Rabu, 10 April 2013

Reading Lights cafe!

Bandung menawarkan kreativitas tanpa henti salah satunya Reading Lights, sebuah panduan pas bagi pencari surga buku-buku fiksi bekas berbahasa Inggris dan kehangatan secangkir kopi. Beralamat di jalan Siliwangi no 16, lokasi yang mudah ditemukan bagi Anda yang mengarah ke kawasan Ciumbuleuit, terletak di sebelah kanan 100 meter sebelum lampu merah. Bersama Adi W. Taroepratjeka. saya berkunjung ke Reading Lights saat liburan hari Rabu kemarin. Buat saya, ini tempat yang sangat istimewa.
Bagi para pemburu buku bekas khususnya fiksi berbahasa Inggris, nama Reading Lights tentu sudah tidak asing lagi. Selain dikunjungi para mahasiswa dan pelajar, Reading Lights merupakan langganan para pekerja asing yang berdomisili di Bandung. Bangunan dua lantai dengan luar 200 meter lebih yang terdiri dari dua lantai ini menyediakan tiga ribuan koleksi fiksi yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain para kolektor dan orang-orang yang ingin melepas  koleksi bukunya.

Mengapa hanya fiksi ? “Biasanya buku teks jarang dijual oleh para pemiliknya, lagipula kami hanya memfokuskan pada penjualan buku-buku fiksi terutama yang berbahasa Inggris”, ujar Vitri (33th) pengelola Reading Lights. Para penggemar novel pop atau klasik Amerika dari berbagai genre silakan puyeng memilih buku mana yang hendak dibeli yang harganya berkisar antara 50-200 ribuan.

Susana Reading Lights tak ubahnya seperti rumah biasa karena kesan itu yang ingin diciptakan, “Bukan hal aneh kalau beberapa pengunjung tak sengaja tertidur di sofa” kata Vitri. Pengunjung bisa duduk di sofa dan kursi yang tersedia, pun bisa lesehan di sebuah sudut yang telah disediakan.

Buat kebanyakan orang membaca buku sambil menikmati kopi panas dalam cuaca Bandung yang lumayan “dingin” tentu saja sebuah ekstasi dan Reading Lights menyuguhkan minuman ini yang dikelola terpisah oleh Aji, Otto, dan Willy.  Ketiga orang inilah yang membidani lahirnya kopi spesial di Reading Lights dengan bermodalkan satu mesin espresso prosumer berikut penggiling kopinya.

Secera berseloroh Aji yang lulusan Manajemen Universitas Parahyangan bandung menjadikan pojok kopinya di Reading Lights sebagai sarana pembelajaran untuk masuk ke tahap berikutnya. Otto Hidori yang saat ini masih berkutat dengan tugas akhir di jurusan Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB) juga kesengsem dengan dunia kopi. Bila sesuai dengan tujuan awal, kelak tugas akhirnya akan menghubungkan Fisika dengan kopi. Sementara Willy Stephen juga akan segera menyelesaikan kuliahnya di jurusan Manajemen Universitas Pajajaran Bandung.

Saat ini pojok kopi yang mereka bangun sejak bulan Agustus tahun lalu bukan hanya sebagai pelengkap, tapi sekaligus menjadikan magnet bagi Reading Lights saat para pengunjung bisa menikmati racikan menu kopi mereka. Aji mengakui kalau konsumsi kopi di Reading Lights belum tinggi, tapi secara kasat mata sudah cukup banyak pengunjung yang memesan kopi mereka.

Seakan deja vu, di Telegraph Avenue, kawasan Universitas Berkeley Amerika saya pernah menikmati secangkir kopi di Moe’s sambil mencari literatur studi S2 saya. Ini toko buku bekas dengan harga super miring dan menjadi tempat berkumpul para mahasiswa yang mencari buku-buku teks dan tentu saja tersedia banyak koleksi fiksi. Kombinasi kopi dan toko buku banyak saya temukan di Amerika, bukan hanya buku bekas tapi juga seperti Borders di Union Square San Francisco.

Kalau Anda penikmat novel Hemingway hingga John Grisham dan berbagai karya fiksi populer lainnya, duduklah di sofa dengan ditemani secangkir kopi panas dalam cuaca kota Bandung yang cukup sejuk. Rasanya sudah cukup dunia ini. Reading Lights !

