Selasa, 27 September 2011

PETUNJUK ANTISIPASI La Nina/ El Nino PADA PERKEBUNAN KOPI

PREDIKSI ANOMALI IKLIM  EL NINO/LA NINA DI INDONESIA DAN ANTISIPASINYA PADA TANAMAN PERKEBUNAN
Update: Bulan September 2011


Tim Peneliti Lintas Puslit, Bidang Lingkungan dan Perubahan Iklim
PT. Riset Perkebunan Nusantara
Jl. Salak No. 1 A, Bogor 16151, Indonesia

I. Rangkuman prediksi anomali iklim LaNina/El Nino :
(Sumber data : Bureau Meteorology of  Australia)



Pendinginan suhu di lautan Pasifik Tengah yang terus berlangsung dari bulan Juni diprediksikan akan meningkatkan peluang terjadinya La Nina memasuki triwulan terakhir tahun 2011.  Indikator anomali iklim menunjukkan peluang terjadinya La Nina.
Namun demikian, suhu permukaan laut belum mencapai nilai kritis.  Secara umum model iklim memprediksi adanya tren terjadinya La Nina, namun diperkirakan La Nina yang akan terjadi lebih lemah dibandingkan dengan La Nina 2010-2011.  Perkembangan ini akan terus diupdate
Sementara itu observasi di Lautan Hindia menunjukkan perkembangan nilai positif Dipole Mode dan fenomena ini cenderung mengurangi curah hujan dari nilai rata-ratanya.

Indikator anomali iklim
SST (Sea Surface temperature)
Anomali SST (oC) pada bulan Januari - Agustus 2011 adalah:
Index
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul Ags
NINO3
-1.1
-0.5
-0.4
0.0
0.1
0.2
0.2
-0.2
NINO3.4
-1.5
-1.0
-0.6
-0.5
-0.2
0.0
-0.1
-0.5
NINO4
-1.3
-0.9
-0.5
-0.5
-0.3
-0.1
-0.1
-0.1
Note: qSST (Sea Surface temperature)

SOI (Southern Oscillation Index)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
+19.9
+22.3
+21.4
+25.1
+2.1
+0.2
+10.7
+2.1


Apa itu El Nino/La Nina?
El Nino terkait dengan terjadinya peningkatan suhu di lautan tropis Pasifik Tengah dan Timur dan menyebabkan penurunan curah hujan di Indonesia khususnya wilayah di sebelah selatan katulistiwa.  Kejadian sebaliknya adalah La Nina yang terkait dengan menurunnya suhu di lautan tropis Pasifik Tengah dan Timur dan menyebabkan peningkatan curah hujan. El Nino/La Nina biasanya berdampak penurunan/peningkatan curah hujan pada periode Mei-November.
Anomali SST (Sea Surface Temperature) dan SOI (Southern Oscillation Index) merupakan indeks yang menunjukkan perkembangan intensitas El Nino dan La Nina di lautan Pasifik. Anomali SST dikategorikan ”hangat” (El Nino) bila nilainya >0.8 oC dan sebaliknya dikategorikan sebagai ”sejuk” (La Nina) bila <-0.8oC, dan nilai antara -0.8 oC sampai +0.8 oC dikategorikan sebagai netral.
Nilai SOI yang kontinu diatas +8  mengindikasikan fenomena La Nina, dan nilai SOI yang kontinu lebih kecil dari -8 mengindikasikan fenomena El Nino. SOI dihitung berdasarkan perbedaan tekanan udara antara Tahiti dan Darwin.  Contoh kejadian El Nino dan La Nina selama 1994-2007 disajikan pada gambar berikut:
http://balitsembawa.com/upload/berita/images/grafik%20april.jpg



