pengamanan hasil tebangan dan pengangkutan kayu dari hutan ke Tempat
Penimbunan Kayu (TPK).
Levelling the Playing Field Project
d. Bidang Pemasaran dan Industri
• Pembentukan warung kayu untuk mempermudah
masyarakat desa hutan dalam memperoleh kayu.
• Membantu pasokan kayu untuk industri kecil yang
dimiliki oleh LMDH.
• Membantu teknologi bagi industri LMDH.
• Membantu pengembangan pemasaran bagi
industri LMDH.
e. Bidang Keamanan
• LMDH berperan aktif dalam menjaga keamanan
hutan.
• LMDH bersama Perhutani melaksanakan
patroli harian untuk mengatasi keamanan dan
pengamanan hutan.
f. Bidang Keuangan
• Biaya PHBM PLUS minimal 10 % dari Rencana
Kerja dan Anggaran Perusahaan.
• Pendapatan perusahaan dari bagi hasil kegiatan PHBM di luar
usaha pokok dikembalikan untuk mendukung kegiatan PHBM PLUS.
• Memfasilitasi LMDH dalam memperoleh sumber modal dari pihak ketiga.
• Memberikan bimbingan kepada LMDH dalam pengelolaan administrasi dan pemanfaatan
keuangan.
g. Bidang Sumberdaya Manusia (Perhutani)
• Penyiapan petugas PHBM yang proporsional dengan kualitas yang memadai.
• Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di tingkat Pusat, Unit dan KPH dengan melakukan pertemuan
dan aktifitas yang intensif.
• Pembangunan dan pengembangan training centre (pusat pelatihan) PHBM PLUS untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan
metode partisipatif yang berbasis community development (pembangunan masyarakat).
8. Keterlibatan Para Pihak dalam PHBM
Para pihak yang dimaksud dalam PHBM adalah pihak di luar Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan
yang mempunyai perhatian dan berperan mendorong proses optimalisasi serta berkembangnya PHBM,
yaitu: Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Lembaga Ekonomi Masyarakat, Lembaga
Sosial Masyarakat, Usaha Swasta, Lembaga Pendidikan dan Lembaga Donor.
Pemeritah Daerah dilibatkan dalam sistem PHBM, sebagai pemegang kekuasaan atas wilayah administrasi
dan tata kehidupan sosial masyarakat desa hutan. Peran Pemerintah Daerah adalah mensinergikan program-
program pembangunan wilayah dengan pelaksanaan PHBM. Pemerintah Daerah yang terlibat dalam PHBM
meliputi: Pemerintah Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi.
Lembaga Swadaya Masyarakat, berperan dalam pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat mampu
mengatasi segala persoalan dalam dirinya. LSM diharapkan bisa melakukan transfer pengetahuan dan
teknologi pada masyarakat untuk mempercepat terjadinya perubahan sosial untuk mewujudkan kelestarian
hutan dan kesejahteraan masyarakat.
Lembaga Ekonomi Masyarakat, berperan dalam mengembangkan usaha untuk peningkatan ekonomi
masyarakat. Persoalan ekonomi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena hal ini mempunyai
pengaruh yang cukup kuat terhadap keberhasilan pengelolaan sumberdaya hutan.
Lembaga Sosial Masyarakat, berperan dalam menumbuhkan kesadaran dan mendukung kehidupan
sosial masyarakat sekitar hutan menjadi lebih kualitas. Lembaga Sosial Masyarakat berupa perkumpulan-
perkumpulan sosial di masyarakat, baik yang terbentuk secara alami maupun terbentuk karena program-
program dari pihak di luar masyarakat.
Usaha Swasta, berperan dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan, yang memiliki prinsip usaha untuk
pemupukan modal. Keterlibatan pihak ini dalam PHBM akan mendukung kemajuan masyarakat dalam
mengembangkan potensi alam dan potensi sumberdaya manusia untuk meningkatkan kehidupan ekonomi
masyarakat sekitar hutan.
Levelling the Playing Field Project
Lembaga Pendidikan, memiliki peran dalam usaha
pengembangan sumberdaya manusia, melakukan
kajian dan transfer ilmu, pengetahuan dan teknologi
pada masyarakat desa hutan, sehingga memiliki
pengetahuan yang cukup dalam keterlibatannya
pada PHBM.
Lembaga Donor, berperan untuk memberikan
dukungan dana kepada masyarakat desa hutan dalam
usaha keterlibatannya di PHBM. Kerjasama dengan
Lembaga Donor akan menjadikan masyarakat
dan Perum Perhutani memiliki kesempatan untuk
mengoptimalkan berbagai potensi sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia yang dimilikinya.
9. Bagi Hasil dalam PHBM
Kegiatan berbagi dalam PHBM ditujukan untuk meningkatkan nilai dan keberlanjutan fungsi serta manfaat
sumberdaya hutan. Nilai dan proporsi berbagi dalam PHBM ditetapkan sesuai dengan nilai dan proporsi
masukan faktor produksi yang dikontribusikan oleh masing-masing pihak (Perum Perhutani, masyarakat
desa hutan, dan pihak yang berkepentingan).
Nilai dan proporsi berbagi ditetapkan oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau Perum
Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan pada saat penyusunan rencana
yang dilakukan secara partisipatif. Ketentuan mengenai nilai dan proporsi berbagi dituangkan dalam
perjanjian PHBM antara Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau Perum Perhutani dan masyarakat
desa hutan dengan pihak yang berkepentingan.
10. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi harus dilakukan secara konsisten sebagai tuntutan manajemen dalam rangka
pelaksanaan PHBM. Monitoring dan evaluasi merupakan dasar bagi penilaian kinerja jajaran Perum Perhutani
dan masyarakat desa hutan dalam melaksanakan PHBM.
Monitoring dalam pelaksanaan PHBM dilakukan dalam rangka pendampingan, pengawalan dan
pengamatan atas pelaksanaan PHBM. Monitoring ini harus dilaksanakan secara terus menerus selama proses
berjalan oleh Perum Perhutani, LMDH, LSM, dan para pihak yang berkepentingan.
Evaluasi dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui pencapaian hasil kinerja pelaksanaan PHBM.
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil pelaksanaan dengan target yang telah
ditetapkan dalam perencanaan PHBM pada masing-masing wilayah.
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan alat monitoring dan evaluasi yang
dirumuskan bersama oleh semua pihak. Kesepakatan tentang alat monitoring dan evaluasi yang akan
digunakan memberikan pengaruh terhadap keberhasilan proses, respon dan dampak terhadap monitoring
dan evaluasi yang dilakukan. Untuk itu monitoring dan evaluasi harus dilakukan secara partisipatif mulai
dari perumusan alat yang digunakan, pelaksanaan dan tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi yang
dilakukan.
Sumber: Keputusan Direksi Perum Perhutani No: 268/KPTS/DIR/2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat Plus (PHBM PLUS) dengan adanya penyelarasan bahasa dan
materi oleh Pusat Kajian Hutan Rakyat (PKHR) Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Dokumen ini disusun sebagai media sosialisasi LMDH dalam kerangka Levelling the Playing Field Project,
yang didanai oleh Uni Eropa, kerjasama CIRAD, CIFOR, Fakultas Kehutanan UGM dan Perum Perhutani.
www.cifor.cgiar.org/lpf/docs/java/LPF_Flyer_PHBM.pdf
Langganan:
Postingan (Atom)