Senin, 08 April 2013

Bantu permodalan petani, Kemendag dorong SRG

Dalam kunjungannya meninjau gudang Sistem Resi Gudang (SRG) yang terletak di Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Bayu Krisnamurthi menyampaikan agar SRG lebih dioptimalkan untuk membantu para petani.

"Implementasi SRG di Kabupaten Grobogan ini diharapkan dapat lebih ditingkatkan dan dioptimalkan, mengingat SRG merupakan salah satu alternatif pembiayaan dan sarana tunda jual yang efektif bagi petani dalam menghadapi panen raya, yang pada saat tersebut biasanya harga cenderung rendah,' ujar Bayu dalam rilisnya di Jakarta, Sabtu (9/3/2013).

Wamendag mengungkapkan, secara umum tingkat kesejahteraan para petani belum memadai. Hal ini antara lain disebabkan harga jual komoditi hasil pertanian pada saat panen tidak seimbang dengan modal kerja yang telah dikeluarkan. Demikian juga dalam pembiayaan, para petani dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses kredit karena harus memiliki fixed asset berupa tanah, rumah dan lainnya yang dapat dijadikan agunan.

Dia menjelaskan, melalui skema SRG, komoditi yang dimiliki pelaku usaha (terutama kolompok tani dan UKM) yang disimpan di gudang akan diterbitkan Resi Gudang agar dapat dijadikan agunan sepenuhnya tanpa dipersyaratkan adanya agunan lain. Selain itu, pelaku usaha juga dapat menjaminkan Resi Gudang tersebut untuk memperoleh modal kerja dan kebutuhan pembiayaan.

Dalam rangka mempercepat pelaksanaan SRG secara nasional, pihaknya bekerja sama dengan Pemerintah Daerah melakukan pembangunan 80 gudang SRG yang tersebar di wilayah Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.

Pembangunan gudang tersebut telah dimulai pada 2009 dengan 41 Gudang di 34 kabupaten. Wamendag merinci, pada 2010 sebanyak 11 Gudang SRG di 11 kabupaten/kota pada 10 provinsi, pada 2011 sebanyak 14 gudang SRG di 14 kabupaten melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun Anggaran 2011, dan pada 2012 sebanyak 14 gudang di 14 kabupaten melalui DAK Tahun Anggaran 2012. Gudang-gudang yang dibangun ini sudah dilengkapi dengan mesin pengering (dryer).

"Kami berharap seluruh pihak baik Pemerintah Daerah, perbankan, asuransi, pengelola gudang, dan kelompok tani dapat bersinergi serta berperan aktif dalam upaya peningkatan implementasi SRG di Kabupaten Grobogan melalui pemanfaatan gudang SRG yang telah dibangun maupun gudang-gudang milik swasta yang berpotensi untuk menjadi gudang SRG," tutup Bayu.

SRG Bantu Petani dan UKM dalam Pembiayaan

Wakil Menteri Perdagangan RI, Bayu Krisnamurthi mengatakan, Sistem Resi Gudang (SRG) merupakan salah satu alternatif pembiayaan dan sarana tunda jual yang efektif bagi petani dalam menghadapi panen raya, yang pada saat itu biasanya harga cenderung rendah.

Secara umum, tingkat kesejahteraan para petani belum memadai. Hal ini disebabkan oleh harga jual komoditi hasil pertanian pada saat panen, tidak seimbang dengan modal kerja yang telah dikeluarkan. Demikian juga dalam pembiayaan, para petani dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses kredit, karena harus memiliki fixed asset berupa tanah, rumah dan lainnya yang dapat dijadikan agunan.

Bayu Krisnamurthi menjelaskan, melalui skema SRG, komoditi yang dimiliki pelaku usaha (terutama kolompok tani dan UKM) yang disimpan di gudang, akan diterbitkan Resi Gudang-nya, agar dapat dijadikan agunan sepenuhnya tanpa dipersyaratkan adanya agunan lainnya, dan pelaku usaha dapat menjaminkan Resi Gudang tersebut untuk memperoleh modal kerja dan kebutuhan pembiayaan.