PETUNJUK ANTISIPASI La Nina/ El Nino PADA PERKEBUNAN KOPI:
  1. Antisipasi Anomali iklim La Nina:
  1. Pembuatan parit-parit drainase untuk mempercepat pengaturan air
Parit-parit drainase dibuat cukup dalam dan diprioritaskan pada areal-areal kebun yang drainasenya kurang baik agar air genangan tidak lebih dari 6 jam. Diupayakan sampai kedalaman 20 cm dari permukaan tanah tidak jenuh air dengan mengatur ukuran dalam dalam lebar parit drainase.
  1. Pemangkasan tanaman penaung (50 – 100%)
Tanaman penaung dipangkas untuk memberikan cahaya yang cukup memasuki tajuk tanaman pokok agar kelembaban berkurang, sehingga perkembangan hama penyakit dapat ditekan. Pengurangan penaung juga akan mempercepat evaporasi sehingga kebun tidak terlalu lembab. Pemangkasan 50% populasi penaung dilakukan pada awal musim hujan dan 50% sisanya pada pertengahan musim hujan.
  1. Pemangkasan tanaman pokok kopi
Pemangkasan tanaman pokok kopi dilakukan untuk mengurangi kelembaban kebun dan menyediakan cabang-cabang buah pada tahun-tahun berikutnya agar stabilitas produksi tahunan terjaga.
  1. Pengendalian Bubuk  Buah Kopi  secara manual melalui petik bubuk, lelesan buah dan racutan buah. Semua buah hasil petik bubuk, lelesan dan racutan direndam dalam air mendidih selama 5 menit untuk mematikan serangganya.
  2. Pengendalian gulma secara kimiawi/manual untuk menekan kompetisi dengan tanaman pokok.
  3. Penjadwalan penanaman baru dan penyulaman dengan masa ketersediaan air yang panjang
  4. Meningkatkan frekuensi pemupukan anorganik tanpa menambah dosis tahunan. Pemberian pupuk anorganik ditingkatkan dari 2 kali setahun menjadi 3 – 4 kali setahun.
  5. Penyiapan fasilitas pengeringan matahari (penutup terpal) dan/atau pengering mekanis karena berkurangnya lama penyinaran untuk mencegah menurunnya mutu biji.
  1. Antisipasi Anomali iklim  El Nino:
  1. Pembuatan rorak dan pengisian mulsa pada rorak
Rorak dibuat dengan ukuran panjang 100 cm, lebar 30 cm dan dalam 60 cm disamping tanaman pokok pada jarak 70 cm. Rorak diisi dengan bahan organik hasil pangkasan ataupun gulma hasil kesrik dan selanjutnya ditimbun tanah 5-10 cm. Jika tersedia pupuk kandang, rorak sebaiknya juga diisi dengan pupuk kandang. Jumlah rorak adalah 50% dari populasi tanaman.
  1. Pembuatan biopori.
Biopori dibuat dengan bor berdiameter 7,5 cm sampai kedalaman 150 cm dengan jumlah 100% dari populasi tanaman dan selanjutnya diisi dengan kompos  atau pupuk kandang sampai penuh.
  1. Pemeliharaan penaung menjadi lebih gelap dan penambahan populasi penaung pada areal yang penaungnya banyak mati.
Untuk mengurangi sengatan cahaya matahari, menjelang musim kemarau penaung harus dibiarkan agak rimbun, Pada areal yang penaungnya mati dilakukan penyulaman pada awal musim hujan.
  1. Pemberian mulsa
  2. Pemberian mulsa dilakukan pada seluruh areal kebun jika memungkinkan. Tebal mulsa 10-15 cm. Bahan mulsa yang dipakai dapat berupa jerami, rumput atau daun-daun hasil pemangkasan tanaman pokok maupun tanaman penaungnya.
  3. Pengendalian gulma secara kimiawi/manual menjelang musim kemarau
  4. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual dengan dikesrik atau secara kimiawi menggunakan herbisida sistemik berbahan aktif glifosat (Round Up, Sun Up dll). Jika gulma dominan merupakan gulma berdaun lebar, dapat disemprot herbi kontak (Gramoxone).
  5. Aplikasi pupuk (anorganik)
  6. Untuk meningkatkan ketahanan tanaman kopi terhadap cekaman kekeringan selama musim kemarau dapat dilakukan panambahan dosis pupuk N sebanyak 25% yang diaplikasikan menjelang musim kemarau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar