Pengenalan Nematoda Parasit Akar Pada Tanaman Kopi
Oleh : Ida Roma Tio Uli Siahaan, SP
I. PENDAHULUAN
Kopi
adalah suatu jenis tanaman tropis yang dapat tumbuh dimana saja,
terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang
sangat dingin. Mutu kopi yang baik sangat tergantung pada jenis bibit
yang ditanam, keadaan iklim, tinggi tempat dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi perkembangan hama dan penyakit (Anonimus, 1988).
Di
beberapa perkebunan kopi banyak dikenal gangguan-gangguan tanaman kopi
yang sangat merugikan. Gangguan-gangguan tersebut kebanyakan disebabkan
oleh hama dan penyakit, juga disebabkan keadaan sekeliling yang pada
umumnya menyerang pada akar, batang, ranting, bunga, buah dan daun. Selain
jamur akar, akhir-akhir ini diketahui pula adanya serangan nematoda
akar kopi yang dapat menjadi ancaman penting pertanaman kopi karena
dapat turut menurunkan produktivitas kopi di Indonesia.
Terdapat dua jenis nematoda penting yang menyerang tanaman kopi khususnya kopi jenis Arabika yaitu nematoda parasit Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis.
Kedua jenis nematoda ini merupakan jasad pengganggu yang sangat
berbahaya pada kopi robusta dan lebih-lebih pada kopi arabika. Hingga
saat ini belum ada cara pengendalian yang ekonomis untuk pertanaman kopi
yang sudah terserang (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2007).
Berdasarkan
hasil penelitian dan informasi yang ada, menunjukkan bahwa serangan
nematoda parasit tanaman di Indonesia cenderung meningkat yang dapat
mengarah kepada tingkat kerusakan yang lebih berat Oleh
karena itu, perhatian terhadap nematoda perlu lebih ditingkatkan, agar
masalah nematoda yang mungkin timbul dapat diantisipasi sedini mungkin
sehingga kerugian karena nematoda dapat ditekan menjadi serendah mungkin
(Mustika, 2003).Dalam upaya pengelolaan nematoda tersebut untuk
mencapai berhasilnya suatu usaha pertanian di Indonesia perlu terlebih
dahulu dikenal nematoda tersebut termasuk gejala serangan dan cara
pengendaliannya.
II. NEMATODA PENTING PERUSAK AKAR KOPI
Di
Indonesia, kerusakan tanaman karena nematoda parasit, kurang disadari
baik oleh petani maupun para petugas pertanian yang bekerja di lapangan.
Hal ini mungkin disebabkan oleh gejala serangan nematoda yang sulit
diamati secara visual karena ukuran nematoda yang sangat kecil. Di
samping itu, peminat terhadap nematologi (ilmu yang mempelajari
nematoda) sangat terbatas. Di sisi lain, gejala serangan nematoda
berjalan sangat lambat dan tidak spesifik, mirip atau bercampur dengan
gejala kekurangan hara dan air, kerusakan akar dan pembuluh batang
(Mustika, 2003).
Nematoda
parasit tanaman dapat berperan langsung sebagai patogen penyebab
penyakit, sebagai organisme yang membuat tanaman lebih mudah terserang
(predispose) oleh patogen lainnya seperti cendawan, bakteri atau virus.
Secara
umum, serangan nematoda menyebabkan kerusakan pada, karena nematoda
mengisap sel-sel akar, sehingga pembuluh jaringan terganggu, akibatnya
translokasi air dan hara terhambat. Serangan nematoda juga dapat
mempengaruhi proses fotosintesa dan transpirasi (Evans, 1982;
Melakeberhan, et.al., 1987 dalam Mustika, 2005), sehingga pertumbuhan
tanaman terhambat, warna daun menguning seperti gejala kekurangan hara
dan mudah layu. Karena pertumbuhan terhambat produktivitas tanaman
menjadi menurun. Seringkali gajala tanaman yang terserang nematoda akar
kopi bersamaan dengan serangan OPT lain seperti jamur akar putih, jamur akar coklat dan penyakit antraknos.