Sementara itu, Kepala Badan Pengawas Perdagangangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan, Syahrul R. Sempurnajaya mengatakan, pelaksanaan SRG sudah dilakukan baik di gudang yang telah dibangun pemerintah maupun milik swasta. Sejak diluncurkan pada 2008 lalu, SRG sudah dilaksanakan di 38 kabupaten di Indonesia, meliputi Kabupaten Lombok Timur (Lotim), Lombok Barat (Lobar), Bener Meriah, Indramayu, Subang, Cianjur, Pekalongan, Karanganyar, Bantul, Demak, Jombang, Jepara, Banyumas, Kudus, Madiun, Mojokerto, Sragen, Nganjuk, Ngawi, Banyuwangi, Pasuruan, Probolinggo, Tulungagung, Sampang, Barito Kuala, Bantaeng, Sidrap, Pinrang, Gowa, Sumbawa, Grobogan, Sumedang, Ciamis, Tangerang, Lebak, Tuban, Pasaman Barat dan Deli Serdang untuk komoditi Gabah, Jagung, Beras dan Kopi.

‘’Hingga bulan Maret 2013 ini, jumlah Resi Gudang yang telah diterbitkan sebanyak 748 resi dengan total volume komoditi sebanyak 30.367,97 ton (25.917,83 ton gabah, 3.534,77 ton beras, 894,98 ton jagung dan 20,39 ton kopi) atau total senilai Rp145,9 miliar,’’ katanya.

Dalam mempercepat pelaksanaan SRG secara nasional, Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah melakukan pembangunan 80 gudang SRG yang tersebar di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Aceh.

Pembangunan gudang itu, telah dimulai pada 2009 lalu dengan 41 Gudang di 34 kabupaten, pada 2010 sebanyak 11 Gudang SRG di 11 kabupaten/kota pada 10 propinsi, pada 2011 sebanyak 14 gudang SRG di 14 kabupaten melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun Anggaran 2011, serta pada 2012 sebanyak 14 gudang di 14 kabupaten melalui DAK tahun Anggaran 2012. Gudang-gudang yang dibangun itu, sudah dilengkapi dengan mesin pengering (dryer).

‘’Kami berharap seluruh pihak, baik Pemerintah Daerah, perbankan, asuransi, pengelola gudang, dan kelompok tani dapat bersinergi serta berperan aktif dalam upaya peningkatan implementasi SRG tersebut,’’ ungkapnya

Hingga Maret 2013, Bappebti Telah Terbitkan 748 Resi

Kementerian Perdagangan berupaya memperbanyak gudang sistem resi gudang (SRG) di seluruh Indonesia. Sebab SRG ini dapat menjadi alternatif bagi petani untuk mendapatkan modal usaha.

Kepala Badan Pengawas Perdagangangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan, Syahrul R. Sempurnajaya menjelaskan, pelaksanaan Sistem Resi Gudang sudah dilakukan baik di gudang yang telah dibangun pemerintah maupun milik swasta.

Sejak diluncurkan pada tahun 2008, SRG sudah dilaksanakan di 38 kabupaten, meliputi Bener Meriah, Indramayu, Subang, Cianjur, Pekalongan, Karanganyar, Bantul, Demak, Jombang, Jepara, Banyumas, Kudus, Madiun, Mojokerto, Sragen, Nganjuk, Ngawi, Banyuwangi, Pasuruan, Probolinggo, Tulungagung, Sampang, Barito Kuala, Lombok Timur, Bantaeng, Sidrap, Pinrang, Gowa, Sumbawa, Grobogan, Sumedang, Ciamis, Tangerang, Lombok Barat, Lebak, Tuban, Pasaman Barat dan Deli Serdang untuk komoditi Gabah, Jagung, Beras dan Kopi.

“Hingga bulan Maret 2013, jumlah Resi Gudang yang telah diterbitkan sebanyak 748 resi dengan total volume komoditi sebanyak 30.367,97 ton (25.917,83 ton gabah, 3.534,77 ton beras, 894,98 ton jagung dan 20,39 ton kopi) atau total senilai Rp 145,9 miliar,” lanjut Syahrul.

Untuk Resi Gudang di Jawa Tengah, sejak tahun 2008, telah terbit di kabupaten Banyumas, Karanganyar, Jepara, Kudus, Pekalongan, Demak, Sragen dan Kabupaten Grobogan dengan total penerbitan 50 Resi Gudang dengan volume mencapai 2.914,5 ton yang terdiri dari komoditi gabahdan beras. Nilai total Resi Gudang tersebut mencapai Rp 17,3 miliar dan telah diagunkan untuk memperoleh pembiayaan dari Bank BRI dan Bank Jateng senilai Rp 9,2 miliar.

Pada tahun 2012, Bappebti telah melakukan kegiatan pemetaan terhadap gudang milik swasta. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai jumlah gudang yang ada di 274 kabupaten di 16 provinsi di seluruh Indonesia yang dimiliki oleh para pelaku usaha/swasta. Kabupaten Grobogan termasuk yang telah dipetakan data gudangnya dan terdapat 64 gudang yang berpotensi untuk menjadi gudang SRG. Gudang tersebut merupakan gudang yang dimiliki oleh pelaku usaha maupun koperasi yang potensial dapat dimanfaatkan sebagai gudang SRG.

Kabupaten Grobogan merupakan salah satu daerah sentra produksi jagung di Provinsi Jawa Tengah, selain Kabupaten Demak dan Blora. Hasil produksi jagung di Kabupaten Grobogan mencapai 699.000 ton dengan surplus mencapai 675.000 ton (data Pemda Kabupaten Grobogan). Dalam menghadapi panen raya jagung pada awal tahun ini yang harganya cenderung turun.

Bappebti bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah serta Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan, akan memaksimalkan pemanfaatan Gudang SRG untuk penyimpanan komoditi jagung yang dihasilkan oleh petani, selain itu beberapa industri pakan ternak juga telah berkomitmen untuk membeli hasil panen petani di atas harga pasar.

Bappebti Targetkan Resi Gudang Lampung Beroperasi 2013

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) menargetkan tahun ini lima dari enam gudang yang dibangun di Lampung segera beroperasi untuk mendukung sistem resi gudang (SRG). Menurut Natalius Nainggolan, Kepala Bagian Pengawasan Bappebti, SRG mampu meningkatkan kesejahteraan petani dengan penerapan sistem tunda jual.

"Jadi, harga komoditas pertanian tidak jatuh saat panen raya, karena ada badan penyangga harga komoditas," kata Natalius pada sosialisasi SRG bagi pengusaha komoditas di Bandar Lampung, Selasa (26-3) sore.

Provinsi Lampung termasuk salah satu daerah yang memperoleh dana alokasi khusus (DAK) untuk pelaksanaan SRG dan merupakan yang terbanyak di Sumatera Di Lampung terdapat enam kabupaten penerima DAK Resi Gudang, yaitu Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Tanggamus, Tulangbawang, dan Lampung Barat. Khusus Lampung Barat, pembangunannya baru dimulai tahun 2013.

"Setelah gudang ini selesai, tahun ini juga akan kami serahkan ke pemerintah kabupaten masing-masing, untuk dimanfaatkan dalam mendukung ketahanan pangan di daerah masing-masing," kata Natalius.

Resi gudang (warehouse receipt), kata Natalius, adalah dokumen bukti kepemilikan barang yang disimpan di suatu gudang terdaftar secara khusus yang diterbitkan pengelola gudang sesuai UU No. 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang. Di Lampung, komoditas yang dapat masuk RSG yakni padi, kopi, jagung, dan kakao. "Memang sejak RSG berlaku, komoditas padi masih mendominasi dan trennya naik terus," kata Natalius.

Untuk memanfaatkan RSG tersebut, kata Natalius, pemerintah kabupaten yang mendapat gudang dapat mengajukan proposal pemanfaatan. Menurut dia, hingga kini, baru Lampung Timur yang mengajukan proposal ke Bappebti. "Sebenarnya, pemetaan komoditas itu sudah ada, karena berdasarkan komoditas itu pemerintah pusat membangun gudang untuk mendukung SRG di masing-masing wilayah," kata Natalius.

Dia berharap Lampung dapat menjadi daerah yang juga merasakan manfaat keberadaan SRG. "Kan sayang, dana alokasi dana dari pemerintah pusat untuk enam kabupaten mempercepatn penerapan Sistem Resi Gudang di Lampung tak dapat dimanfaatkan optimal," kata dia.

Menurut dia, Lampung menjadi provinsi terbanyak di Sumatera yang mendapat DAK SRG. Saat ini, di Indonesia, lokasi SRG berada di 18 daerah, gudang terbanyak berada di Provinsi Jawa Timur yakni sebanyak 18 gudang dan Jawa Barat sebanyak 10 gudang. SRG bermanfaat untuk memantau ketersediaan stok komoditas baik daerah maupun nasional, menjaga kesetabilan harga, dan mendorong terciptanya lapangan kerja daerah. "Pemerintah pusat tentu punya alasan mengapa Lampung yang paling banyak mendapat DAK RSG, karena Lampung merupakan salah satu penyangga pangan nasional," kata Natalius. (MIN/l-2)