Minggu, 30 Desember 2012

Philips Saeco HD8323 Poemia Focus Manual Espresso - Hitam

 

Philips Saeco HD8323 Poemia Focus Manual Espresso - Hitam

  • 1050 W
  • 1 L
  • Stainless Steel
Harga RP 2.990.000

Deskripsi Produk Philips Saeco HD8323 Poemia Focus Manual Espresso - Hitam

Apa yang ada di dalam kotak:

  • Philips Saeco HD8323 Poemia Focus Manual Espresso - Hitam
Philips Saeco HD8323 Poemia Focus Manual Espresso - Hitam adalah mesin pembuat kopi yang sangat praktis bagi Anda penikmat kopi, dengan alat ini Anda akan dapat langsung menikmati kopi yang diolah didepan Anda hanya dengan beberapa menit.

Bahan Berkualitas
Anda tidak perlu khawatir akan kualitas Philips Saeco HD8323 Poemia Focus Manual Espresso - Hitam ini, karena alat ini menggunakan material yang berkualitas tinggi yang akan membuat alat ini lebih tahan lama.

Penyaringan Crema
Philips Saeco HD8323 Poemia Focus Manual Espresso - Hitam ini mempunyai filter crema khusus untuk membuat  kopi lebih lezat dan tahan lama. Mesin espresso ini akan menghasilkan kopi yang nikmat setiap harinya. Untuk kenyamanan Anda, Anda dapat memilih Antara kopi bubuk dan Easy Serving Espresso (ESE).

Pannarello Susu
Philips Saeco HD8323 Poemia Focus Manual Espresso - Hitam dilengkapi dengan Pannarello. Dengan pannarello Anda dapat membuihkan susu Anda sesuai dengan preferensi Anda secara tepat. Hanya mencelupkan pannarello dalam susu, sambil perlahan-lahan mengaduk susu dengan gerakan memutar. Buih susu selama yang Anda inginkan.

Belanja Philips Saeco HD8323 Poemia Focus Manual Espresso - Hitam dan cari produk Mesin Espresso unggulan lainnya di toko online LAZADA dengan harga yang kompetitif.
 

Senin, 24 Desember 2012

Jangan Paksa Luwak Jadi Buruh Pabrik...

KOMPAS.com - Dengan alat pembuat kopi instan—coffee syphon— Saiful Bahri hanya butuh waktu tujuh menit untuk menyajikan secangkir kopi luwak kepada tamunya. Pelayan di kafe dan peristirahatan Gunung Gumitir, Jember, itu bercerita tentang aroma dan kenikmatan kopi luwak arabika yang disajikan dengan gula merah itu. "Aroma kopi luwak masih melekat dan sangat terasa bila pakai gula merah atau gula kelapa dibandingkan pakai gula pasir," kata Saiful Bahri berpromosi di areal perkebunan Gunung Gumitir, Jumat (17/6/2011).

Secangkir kopi luwak arabika tarifnya Rp 50.000 dan secangkir kopi luwak robusta Rp 40.000. Harga kopi seperti itu sepadan dengan suasana pemandangan alam kebun kopi yang bisa dinikmati pengunjung. Harga itu turun dibandingkan tahun lalu yang harganya Rp 65.000 untuk secangkir kopi luwak arabika dan Rp 50.000 untuk secangkir kopi luwak robusta.

Agak aneh karena, menurut Saiful Bahri, harga minuman kopi luwak turun sejak beberapa bulan lalu karena banyak permintaan dari tamunya di Gunung Gumitir. Sedangkan harga kopi arabika biasa kualitas ekspor hanya sepertiga atau seperempat dari harga kopi luwak. Harga kopi arabika Jawa Kopi Raung yang diekspor ke Swiss (Eropa) pekan lalu hanya sekitar Rp 38.000 per kilogram (kg). Bandingkan dengan harga kopi luwak produksi Pusat Penelitian (Puslit) Kopi dan Kakao Indonesia Jember di pasar ekspor dijual 120 dolar AS per kg.

Demikian juga kopi luwak arabika hasil produksi dari Kelompok Tani Rahayu dari Lereng Gunung Malabar, Priangan, harga jualnya Rp 1,2 juta-Rp 1,5 juta per kg. "Harga penawaran kopi luwak arabika produksi Puslit Kopi dan Kakao hanya sebagai penyangga. Artinya, harga kopi luwak milik petani atau perusahaan lain jangan sampai jauh lebih rendah dari 120 dollar AS," kata Surip Mawardi, peneliti dan penguji rasa kopi di Puslit Kopi dan Kakao.