1. Morfologi Umum dan Siklus Hidup
Nematoda
adalah sejenis cacing bulat yang kedua sisinya simetris dan hampir
semuanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Nematoda memiliki
semua sistem fisiologi seperti pada binatang kelas tinggi, kecuali
sistem pernaafasan dan peredaran darah. Pada umumnya nematoda adalah
tembus cahaya (transparan) sehingga dengan menggunakan mikroskop cahaya
yang dilegkapi dengan lampu dari bawah dan perbesaran sekitar 900-1000
kali, anatomi nematoda dapat dilihat dengan jelas.
Tubuh
nematoda tidak beruas, tidak berwarna dan ditutupi oleh dinding tubuh
yang berfungsi untuk melindungi dari tekanan. Dinding tubuh tersebut
terdiri atas kutikula bagian luar, lapisan antara, hipodermis dan bagian
dalam berupa otot-otot yang membujur. Kutikula merupakan struktur yang
aktif terdiri dari protein dan ensim. Selama siklus hidupnya nematoda
mengalami empat kali pergantian kutikula. Di bawah kutikula terdapat
epidermis (Mustika, 2003).
Ciri
khusus dari nematoda parasit tanaman adalah adanya stilet pada bagian
kepalanya yang berfungsi sebagai alat untuk masuk ke dalam jaringan
tanaman dan makan cairan sel. Ciri khusus ini merupakan perbedaan
morfologi utama antara nematoda parasit tanaman (fitoparasit) dengan
kelompok nematoda lainnya (Mustika, 2003).
Siklus
hidup nematoda sangat sederhana sekali yaitu betina meletakkan telur
kemudian telur-telur tersebut menetas menjadi larva. Dalam banyak hal,
larva-larva ini menyerupai nematoda, hanya ukurannya lebih kecil. Selain
nematoda dewasa dan telur, dalam siklus hidup nematoda terdapat 4
stadia larva dan empat kali pergantian kulit. Stadia larva pertama
berkembang dalam telur dan pergantian kulit pertama biasanya terjadi di
dalam telur. Dari pergantian kulit pertama muncul stadia larva dua, yang
bergerak bebas ke dalam tanah dan masuk ke dalam jaringan tanaman.
Apabila nematoda stadia larva dua tersebut mulai makan pada jaringan
inang yang cocok, terjadi pergantian kulit kedua, ketiga dan keempat
yang menghasilkan berturut-turut larva stadia tiga, empat dan lima atau
stadia dewasa. Secara umum, siklus hidup nematoda parasit berlangsung
selama 25-35 hari, bergantung pada jenis nematoda, tanaman inang,
keadaan lingkungan tanah (suhu, kelembaban, tekstur) (Mustika, 2003).
Tingkat
kerusakan akibat serangan nematoda pada tanaman tertentu tergantung
pada jenis tanaman, varietas, spesies nematoda, tingkat populasi di
dalam tanah dan lingkungan. Kerusakan fatal dapat terjadi bila tanaman
yang sangat peka ditanam dan populasi nematoda di dalam
tanah cukup tinggi. Akibat serangan nematoda dapat menghambat
pertumbuhan tanaman, mengurangi produkitivitas dan kualitas produksi
(Sasser, 1985 dalam Mustika, 2003).
2. Pratylenchus coffeae (Nematofa Peluka Akar) dan Gejala Serangannya
P. coffeae
bertelur di dalam jaringan akar. Daur hidupnya berkisar antara 45-48
hari dengan rincian sebagai berikut: inkubasi telur selama 15-17 hari,
perkembangan larva hingga menjadi dewasa sekitar 15-16 hari dan
perkembangan nematoda dewasa hingga meletakkan telur sekitar 15 hari. P. coffeae termasuk
dalam Kelas Adenophorea, Ordo Tylenchidae, Famili Pratylenchidae dan
Genus Pratylenchus (Inserra, et.al., 1998; Mustika, 2003).
Nematoda ini mempunyai lebar tubuh antara 40 μm hingga 160 μm (Whitehead, 1998), dengan panjang tubuh antara 0,4-0,7 mm, sedangkan diameter tubuh 20 -25 μm
(Agrios, 2005). Bentuk nematoda ini pada umumnya memanjang, bagian
ujung anterior kepala mendatar, dengan kerangka kepala yang kuat,
mempunyai stilet pendek dan kuat, panjangnya 14-20 μm dengan basal knop yang jelas (Dropkin 1992).
P. coffeae menyerang
jaringan kortek akar serabut terutama akar-akar serabut yang aktif
menyerap unsur hara dan air. Akibatnya akar serabut menjadi rusak,
berwarna coklat dan terdapat luka-luka nekrotik. Luka-luka tersebut
secara bertahap meluas, sehingga akhirya seluruh akar serabut membusuk.
Gejala
kerusakan oleh nematoda pada bagian tanaman di atas permukaan tanah
umumnya tidak spesifik. Tanaman tanaman tampak kerdil, pertumbuhan
terhambat, ukuran daun dan cabang primer mengecil, daun tua berwarna
kuning yang secara perlahan-lahan akhirnya rontok dan tanaman mati. Akar
tanaman kopi yang terserang oleh P. coffeae warnanya berubah
menjadi kuning, selanjutnya berwarna coklat dan kebanyakan akar
lateralnya busuk. Luka yang terjadi pada akar berakibat merusak seluruh
sistem perakaran tanaman kopi (Mustika, 2003).
Gejala
pertama yang muncul akibat infeksi pada tanaman yang baru dipindah
adalah daunnya menguning, cabang-cabang utamanya sedikit dan tanaman
kerdil. Tanaman berangsur layu yang diikuti oleh kematian. Tanaman yang
terserang berat akan mati sebelum dewasa. Di lapangan, gejala kerusakan
tersebut terjadi secara setempat-setempat yang dapat mengurangi hasil
tergantung pada berat ringannya serangan. P. coffeae merupakan nematoda parasit yang paling merusak pada kopi Arabika di India Selatan.
Gbr. 1. Nematoda Peluka Akar, Pratylenchus coffeae
Gbr 2. Betina Pratylenchus coffeae pada tanaman jeruk: A). Anterior; B). Posterior: A=anus, V=vulva (Inssera, 1998).
3. Radopholus similis (Nematoda Pelubang Akar) dan Gejala Serangannya
R. similis atau nematoda pelubang akar diketahui sebagai endoparasit migratori pada berbagai jenis tanaman. Nematoda
ini merusak atau makan bagian korteks akar sehingga terjadi
lubang-lubang pada akar tersebut. Semua stadia dapat dijumpai pada di
dalam akar dan tanah. Jantan bersifat nonparasit, sedangkan stadia
lainnya bersifat parasit pada tanaman (Mustika, 2003).
Nematoda R. Similis termasuk dalam Kelas Secernentea, Ordo Tylnchida, Famili Pratylenchidae dan Genus Radopholus (Williams and
Siddiqi, 1973). Dari sisi biologi, nematoda luka akar mempunyai
perbedaan dengan nematoda yang lain. Nematoda luka akar akan dapat
berkembang biak lebih baik di dalam akar tanaman yang pertumbuhannya
tidak baik. Tanaman yang mempunyai zat makanan minimal mendorong
nematoda berkembang dibandingkan dengan tanaman yang menyediakan zat makanan optimal (Dropkin,1992).
Selain
temperatur tanah, kehidupan nematoda juga dipengaruhi oleh keberadaan
filum air baik di dalam tanah atau dalam tanaman. Filum air berperan
bagi mobilitas nematoda, menentukan inaktif dan tidaknya nematoda,
bahkan berpengaruh terhadap mortalitasnya (Williams dan Bridge, 1983).
Porositas, kelembaban, dan aerasi tanah juga berperan dalam
keberlangsungan hidup nematoda (Sastrahidayat, 1992). Pada umumnya
nematoda berada di lapisan tanah antara 15-30 cm, namun dapat berkembang
baik jika tanah mempunyai banyak pori dan mempunyai cukup udara.
Gambar 3. Nematoda pelubang akar kopi (R. similis).
4. Gejala Serangan Nematoda Parasit Akar Kopi
Gejala kerusakan oleh nematoda P. coffeae adalah
pada bagian tanaman di atas permukaan tanah umumnya tidak spesifik.
Tanaman tampak kerdil, pertumbuhan terhambat, ukuran daun dan cabang
primer mengecil, daun tua berwarna kuning yang secara perlahan-lahan
akhirnya rontok dan tanaman mati. Akar tanaman yang terserang P.coffeae warnanya
berubah menjadi kuning, selanjutnya berwarna coklat dan kebanyakan akar
lateralnya busuk. Luka yang terjadi pada akar berakibat merusak seluruh
sistem perakaran tanaman kopi (Mustika, 2003).
Gejala
pertama yang muncul akibat infeksi pada tanaman yang baru dipindah
daunnya menguning, cabang-cabang utamanya sedikit dan tanaman kerdil.
Tanaman berangsur layu yang diikuti oleh kematian. Tanaman yang
terserang berat akan mati sebelum dewasa. Di lapangan, gejala kerusakan
tersebut terjadi setempat-setempat yang dapat mengurangi hasil
tergantung pada berat ringannya serangan P. coffeae. P. coffeae merupakan nematoda parasit yang paling merusak pada kopi Arabika di India Selatan (Mustika, 2003).
Pada tanaman kopi di Indonesia, serangan nematoda R. similis menyebabkan
pertumbuhan tanaman merana, bagian pucuk tanaman mati atau meranting,
daunnya kecil-kecil, percabangan kurang dan tanaman mudah digoyangkan
(Amidjojo, 1988 dalam Mustika, 2003).
Gambar 3. Serangan nematoda menyebabkan daun tanaman kopi kuning dan layu akhirnya rontok sehingga tanaman menjadi meranggas
Gambar 4. Akar samping (akar lateral) putus-putus, kulit akar menjadi kering dan terkelupas akibat serangan nematoda akar.
III. PENGENDALIAN NEMATODA PARASIT AKAR KOPI
Pengendalian
nematoda yang selama ini banyak digunakan adalah melalui pemanfaatan
bahan organik, penggunaan varietas tahan jika tersedia, dengan cara
kimia menggunakan pestisida/nematisida dan solarisasi. Dalam
pelaksanaannya sering kali hanya memilih satu cara dan target utamanya
hanya terhadap nematoda yang dikendalikan dan kurang memperhatikan
akibatnya terhadap keseluruhan ekosistem pertanian Dalam pengelolaan
nematoda berkelanjutan, hal penting yang perlu dilakukan adalah
monitoring komponen biologi dan lingkungan secara teratur termasuk di
dalamnya adalah populasi dan musuh alaminya (Munif, 2003).
1. Benih/bibit yang sehat
Penggunaan
benih dan bibit yang baik dan bebas dari nematoda merupakan langkah
awal dalam kegiatan budidaya tanaman. Hal ini mengingat umumnya masuknya
nematoda ke suatu areal pertanaman terjadi karena nematoda terbawa
bersama benih. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi benih atau bibit
dan hanya menanam benih dan bibit yang bebas dari kontaminasi nematoda
parasit (Munif, 2003).
Kopi Arabika dianjurkan ditanam di atas 700 dpl. Ketinggian 700 m dpl merupakan batas ketinggian minimum yang masih dapat menghasilkan biji kopi bermutu baik. Menemukan
dan identifikasi awal khususnya di pembibitan sebelum bibit dipindah ke
kebun, jika bibit terserang berat, sebaiknya bibit dibinasakan (Wiryadiputra dan Atmawinata, 1998).
2. Jenis Kultivar
Jenis
kultivar tertentu yang ditanam juga berpengaruh terhadap perkembangan
nematoda parasit. Kultivar yang resisten akan dapat menekan perkembangan
nematoda parasit tumbuhan, sedangkan pemilihan kultivar yang rentan
akan mendorong perkembangan populasi nematoda. Pengaruh
secara tidak langsung dari penanaman suatu jenis kultivar terhadap
perkembangan nematoda adalah pengaruh eksudat akar yang dihasilkan oleh
tanaman yang berpengaruh terhadap perkembangan nematoda dan
mikroorganisme lainnya yang ada di dalam tanah (Munif, 2003).
3. Rotasi Tanaman
Rotasi
tanaman dimasudkan untuk mengurangi kepadatan populasi nematoda di
dalam tanah yang sudah terinfestasi. Rotasi tanaman dilakukan dengan
menanam jenis tanaman yang bukan termasuk inang dari patogen tersebut.
Penanaman dengan tanaman bukan inang diharapkan akan memutus atau
setidaknya mengganggu siklus hidup nematoda. Peningkatan
populasi nematoda dalam tanah banyak dipengaruhi oleh penanaman tanaman
inang yang sama secara terus menerus (Munif, 2003).
4. Tanaman perangkap (Trap cropping)
Penanaman
tanaman perangkap pada lahan yang sudah terinfestasi nematoda akan
sangat bermanfaat untuk mengurangi kepadatan populasinya. Metode
pengendalian ini telah berhasil digunakan untuk mengurangi populasi nematoda sista pada kentang.
5. Solarisasi tanah
Solarisasi
dengan menggunakan plastik gelap maupun terang adalah upaya untuk
meningkatkan temperatur tanah pada level tertentu sehingga dapat menekan
populasi nematoda maupun patogen tanah. Mekanisme penekanannya dapat
secara langsung dengan terbunuhnya propagul patogen atau nematoda akibat
peningkatan suhu akibat peningkatan suhu karena proses penutupan tanah
dengan plastik dalam jangka waktu tertentu, maupun secara tidak langsung
dengan aktifnya berbagai mikroorganisme antagonis dalam tanah karena
proses solarisasi tersebut (Munif, 2003).
6. Penggenangan
Penggenangan
tanah yang terinfestasi selama beberapa bulan dapat mengurangi populasi
nematoda. Penggenangan telah terbukti populasi Meloidogyne pada pertanaman secara signifikan. Cara ini juga telah digunakan untuk mengurangi serangan nematoda Radopholus similis yang menyerang tanaman pisang di Amerika Tengah dan Selatan (Munif, 2003).
7. Varietas resisten
Penanaman jenis resisten secara ekonomi dan ekologi sangat menguntungkan (Munif, 2003). Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia telah berhasil menemukan anjuran
klon kopi Robusta BP 308 tahan nematoda yang telah diuji di berbagai
daerah endemik serangan nematoda dengan hasil memuaskan. Selain
tahan serangan nematoda parasit, klon BP 308 juga tahan kekeringan.
Untuk mempertahankan sifat tahan serangan nematoda kopi robusta klon BP
308 harus diperbanyak secara klonal karena sebagai induk maupun
penyerbuk mewariskan sifat tahan hanya sebesar 40-60%. Klon ini memiliki
produktivitas 1.200 kg kopi pasar/ha/tahun. Kopi Robusta
Klon BP 308 dianjurkan digunakan sebagai batang bawah untuk penyambungan
dengan batang atas klon-klon anjuran kopi robusta sesuai agroklimat
setempat atau varietas anjuran kopi arabika. Klon BP 308 dilepas oleh Menteri Pertanian dengan SK No. 65/Kpts/SR.120/I/2004. Adapun klon-klon robusta yang dianjurkan adalah BP 42, BP 234, BP 288, BP 358, Bp 409, dan SA 237. Enam
klon lain yang baru dilepas oleh adalah BP 436, BP 534, BP 920, BP936,
BP 939 dan SA 203. Varietas anjuran kopi arabika yaitu Abesinia 3, S
795, USDA 762, Kartika 1, Kartika 2, dan Andungsari 1 (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2007).
8. Pengendalian secara biologi
Beberapa contoh agen pengendali yang sudah teruji seperti bakteri parasit Pasteuria penetrans, maupun bakteri saprofit yang berasal rizosfer seperti Bacillus subtilis, Pasteuria fluorescens, Agrobacterium radiobacter. Demikian juga agen pengendali dari kelompok cendawan seperti Paecilomyces lilacinus, Arthrobotrys oligospora, Dactilella sp. (Munif, 2003).
Hasil percobaan Irfan (2006), menunjukkan bahwa jamur A. oligospora umur 15 dan 30 hari yang yang diinokulasikan dengan 600 ekor nematoda R. similis dapat memberikan penekanan terhadap populasi R. similis pada tanaman kopi. Sedangkan 3 taraf dosis jamur A. oligospora (16, 24 dan 32 gram) yang diinokulasikan yang tidak berpengaruh terhadap populasi nematoda R. similis.
8. Bahan Organik
Berbagai
jenis bahan organik seperti kompos, pupuk kandang dari kotoran ayam dan
bahan organik lainnya telah dilaporkan dapat mengurangi serangan
nematoda parasit. Penambahan bahan organik ke dalam tanah selain dapat
meningkatkan kualitas kesehatan tanah dan kesuburan tanaman, juga dapat
merangsang perkembangan mikroorganisme antagonis. Beberapa senyawa yang
diproduksi oleh berbagai bahan organik di dalam tanah juga dilaporkan dapat meningkatkan populasi nematoda predator (Munif, 2003).
Penggunaan
bahan organik (kotoran ayam, sapi, kambing, sekam padi, serbuk gergaji
atau tepung biji mimba) dapat mengurangi populasi nematoda M. incognita dan P. brachyurus pada nilam, dan efektivitasnya hampir sama dengan nematisida karbofuran 3% (Mustika dan Nuryani, 2006). Menurut
Puslit Kopi dan Kakao Indonesia, pemberian pupuk kandang (kotoran sapi
1-2 kg/tanaman dapat dilakukan sebelum tanam dengan tujuan untuk
meningkatkan produksi mikroorganisme antagonis (musuh alami) nematoda
pada tanaman nilam.
Pemupukan bahan organik dilakukan bertujuan memperbaiki struktur tanah sehingga tanaman dapat tumbuh subur. Tanaman
yang sehat dan kuat lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Di
dalam pupuk oganik terutama pupuk kandang/kompos banyak berkembang
mikroorganisme yang dapat berperan sebagai musuh alami nematoda,
misalnya jamur perangkap seperti Arthrobotyrs oligospora, yang bersifat sebagai jamur perangkap nematoda (sticky network). Pemberian pupuk kandang 15 kg/pohon pada kopi arabika ‘Kartika’ ternyata dapat menekan populasi P. coffeae setingkat dengan pemakaian nematisida (Wiryadiputra dan Atmawinata, 1998).
Penggunaan
bahan organik (kotoran ayam, sapi, kambing, sekam padi, serbuk gergaji
atau tepung biji mimba) dapat mengurangi populasi nematoda M. incognita dan P. brachyurus pada
nilam, dan efektivitasnya hampir sama dengan nematisida karbofuran 3%
(Mustika dan Nuryani, 2006). Penggunaan bahan organik merupakan dasar
dalam pengendalian nematoda secara hayati, karena bahan organik dapat
memacu perkembangan mikroorganisme antagonis dalam tanah seperti jamur,
bakteri, dan nematoda predator. Penggunaan pupuk NPK, dolomit, dan mulsa
daun akar wangi pada lahan yang terinfeksi nematoda di Jawa Barat mampu
menghasilkan terna basah (bagian daun dan ranting) sekitar 11,44
ton/ha, sedangkan bila tanpa mulsa hasilnya hanya 9,75 ton/ha. Selain
berfungsi sebagai bahan organik, mulsa juga berperan dalam
mempertahankan kelembapan tanah. Hasil pelapukan bahan organik bersifat racun terhadap nematoda serta mampu memacu
perkembangbiakan dan aktivitas mikroorganisme antagonis yang merupakan
musuh alami nematoda seperti jamur, bakteri, dan antagonis lainnya.