Oleh sebab itu, saat pelaksanaan Temu Lapang Kopi 2011 oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember dan Bondowoso, 15-16 Juni 2011, para peserta bercerita banyak tentang bagaimana memproduksi kopi luwak. Informasi mengenai cara memproduksi kopi luwak supaya baik disampaikan secara terbuka, tidak ada pengalaman atau yang harus ditutup-tutupi atau disembunyikan.

Semua disampaikan secara terbuka dan transparan. Ini bermula saat para peserta temu lapang melihat secara langsung proses produksi kopi luwak di kebun percobaan Desa Andungsari, Kecamatan Pakem, Bondowoso. Di lahan tanaman kopi arabika seluas hampir 100 hektar (ha) milik Puslit Kopi dan Kakao, ada 10 luwak dalam sangkar di tengah kebun itu.

Sangkar yang disediakan luasnya bervariasi, ada 1 x 1 meter dan tinggi 2 meter. Ada pula sangkar besar ukuran 3 x 5 meter dan tinggi 2 meter. Di dalam sangkar itu ada enam pohon kopi arabika dan kotak tempat luwak bersembunyi saat tidur. Setiap hari pada musim kopi, kandang diberi 1 kg kopi gelondong merah tua dan baru dipetik. Dari 1 kg yang disuguhkan itu, besoknya yang dikeluarkan oleh luwak dan menjadi kopi beras hanya 200-400 gram. "Selama musim kopi, produksi setiap ekor hanya sekitar 14 kg," kata Yusianto, peneliti di Puslit Kopi dan Kakao. Biji kopi yang dibuang bersama kotoran luwak itulah yang kemudian diproses menjadi kopi luwak.

Agar kualitas kopi bagus, kesehatan luwak sebagai "mesin giling" harus diperhatikan. Makanan yang diberikan harus diperhatikan nutrisinya.

Supriyanto Nuri, Ketua Kelompok Tani Kopi Rahayu, di Pengalengan, Jawa Barat, bercerita, tiap pagi ia memberi luwak peliharaannya telor ayam kampung dan madu. Sorenya diberi pisang atau pepaya dan apel hijau (apel malang). "Sesekali diberi pakan ayam kampung dan belut hidup. Bila perlu diberi ikan nilem," kata Nuri.

Menu luar biasa itu semata agar luwak menghasilkan enzim yang tinggi dan akhirnya kopi istimewa.
Puslit Kopi dan Kakao Jember begitu juga, memberi pakan luwak berupa pisang dan pepaya. Setiap tiga hari sekali diberi ikan asin atau ayam segar. Wajar kalau biaya pemeliharaan luwak bisa sampai Rp 1,2 juta sebulan. "Kualitas kopi dipengaruhi kualitas makanan. Luwak makan buah kopi bukan karena lapar, tetapi butuh nutrisi yang ada di ceri kopi," kata Nuri.

Kelompok tani yang dipimpin Nuri beranggotakan 163 orang dengan lahan kopi 103 ha. Produksinya 120 ton per tahun, ditambah 4,2 ton kopi luwak setahun.

Dari Forum Temu Kopi Luwak di Gunung Gumitir, kita semua diingatkan bahwa kopi luwak sampai saat ini diproduksi sesuai hukum alam: hukum luwak. Jadi, jangan memaksa luwak menjadi buruh pabrik....(Sjamsul Hadi)


http://regional.kompas.com/read/2011/06/19/09293780/Jangan.Paksa.Luwak.Jadi.Buruh.Pabrik.

Yuk! Lihat Pemrosesan Kopi Luwak Berkualitas

REPUBLIKA.CO.ID, BONDOWOSO - Seorang petani kopi mengemukakan bahwa kopi luwak berkualitas tinggi hanya bisa dihasilkan dari hewan luwak yang sehat. "Karena itu kalau kita memelihara luwak untuk kepentingan kopi, pakan luwak harus diperhatikan. Kalau demikian, kopi yang dihasilkan juga sedikit, tapi kualitasnya dijamin bagus," kata Supriatnadinuri di Bondowoso, Kamis.

Hal tersebut dikatakan petani kopi luwak dari Jawa Barat (Jabar) itu dalam acara Temu lapang Kopi 2011 di kebun Andungsari, Kecamatan Pakem, Kabupaten, Bondowoso, Jawa Timur (Jatim). 'Managing Director' pada usaha Kopi Luwak Malabar itu mengemukakan bahwa prinsip yang harus dipegang oleh pemilik usaha penghasil kopi luwak adalah satwa tersebut memakan buah kopi bukan karena lapar, melainkan karena butuh tambahan nutrisi.

"Kalau luwak makan kopi karena lapar, maka kopi yang dihasilkan memang berjumlah banyak, tapi kualitasnya pasti tidak bagus. Di tempat saya, luwak itu sudah kenyang dan memakan buah kopi karena memang butuh untuk tambahan nutrisi," katanya menuturkan.

Ia mengemukakan bahwa hal tersebut agar menjadi perhatian para penghasil kopi luwak sehingga kopi khas Indonesia tersebut tetap dikenal ke berbagai belahan dunia karena kualitasnya yang bagus. Nuri, lelaki itu biasa dipanggil, mengemukakan bahwa di tempat usahanya dipelihara 187 ekor luwak dan sebagian besar merupakan hasil pembiakan sendiri, dan bukan ditangkap dari alam.

Dari satwa-satwa liar itu dihasilkan hanya 60 gram kopi basah per hari. Hasil itu berbeda dengan yang diungkapkan Yusianto, ahli pascapanen dari Puslit Koka Indonesia. Ia menyebutkan bahwa setiap hari satu ekor luwak bisa menghasilkan 200-400 gram kopi basah. Luwak bisa diberi makan ikan asin dicampur nasi.

Menurut Nuri, pemberian makan ikan asin kurang bagus bagi luwak, apalagi jika dicampur dengan nasi. Dirinya juga selalu memberi makan luwak-luwaknya dengan ayam kampung. Selain itu juga diberi madu, telor ayam kampung serta buah-buahan, seperti pisang, pepayan atau apel.

"Saya selalu memberi makan ayam kampung, karena saya belum pernah lihat luwak pergi ke pasar membeli ayam potong," katanya berseloroh yang disambut tawa peserta temu lapang kopi, termasuk Puteri Kopi Indonesia 2011 Laskary Andaly Metal Bitticaca yan hadir pada acara tersebut.

Bahkan, katanya, untuk pengobatan dan daya tahan tubuh, ia juga memberi luwak dengan makanan siput sawah, buah kolangkaling dan pisang emas. Pisang emas sangat berguna untuk menjaga agar luwak tidak terserang penyakit pembengkakan hati. "Jadi intinya, kita dalam memelihara luwak itu jangan menganut prinsip perkemanusiaan dengan memberi makan luwak seperti manusia, tapi kita harus berperikeluwakan dengan memberi makan sesuai makan luwak," katanya kembali disambut tawa peserta.

Sementara Dr Surip Mawardi, pemulia kopi dari Puslit Koka Indonesia mengemukakan bahwa apa yang dilakukan oleh Nuri harus menjadi contoh bagi petani kopi lainnya, terutama dalam hal kebersihan dan perhatian terhadap kesehatan luwak. "Dengan demikian, tetap menghasilkan kopi luwak berkualitas. Saya adalah saksi bagaimana Pak Nuri ini betul-betul menjaga kebersihan dan kesehatan luwak karena saya pernah ke kebunnya di Jawa Barat," katanya.

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis/11/06/16/lmvzbg-yuk-lihat-pemrosesan-kopi-luwak-berkualitas

Petani Kopi Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT): Cemoohan yang jadi Kekaguman

Dinuri pernah ditertawakan oleh teman-temannya saat mengajak untuk ikut kegiatan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) kopi. Pagawean (Kerjaan-Sunda) yang buang-buang waktu saja kata teman-temannya. SL-PHT itu kegiatan yang cuma kumpul-kumpul, nyanyi-nyanyi, main-main terus tepuk tangan ejek temannya daripada buang-buang waktu percuma mendingan nyangkul di kebun. Cemoohan itu tidak membuat tekad Dinuri surut. Bahkan saking tidak adanya lagi petani yang mau ikut       

SL-PHT, Dinuri sampai tega memasukkan anak perempuannya yang masih duduk di bangku kelas 3 SD untuk menjadi peserta SL-PHT di kelompoknya.
 
Itu pengalaman Dinuri petani kopi asal Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung yang jatuh bangun sebelum menjadi petani dan pengusaha yang sukses seperti saat ini di hadapan para Pemandu Lapang SL se-Indonesia yang tengah melaksanakan Pertemuan Ikatan Pemandu Lapang Perkebunan Indonesia (IPLPI) di Topas Galeria Hotel-Bandung awal bulan Mei 2011.

Cerita Dinuri membuat sekitar 100 orang pemandu peserta pertemuan IPLPI seperti tersihir dan terpesona. “Saya tidak akan lupa akan jasa para pemandu lapang yang telah menginspirasi dan memotivasi saya hingga bisa seperti ini”, ujar Dinuri dalam. “Oleh sebab itu sampai kapanpun saya selalu akan ingat dan hormat terhadap para pemandu lapang”, tambah Dinuri.


Bangkit karena kegagalan

Sebelum menjadi petani kopi yang sukses, Dinuri dulunya adalah petani sayuran di daerah Pangalengan di punggung Gunung Malabar. Harga sayuran yang tidak menentu dan sering jatuh saat panen membuat Dinuri nekat mengganti usahanya. Kebun sayurnya diganti dengan tanaman kopi yang pada saat itu dianggap aneh oleh teman-temannya.

Mengganti kegiatan budidaya dari bertanam sayuran ke tanaman perkebunan seperti kopi adalah pilihan yang sulit”, ujar Dinuri. “Jika menanam sayuran dalam 2 sampai 4 bulan sudah panen, tapi kalau tanam kopi setelah tiga tahun baru menghasilkan”, tambahnya.

Akan tetapi tekadnya sudah bulat, bersama dengan 7 orang temannya pada tahun 2000 Dinuri Cs mengganti tanaman sayurannya dengan tanaman kopi Arabika. Tanpa pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan tentang perkopian Dinuri mulai menekuni usaha budidaya kopi. Untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilannya Dinuri tak segan-segan untuk belajar tentang perkopian pada petani kopi di Kintamani-Bali dan ke petani kopi sukses daerah lainnya.

Kemajuan sebagai petani kopi mulai dirasakan oleh Dinuri saat dia mempraktekkan langsung semua pelajaran dan pengalamnya saat mengikuti kegiatan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu pada tahun 2006 yang diselenggarakan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.

Cemoohan dari teman petani saat mengikuti SL-PHT menjadi penyemangat untuk membuktikan kebenaran pilihannya. Dinuri yakin pengalamannya yang diperoleh dengan cara belajar melalui memahami dan melakukan langsung adalah sebuah pengalaman dan hasil berharga dalam mengembangkan budidaya tanaman kopinya.

Buah Hasil Ketekunan

Tanaman kopi yang ditanam oleh Dinuri dan 7 orang temannya mulai memberikan hasilnya. Kopi yang dipelihara dengan kesungguhan dengan menerapkan prinsip-prinsip PHT, yaitu budidaya tanaman sehat, pengamatan tanaman dan hama penyakit serta menerapkan prinsip keseimbangan ekosistem dengan memelihara musuh alami, dan menjadikannya sebagai ahli PHT membuat budidaya kopi yang dilakukannya enjadi sangat efisien. Tanpa menggunakan pupuk kimia, tanpa menggunakan pesisida kimia dalam mengendalikan hama dan penyakit ternyata mampu menghasilkan buah kopi yang kualitasnya sangat prima dan pada taraf produktivitas yang tinggi. “Semenjak saya ikut SL-PHT, saya hanya mempergunakan kompos untuk menyuburkan tanaman dan menggunakan Agen Pengendali Hayati (APH) kalau ada serangan OPT”, ungkap Dinuri. Dulu orang yang ikut dengan saya hanya 7 orang, sekarang ada 67 orang yang merupakan gabungan dari 4 Kelompok Tani Rahayu yang ada di Desanya.

Usaha Dinuri dan kelompoknya tidak hanya sampai disitu saja, kopi luwak yang saya hasilkan beda dengan petani kopi di Kintamani Bali. “Kopi luwak yang kami hasilkan dari luwak yang dikandangkan dan selalu dijaga kebersihannya”, jelas Dinuri.

Kesuksesan yang telah diraihnya tidak membuat dia menjadi tinggi hati dan mabuk kepayang. Dengan rendah hati Dinuri menceritakan bahwa saat ini produk kopi luwak dengan Merek Kopi Luwak Malabar sudah bisa dibeli di perusahaan penerbangan Nasional. “Kopi luwak ini bisa Bapak dan Ibu beli kalau terbang dengan Garuda”, katanya.

Dinuri juga menciptakan pengalaman saat memasukkan kopinya yang dihargai sampai 2 juta rupiah per-kilogramnya. “Pertama, saya menjual dengan merek kelompok Tani hasilnya kurang laku, tapi setelah saya buat Perusahaan tersendiri, sekarang kopi luwak saya penjualannya terus menaik”, jelas Dinuri. 

Pengalaman Dinuri menjadi petani kopi sukses yang dimulai dari kegiatan SL-PHT tentu saja menjadi inspirasi dan motivasi besar bagi para pemandu lapang yang hadir dalam pertemuan tersebut. Inspirasi besar itu akan mereka bawa pulang sebagai oleh-oleh yang berharga dari hasil pertemuan IPLPI di Bandung untuk kemudian mereka terapkan di daerahnya masing-masing. Teriakan Semangat, PHT Yes, Pestisida No kembali akan mereka gunakan. (Dud).

( Wednesday, 24 August 2011 10:44 )




























http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/index.php?option=com_content&view=article&id=127:petani-kopi-sekolah-lapang-pengendalian-hama-terpadu-sl-pht-cemoohan-yang-jadi-kekaguman&catid=15:home

Minggu, 23 Desember 2012

PETUNJUK ANTISIPASI La Nina/ El Nino PADA PERKEBUNAN KOPI

PETUNJUK ANTISIPASI La Nina/ El Nino PADA PERKEBUNAN KOPI:
  1. Antisipasi Anomali iklim La Nina:
  1. Pembuatan parit-parit drainase untuk mempercepat pengaturan air
Parit-parit drainase dibuat cukup dalam dan diprioritaskan pada areal-areal kebun yang drainasenya kurang baik agar air genangan tidak lebih dari 6 jam. Diupayakan sampai kedalaman 20 cm dari permukaan tanah tidak jenuh air dengan mengatur ukuran dalam dalam lebar parit drainase.
  1. Pemangkasan tanaman penaung (50 – 100%)
Tanaman penaung dipangkas untuk memberikan cahaya yang cukup memasuki tajuk tanaman pokok agar kelembaban berkurang, sehingga perkembangan hama penyakit dapat ditekan. Pengurangan penaung juga akan mempercepat evaporasi sehingga kebun tidak terlalu lembab. Pemangkasan 50% populasi penaung dilakukan pada awal musim hujan dan 50% sisanya pada pertengahan musim hujan.
  1. Pemangkasan tanaman pokok kopi
Pemangkasan tanaman pokok kopi dilakukan untuk mengurangi kelembaban kebun dan menyediakan cabang-cabang buah pada tahun-tahun berikutnya agar stabilitas produksi tahunan terjaga.
  1. Pengendalian Bubuk  Buah Kopi  secara manual melalui petik bubuk, lelesan buah dan racutan buah. Semua buah hasil petik bubuk, lelesan dan racutan direndam dalam air mendidih selama 5 menit untuk mematikan serangganya.
  2. Pengendalian gulma secara kimiawi/manual untuk menekan kompetisi dengan tanaman pokok.
  3. Penjadwalan penanaman baru dan penyulaman dengan masa ketersediaan air yang panjang
  4. Meningkatkan frekuensi pemupukan anorganik tanpa menambah dosis tahunan. Pemberian pupuk anorganik ditingkatkan dari 2 kali setahun menjadi 3 – 4 kali setahun.
  5. Penyiapan fasilitas pengeringan matahari (penutup terpal) dan/atau pengering mekanis karena berkurangnya lama penyinaran untuk mencegah menurunnya mutu biji.
  1. Antisipasi Anomali iklim  El Nino:
  1. Pembuatan rorak dan pengisian mulsa pada rorak
Rorak dibuat dengan ukuran panjang 100 cm, lebar 30 cm dan dalam 60 cm disamping tanaman pokok pada jarak 70 cm. Rorak diisi dengan bahan organik hasil pangkasan ataupun gulma hasil kesrik dan selanjutnya ditimbun tanah 5-10 cm. Jika tersedia pupuk kandang, rorak sebaiknya juga diisi dengan pupuk kandang. Jumlah rorak adalah 50% dari populasi tanaman.
  1. Pembuatan biopori.
Biopori dibuat dengan bor berdiameter 7,5 cm sampai kedalaman 150 cm dengan jumlah 100% dari populasi tanaman dan selanjutnya diisi dengan kompos  atau pupuk kandang sampai penuh.
  1. Pemeliharaan penaung menjadi lebih gelap dan penambahan populasi penaung pada areal yang penaungnya banyak mati.
Untuk mengurangi sengatan cahaya matahari, menjelang musim kemarau penaung harus dibiarkan agak rimbun, Pada areal yang penaungnya mati dilakukan penyulaman pada awal musim hujan.
  1. Pemberian mulsa
  2. Pemberian mulsa dilakukan pada seluruh areal kebun jika memungkinkan. Tebal mulsa 10-15 cm. Bahan mulsa yang dipakai dapat berupa jerami, rumput atau daun-daun hasil pemangkasan tanaman pokok maupun tanaman penaungnya.
  3. Pengendalian gulma secara kimiawi/manual menjelang musim kemarau
  4. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual dengan dikesrik atau secara kimiawi menggunakan herbisida sistemik berbahan aktif glifosat (Round Up, Sun Up dll). Jika gulma dominan merupakan gulma berdaun lebar, dapat disemprot herbi kontak (Gramoxone).
  5. Aplikasi pupuk (anorganik)
  6. Untuk meningkatkan ketahanan tanaman kopi terhadap cekaman kekeringan selama musim kemarau dapat dilakukan panambahan dosis pupuk N sebanyak 25% yang diaplikasikan menjelang musim kemarau.

Ochratoxin A contamination in coffee

Ochratoxin A contamination in coffee

Coffee is one of the most valuable primary products in world trade, being second in value only to oil as a source of foreign exchange to developing countries. Its cultivation, processing, trading, transportation and marketing provide employment for millions of people worldwide. Any disruption to trade in coffee would have major and direct negative implications for the livelihoods of rural populations in many developing countries.
Around 2000, there was increasing international attention to the problem of ochratoxin-A (OTA) contamination in coffee and its public health implications. OTA is one of several naturally occurring toxins, known as mycotoxins, which are produced by moulds that grow on crops in the field or in storage.  OTA present in green coffee is not completely eliminated during the coffee roasting process.
Regulatory authorities in some coffee importing countries initiated work on the development of proposed maximum levels of OTA contamination in green coffee.  Coffee producing countries and the international coffee industry recognized the need to address this public health problem but argued that the proposed limits were stricter than could be justified on the basis of scientific evidence and, that if applied as proposed, could lead to unjustified rejections with consequent negative economic and social impacts on millions of coffee farmers and small traders world-wide.
FAO, in close collaboration with the International Coffee Organization (ICO), and with funding from the Common Fund for Commodities (CFC), launched a 5-year project in 2001 with the main focus of assisting countries to develop national capacities for minimising OTA contamination of green coffee. Implementation partners included national institutes in Brazil, Colombia, Côte d'Ivoire, Ecuador, France, India, Indonesia, Kenya and Uganda. 

http://www.fao.org/food/food-safety-quality/a-z-index/coffee/en/

Sabtu, 22 Desember 2012

Pembuatan Pupuk Bokashi


Pembangunan pertanian secara alami yang ramah lingkungan saat ini banyak dilakukan untuk menghasilkan bahan makanan yang aman, serta bebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya dan beracun. Pembangunan pertanian alami ini semula hanya menerapkan sistem pertanian organik, tetapi ternyata hasilnya hanya sedikit. Dalam tahun 1980-an, Prof Dr. Teruo Higa memperkenalkan konsep EM atau Efektive Mikroorganisms pada praktek pertanian alami tersebut. Teknologi EM ini telah dikembangkan dan digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba yang menyebabkan penyakit, dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman. Pada pembuatan bokashi sebagai salah satu pupuk organik, bahan EM meningkatkan pengaruh pupuk tersebut terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

Beberapa pengaruh EM yang menguntungkan dalam pupuk bokashi tersebut adalah sebagai berikut:
-     memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman
-  memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah serta menekan    pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah
-     meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman
-     menjamin perkecambahan dan pertumbuhan tanaman yang lebih baik
-     meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk

Berdasarkan kenyataan di lapangan, persediaan bahan organik pada lahan pertanian sedikit demi sedikit semakin berkurang.Jika hal tersebut tidak ditambah dan segera diperbaiki oleh petani maka penurunan produksi akan terjadi pada tanaman-tanaman pertanian, seperti padi, palawija dan sayuran.


Manfaat Bokashi
Untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, sangat perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi petani.� Tehnologi tersebut dituntut ramah lingkungan dan dapat menfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam yang ada dilingkungan pertanian, sehingga tidak memutus rantai sistem pertanian.

Penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada pertanian saat ini. Pupuk bokashi adalah pupuk organik (dari bahan jerami, pupuk kandang, samapah organik, dll) hasil fermentasi dengan teknologi EM-4 yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Bagi petani yang menuntut pemakaian pupuk yang praktis, bokashi merupakan pupuk organik yang dapat dibuat dalam beberapa hari dan siap dipakai dalam waktu singkat. Selain itu pembuatan pupuk bokashi biaya murah, sehingga sangat efektif dan efisien bagi petani padi, palawija, sayuran, bunga dan buah dalam peningkatan produksi tanaman.

Bahan dan Cara Pembuatan Bokashi
a.     Pembuatan Bokashi Pupuk Kandang
-     Bahan-bahan untuk ukuran 500 kg bokashi :
1.
Pupuk kandang
=
300 kg
2.
Dedak
=
50 kg
3.
Sekam padi
=
150 kg
4.
Gula yang telah dicairkan
=
200 ml
5.
EM-4
=
500 ml
6.
Air secukupnya



-     Cara Pembuatannya :
1.     Larutkan EM-4 dan gula ke dalam air

2.     Pupuk kandang, sekam padi, dan dedak dicampur secara merata

3.   Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %

4.     Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan susah pecah (megar)

5.     Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm

6.     Kemudian ditutup dengan karung goni selama 4-7 hari

7.     Petahankan gundukan adonan maksimal 500 C, bila suhunya lebih dari 500 C turunkan suhunya dengan cara membolak balik

8.     Kemudian tutp kembali dengan karung goni

9.     Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan

10. Pengecekan suhu sebaiknya dilakukan setiap 5 jam sekali

11. Setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik


b. Pembuatan Bokashi Jerami Padi
-      Bahan-bahan untuk ukuran 1000 kg bokashi :
1.
Jerami padi yang telah dihaluskan
=
500 kg
2.
Pupuk kotoran hewan/pupuk kandang
=
300 kg
3.
Dedak halus
=
100 kg
4.
Sekam/Arang Sekam/Arang Kelapa
=
100 kg
5.
Molase/Gula pasir/merah
=
1 liter/250 gr
6.
EM-4
=
1 liter
7.
Air secukupnya



-     Cara Pembuatannya:
Membuat larutan gula dan EM-4
1.     Sediakan air dalam ember sebanyak 1 liter
2.     Masukan gula putih/merah sebanyak 250 gr kemudian aduk sampai rata
3.   Masukan EM-4 sebanyak 1 liter ke dalam larutan tadi kemudian aduk hingga rata.

Membuat pupuk bokashi
1.  Bahan-bahan tadi dicampur (jerami, pupuk kandang, arang sekam dan dedak) dan aduk sampai merata
2.  Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan (campuran bahan organik) secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %
3.  Bila adonan dikepal dengan tangan air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan masih tampak menggumpal
4.   Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm
5.   Kemudian ditutup dengan karung berpori (karung goni) selama 3-4 hari
6.  Agar proses fermentasi dapat berlangsung dengan baik perhatikan agar suhu tidak melebihi 500 C, bila suhunya lebih dari 500C turunkan suhunya dengan cara membolak balik
7.     Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan
8.     Setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.

c. Pembuatan Bokashi Serbuk Kayu

Bahan – bahan yang dibutuhkan untuk membuat pupuk bokasi sebanyak 100 kg:
-  Limbah serbuk kayu gergajian  40kg
 Limbah organik (sekam padi) 20 kg
-  Kotoran ternak 30 kg
 Dedak atau bekatul  10 kg
-  EM4 Bakteri pembantu dekomposisi 50-100 ml (10-20 sendok makan).
-  Molase / gula  50-100 ml (10-20 sendok makan).
-  Air bersih secukupnya (kadar air 30 - 40 %)

  Cara pembuatan pupuk bokashi :
o   Membuat larutan 1 yaitu EM 4  sebanyak 5 – 10 ml (1 – 2 sendok makan) + molase / gula pasir  1 – 2 sendok makan per liter air. Untuk air yang satu ember kurang lebih 5 liter diperlukan EM4 dan molase/gula masing-masing 5 – 10 sendok makan,  aduk sampai rata,
o   Bahan yang terdiri dari limbah serbuk kayu gergaji, limbah sekam padi kotoran ternak dan dedak dicampur secara rata.
o  Bahan poin (b) disiram dengan larutan 1. Pencampuran dilakukan perlahan-lahan dan merata hingga kandungan air ± 30 – 40 %. Kandungan air yang diinginkan diuji dengan cara menggenggam bahan.  Kandungan 30 – 40% ditandai dengan tidak menetesnya air bila bahan digenggam dan akan mekar bila genggaman dilepas. bila kurang basah buat larutan serupa ( Larutan 1 ) sampai adonan benar-benar mencapai kandungan 30 – 40 %.
o 
Meletakan adonan tersebut pada tempat yang telah dipersiapkan setinggi 15 -20 Cm tetapi dapat jiga
ditumpuk samapai 1,5 m diberi alas dan ditutup kantong plastik atau karung goni,
o Memeriksa adonan setiap 5 sampai 6 jam sekali untuk mengetahui suhu adonan dengan termometer dan mempertahankan suhu maksimal 50o C.  Bila tidak ada alat termometer pemeriksaan dilakukan dengan memasukan tangan pada adonan, bila suhu adonan terasa panas dan tidak tertahan maka diasumsikan suhu adonan melebihi 50C, adonan dibuka dan diaduk-aduk lalu ditutup kembali,
o Proses frementasi ini berlangsung sekitar 4 sampai 7 hari biasanya suhu adonan akan normal atau stabil dan ditandai dengan tumbuhnya cendawan berwarna putih,
o Setelah bahan menjadi bokashi penutup bokashi (plastik / karung goni) dapat dibuka. Bokashi ini dicirikan dengan warna hitam, gembur, tidak panas, dan tidak berbau. Dalam kondisi itu pupuk bokasi sudah jadi dan siap digunakan.
o  Apabila pupuk bokashi akan dijual atau dipasarkan perlu dikemas dalam kemasan yang baik supaya kelembaban pupuk tetap terjaga.


d. Pembuatan Bokashi Cair
-     Bahan-bahan untuk ukuran 200 liter bokashi cair :
1.
Pupuk kotoran hewan/pupuk kandang
=
30 kg
2.
Molase/Gula pasir/merah
=
1 liter/250 gr
3.
EM-4
=
1 liter
4.
Air secukupnya



-    Cara Pembuatannya:
       1.     Isi drum ukuran 200 liter dengan air setengahnya
     2.   Pada tempat yang terpisah buat larutan molase sebanyak 1 liter, dengan cara mencampurkan gula putih/merah sebanyak 250 gram dengan air sebanyak 1 liter
    3.     Masukan molase tadi sebanyak 1 liter bersama EM-4 sebanyak 1 liter ke dalam drum, kemudian aduk perlahan-lahan hingga rata
    4.     Masukan pupuk kandang sebanyak 30 kgdan aduk perlahan-lahan hingga ersatu dengan larutan tadi
    5.     Tambahkan air sebanyak 100 liter hingga drum menjadi penuh, kemudian aduksampai rata dan tutup rapat-rapat
   6.     Lakukan pengadukan secara perlahansetiap pagi selama 4 hari. Cara pengadukan setiap hari cukup lima putaran saja. Setelah diaduk biarkan air larutan bergerak sampai tenang lalu drum ditutup kembali
     7.     Setelah 4 hari bokashi cair EM-4 siap untuk digunakan.

Catatan:
� Bila tidak ada molase, setiap macam gula dapat digunakan sebagai penggantinya.
� Beberapa bahan pengganti tersebut adalah nira tebu gula, sari (juice) buah-buahan,dan air buangan industri alkohol
� Jumah kandungan air adalah merupakan petunjuk.
� Jumlah air yang perluditambahkan tergantung pada kandungan air bahan yang digunakan.
� Jumlah air yang paling sesuai adalah jumlah air yang diperlukan membuat bahan-bahan basah tetapi tidak sampai berlebihan dan terbuang.

Penggunaan Pupuk Bokashi untuk Padi, Palawija dan Sayuran

Bahan bokashi sangat banyak terdapat di sekitar lahan pertanian, seperti misalny jerami, pupuk kandang, rumput, pupuk hijau, sekam padi, sebuk gergaji, dan lain-lain.
Semua bahan organik yang akan difermentasi oleh mikroorganisme frmentasi dalam kondisi semi anaerobik pada suhu 40-500 C. Hasil fermentasi bahan organik berupa senyawa organik mudah diserap oleh perakaran tanaman.

a.      Cara penggunaan secara umum :
-   3-4 genggam bokasi (150-200 gram) untuk setiap mtr persegi tanah disebar marata diatas permukaan tanah. Pada tanah yang kurang subur dapat diberikan lebih.
-   Untuk mencampurkan bokashi ke dalam tanah, tanah perlu dicangkul/bajak. Penggunaan penutup tanah (mulsa) dari jerami atau rumput-rumputan kering sangat dianjurkan pada tanah tegalan. Pada tanah sawah pemberian bokashi dilakukan sebelum pembajakan tanah.
-     Biarkan bokashi selama seminggu, setelah itu baru bibit ditanam.
- Untuk tanaman buah-buahan, bokasi diebar merata dipermukaan tanah/perakaran tanaman dan siramkan 3-4 cc EM-4 perliter air setiap minggu sekali.
b.      Cara penggunaan secara khusus :
-   Bokashi jerami dan bokashi pupuk kandang baik dipakai untuk melanjutkan fermentasi penutup tanah (mulsa) dan bahan organik lainnya di lahan pertanian juga banyak digunakan pada tanah swahkarena ketersediaan bahan yang cukup.
-   Bokashi jerami dan bokashi pupuk kandang baik dipakai untuk pembibitan/ menanam bibit yang masih kecil.
-    Bokashi expres baik digunakan sebagai penutup tanah (mulsa) pada tanaman sayur dan buah-buahan.