Menurut
Puslit Kopi dan Kakao Indonesia, pemberian pupuk kandang (kotoran sapi
1-2 kg/tanaman dapat dilakukan sebelum tanam dengan tujuan untuk meningkatkan produksi mikroorganisme antagonis (musuh alami) nematoda pada tanaman nilam.
9. Pengendalian secara kimia
Penggunaan
bahan kimia terutama pestisida merupakan cara yang paling banyak
digunakan oleh praktisi dalam pengendalian nematoda. Penggunaan bahan
kimia dapat langsung diaplikasikan ke tanah sebelum tanam, maupun
digunakan untuk perlakuan benih atau bibit sebelum tanam. Pestisida yang
banyak digunakan adalah dari kelompok fumigan. Penggunaan nematisida
fumigan terbukti telah menurunkan populasi nematoda secara signifikan.
Aplikasi nematisida dalam pengendalian nematoda harus tetap
mempertimbangkan aspek ekonomi dan ekologi (Munif, 2003).
Sebaiknya digunakan nematisida yang bersifat sistemik. Nematisida yang
dapat digunakan antara lain dengan pemberian nematisida berbahan aktif
curater seperti Furadan 3G dengan dosis 3-5 gram/tanaman atau sesuai
dosis anjuran (Wiryadiputra dan Atmawinata, 1998).
IV. KESIMPULAN
Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis merupakan dua jenis nematoda penting yang menyerang akar tanaman kopi.
Pengelolaan nematoda pada kebun kopi harus berkaitan secara langsung
terhadap nematoda parasit sebagai sasaran maupun terhadap lingkungan
pertanian secara umum. Dalam pengelolaan nematoda perlu sedapat mungkin
mengutamakan upaya pencegahan daripada tindakan pengendalian. Pemberian
pupuk kandang atau kompos dapat membantu berkembangnya mikroorganisme yang berperan sebagai musuh alami nematoda (predator nematoda). Pemanfaatan agensia hayati seperti penggunaan jamur Arthrobotrys oligospora
dan agen pengendali lain perlu dikembangkan lebih lanjut karena
memiliki peluang yang baik dalam menekan populasi nematoda akar kopi.
http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpmed/index.php?option=com_content&view=section&layout=blog&id=12&Itemid=24
Dear,Import Dept,
BalasHapusDengan Hormat,
Perkenankan kami PT. INTI PRAKARSA LOGISTIK adalah perusahaan Jasa Import Specialist dalam bidang Jasa Customs Clearance di Kepabeanan baik via Bandara maupun Pelabuhan di seluruh Nusantara.
Bersama ini kami PT. INTI PRAKARSA LOGISTIK berminat untuk bermitra dengan perusahaan Bapak/Ibu dalam bidang Jasa sebagai berikut :
1. Under name Import
2. Borongan Import
3. Custom Clearance
4. Door to Door, Port to Door, dari ke seluruh dunia
5. By Air or Sea (Local and International)
6. Untuk semua jenis barang termasuk Dangerous, Cargo atau Personal
7. Jasa EDI/PPJK
HS CODE JENIS BARANG
Bag VI (HS NO. 2801 s/d 3826) KIMIA
Bag VII (HS NO. 3901 s/d 4017) PLASTIK
Bag VIII (HS NO. 4101 s/d 4304) KULIT
Bag X (HS NO. 4701 s/d 4911) KERTAS
Bag XII (HS NO. 6401 s/d 6704)ALAS KAKI
Bag XIII (HS NO. 6801 s/d 7020) KACA
Bag XV (HS NO. 7201 s/d 8311) BESI BAJA
Bag XVI (HS NO. 8401 s/d 8548) MESIN
Bag XVII (HS NO. 8601 s/d 8908) KENDERAAN AIR
Bag XVIII(HS NO. 9001 s/d 9209) INSTRUMEN
Bag XX (HS NO. 9401 s/d 9619) BARANG HASIL PABRIK
Best regards,
ANDIKA
Sea & Air
Import
INTI Kargo / Jln. Dewi Sartika No. 148, Jakarta 13630 Indonesia
Email : andika.intikargo@gmail.com
T : 021 80878873
F : 622180878381
Hp : 082311424631,089616672822