Jumat, 24 Mei 2013

Acuan Harga Kopi Dunia Ada di Bursa RI?

Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) optimis kontrak komoditi kopi dapat masuk dan berjalan di bursa berjangka komoditi di Indonesia. Menurut Wakil Ketua Umum Bidang Spesialis dan Industri AEKI, Pranoto Soenarto,Indonesia akan mampu memboyong produk biji bahan bubuk minuman itu ke dalam bursa berjangka.
 
“Kami berusaha mengajak pemain kopi Vietnam untuk bermain berjangka di Indonesia, kami optimis dan berharap pusatnya Indonesia," kata Pranoto Soenarto, di Jakarta, baru-baru ini.

Menurut Pranoto, Vietnam sebagai produsen kedua terbesar setelah Brazil, tidak melakukan perdagangan khusus di bursa berjangka global. Padahal, negara indocina itu merupakan pemain kopi robusta besar yang berpotensi menjadi penentu harga perdagangan internasional.

"Kalau Vietnam setuju [bertransaksi di bursa berjangka di Indonesia) maka bisa back up sekitar 1,6-1,7 juta ton dengan punya kita 700 ton. Nah,  kalau digabung jadi besar dan bisa jadi leader bahkan patokan harga juga," tambahnya.

Untuk itu, Pranoto berharap dukungan pemerintah terkait dengan penentuan standar kualitas kopi dan kebijakan yang mendukung kontrak berjangka kopi. “Apalagi

Indonesia sebagai penyetor robusta memiliki potensi untuk menggiring harga global,”  kata Pranoto.
Seperti diberitakan margind.com sebelumnya, Jakarta Futures Exchange (JFX) direncanakan meluncurkan kontrak komodoti kopi, batubaradan karet pada tahun 2013.  “Target  JFX pada 2013 akan meluncurkan kontrak berjangka komoditi batubara, karet dan kopi,” kata Direktur JFX, Bihar Sakti Wibowo kepada margind.com, Akhir tahun lalu

Kopi Spesial Indonesia Menjadi Primadona di Amerika Serikat

Amerika Serikat merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor kopi spesial (Specialty coffee) Indonesia. Kopi dengan cita rasa khas dari daerah tertentu di Indonesia dan cukup terkenal di dunia itu antara lain kopi Takengon Aceh, kopi Mandailing Sumatera Utara, kopi Toraja Sulawesi Selatan, kopi Kintamani Bali, kopi Bajawa Flores, kopi Baliem Papua, dan kopi Luwak Jawa.


Hal tersebut diungkap oleh Wakil Ketua Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), Pranoto Soenarto saat berlangsungnya kontes Kopi Spesial Indonesia di Kuta Bali, Senin ( 22/10/12).

Menurut Pranoto, dari 180.000 ton per tahun ekspor specialty coffee Indonesia, 20 persennya di ekspor ke Amerika Serikat.

Sedangkan negara lain yang menjadi tujuan ekspor kopi spesial Indonesia adalah Australia, Jepang dan Jerman.

Specialty coffee Indonesia sangat diminati karena bercita rasa khas Indonesia seperti rasa rempah-rempah, dimana rasa rempah-rempahnya berasal dari penyerbukan bunga kopi. Hal itu terjadi karena sebagian besar perkebunan kopi di Indonesia berdekatan dengan kebun rempah-rempah.

“yang pasti rasanya rempah-rempah, macam-macam bunga dari kopi kita itu berasal dari masing-masing tempat memiliki varian yang berbeda-beda. Rasanya sangat nikmat karena ditentukan dari kultur tanah, ketinggian dan banyaknya gunung berapi di Indonesia,” papar Pranoto Soenarto.


Secara umum hampir 100 persen produksi kopi arabika Indonesia adalah jenis specialty coffee dan harganya 5 kali lebih tinggi dari kopi robusta.  Saat ini harga rata-rata specialty coffee antara 8-11 dolar per kilogram.

Sementara itu, Komisaris Utama PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) XII, Delima Azhari mengemukakan kepada Jia Xiang Hometown bahwa tantangan terbesar dalam mengembangkan kopi spesial Indonesia adalah peningkatan produksinya. Sekarang produksi kopi spesial Indonesia sangat rendah yaitu sekitar 0,7 ton per hektar per tahun. Padahal jika produksi dikembangkan dengan optimal bisa mencapai 1 ton per hektar per tahun.

Selain itu tantangan dalam mengembangkan specialty coffee Indonesia adalah menjaga kualitas karena kopi spesial yang tumbuh di kawasan tertentu tidak dapat berkembang maksimal bila ditanam di kawasan berbeda.

Kasubdit Promosi Luar Negeri Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian, Nyoman Widhi Adnyana mengatakan bahwa  selama ini hampir 90 persen perkebunan kopi di Indonesia masih dikelola dalam bentuk perkebunan skala kecil dan pengetahuan petani tentang specialty coffee juga masih terbatas.

Indonesia saat ini menjadi penghasil kopi terbesar ketiga setelah Brasil, dan Vietnam . Total produksi kopi di Indonesia pertahun rata-rata 700.000 ton dan volume ekspor per tahun mencapai 400.000 ton.

Tahun ini ekspor kopi Indonesia ditargetkan 1,2 miliar dolar AS dengan volume produksi keseluruhan kopi robusta dan arabika sekitar 900 ribu ton. [JX/Dearna]

Pengembangan Lahan Menjadi Kendala Investasi Kopi

liputanBISNIS (JAKARTA) – Minimnya pengembangan lahan menjadi salah satu kendala penambahan investasi kopi di Indonesia dan komoditas tersebut menjadi sumber penghasil devisa negara.

“Untuk tahun ini, para produsen kopi pesimistis untuk menambah investasi karena kurangnya lahan yang menjadi perebutan di komoditas perkebunan seperti kelapa sawit, kakao, dan gula,” kata Ketua Kompartemen Speciality Coffee Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Pranoto Soenarto di Jakarta, Selasa (22/1/2013).

Pelaku usaha kopi, menurut Pranoto, mengusulkan untuk menambah pengembangan kebun kopi di daerah-daerah tertentu seperti Sulawesi, Jawa, dan Sumatera.

“Kebun kopi yang ada saat ini untuk jenis robusta berada di daerah Sumatera Selatan, Jawa Timur, dan NTB. Sementara kopi jenis arabica dikembangkan di daerah Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jayapura,” paparnya.

Pemerintah menargetkan produksi kopi tahun ini naik 16% menjadi 763.000 ton dibanding 2012 sebesar 657.138 ton.

Realisasi produksi kopi nasional tahun lalu memang lebih rendah dari target yang ditetapkan karena faktor cuaca.[int/winsah]

Produksi Kopi RI Masih Kalah Jauh Dibanding Vietnam

Maret 2013

BISNIS (JAKARTA) — Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan mengaku luasnya lahan yang digunakan untuk memproduksi kopi tidak sebanding dengan produktivitas yang dihasilkan. Indonesia masih kalah jauh dengan negara-negara tetangga, seperti Vietnam.

Gita menjelaskan, luas lahan Indonesia yang ditanami kopi mencapai 1,1 juta hektare tapi hanya menghasilkan 600 ribu ton biji kopi atau setara 700-900 gram biji kopi per hektare. Sedangkan Vietnam, menggunakan lahan kurang dari 50 persen Indonesia namun mampu menghasilkan 1,2 juta ton biji kopi. “Indonesia masih tertinggal jauh,” kata dia, Rabu (20/3).

Untuk itu, Gita mendorong agar Indonesia dapat menjadi salah satu pengekspor kopi terbesar, minimal di Asia Tenggara mengalahkan Vietnam. Indonesia dikenal dengan kualitas kopi yang baik, bahkan 10 varietas unggul kopi dunia ada di Indonesia. “Seperti kopi Java dan Toraja, telah menjadi primadona konsumen kopi dunia,” kata mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ini.

Ia minta seluruh pemangku kepentingan bisa meningkatkan industri dan teknologi pasca-panen. Terlebih, Jawa Timur yang menjadi salah satu barometer industri kopi nasional.

Gita juga meminta kawasan segitiga emas produsen kopi, yaitu Banyuwangi-Malang-Bondowoso di Jawa Timur mampu menjadi sentra kopi nasional selain Bengkulu, Lampung, dan Sumatra Selatan. Saat ini, produksi kopi Jawa Timur mampu memenuhi 30 persen kebutuhan kopi nasional.

Sementara itu, Ketua Gabungan Eksportir Kopi Indonesia Hutama Sugandhi mengatakan Indonesia punya potensi besar di industri kopi namun belum sepenuhnya digarap. “Peran pemerintah sangat dibutuhkan guna peningkatan industri kopi,” ujarnya.

Ia menyebutkan bahwa sampai saat ini, infrastruktur berbanding lahan tidak seimbang karena petani kopi Indonesia masih menggunakan cara tradisional. (int/ridho)

Curah Hujan Tinggi, Ganggu Produksi Kopi Nasional

January 22, 2013

liputanBISNIS (JAKARTA) – Curah hujan yang tinggi dikhawatirkan mengganggu produksi kopi nasional pada musim panen kedua yang jatuh bulan Maret 2013 dan menurunkan target hingga akhir tahun.

“Dengan intensitas hujan yang cukup tinggi, membuat produksi kopi nasional menjadi terganggu. Diperkirakan target produksi kopi nasional hingga akhir tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun lalu sebesar 720.000 ton,” kata Ketua Kompartemen Speciality Coffee Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Pranoto Soenarto di Jakarta, Selasa (22/1/2013).

Beberapa tantangan yang akan dihadapi pada 2013, menurut Pranoto, karena permainan harga di bursa komoditas New York dan permintaan kopi dunia terus naik akan tetapi tidak diiringi dengan suplai yang memadai.

“Di pasar dunia, kopi jenis Arabica mengalami penurunan suplai hingga minus 4%-5%, sementara kopi jenis robusta mengalami surplus pasokan sekitar 4%-5%. Walaupun kopi jenis robusta mengalami surplus, kopi tersebut tidak dapat bertahan lama dengan semakin tingginya permintaan dunia terhadap jenis kopi tersebut,” paparnya.

Pranoto menambahkan, produsen kopi juga dihadapkan pada kendala pemalsuan kopi luwak.
“Saat ini, beberapa negara melakukan tindakan pemalsuan enzim luwak. Hal ini sangat merugikan produsen kopi luwak,” tandasnya.[int/winsah]

Jumat, 17 Mei 2013

Kopi Luwak Malabar Merupakan Citra Khas Kopi Luwak Jawa Barat sebagai Potensi Usaha Agribisnis

Indonesia yang memiliki berbagai macam aneka kopi dimana selain kopi Toraja, ada kopi Lintong, kopi Kintamani, kopi Gayo,  kopi Flores, kopi Jawa, hingga kopi Papua. Kopi dari Ethiopia untuk membedakan karakter aroma, flavor (rasa), acidity (tingkat keasaman), dan aftertaste (rasa tertinggal). Tidak kalah pula dengan Kopi Luwak (Civet Coffee) Malabar asal Pangalengan, Jawa Barat. Profesi dari Supriatna Danuri  sebagai petani kopi ditekuni sejak lama. Ia mengalami pahit  getirnya sebagai petani kopi. Hasil dari panen kebun kopi warisan orang tuanya, dahulu hanya cukup sebagai penyambung hidup ke seharian. Saat ini menjadi Petani Kopi Luwak dengan cara memelihara dan  menangkar luwak atau musang jenis pandan.

Pemilik dari Kopi Luwak Malabar Supriatna Danuri menjelaskan bahwa Luwak yang dipelihara dikandangnya bukan Luwak lapar. Musang yang sehat adalah: bentuk tubuhnya berbadan gemuk, bulunya lebat dan tebal, mengkilap ciri khas luwak yang sehat dapat di lihat dimatanya yaitu bersinar. Luwak  Mirip Kucing, lucu dan sangat menggemaskan.  Kita tetap harus hati-hati bila mendekatinya, maklum luwak adalah termasuk hewan liar. Pada siang hari Luwak beristirahat dan bermalas-malasan. Tetapi sangat protektif dalam menjaga anaknya, tambahnya. Saat ini luwak yang dipelihara di kandangnya sebanyak 180 ekor luwak. Untuk setiap daerah dimana masing-masing kopi seakan mencerminkan asal-usul kopi itu berasal. Seperti kopi Kintamani yang selintasan tercium aroma jeruk dan rasa asam jeruk.

Adapun usaha pengolahan Kopi Luwak Malabar Supriatna Danuri dinilai sukses dalam mengembangkan usahanya, setelah sembilan tahun menangkarkan luwak, produksi kopi luwaknya saat ini mencapai 200 kilogram per-bulan. Hal ini inovasinya dengan kelompok Rahayu Tani itu diikuti 21 petani Kopi lainnya di Pangalengan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kopi luwak berasal dari Pulau Jawa Indonesia dan Sumatera, daerah yang terkenal untuk kopi yang sangat baik. Juga asli daerah adalah hewan musang-seperti kecil yang disebut Paradoxurus a. Dengan nama ilmiah, penduduk setempat menyebut mereka luwak. Mamalia kecil hidup di pohon-pohon dan salah satu makanan favorit mereka adalah cherry, kopi merah matang. Mereka makan ceri, kacang dan semua. Sementara kacang dalam perut si kecil, itu mengalami perawatan kimia dan fermentasi. Kacang selesai perjalanan melalui sistem pencernaan, dan keluar. Yang masih utuh biji dikumpulkan dari lantai hutan, dan dibersihkan, kemudian panggang dan tanah sama seperti kopi lainnya. Mungkin kita bertanya-tanya tentang keadaan yang membawa cangkir pertama kopi luwak Kopi. Siapa yang akan berpikir untuk atau bahkan ingin mengumpulkan dan roasting/ penyangraian dari kotoran hewan luwak? Mungkin masyarakat pribumi berpiki hal itu lebih mudah untuk mengumpulkan biji dari tanah dengan cara ini, daripada harus bekerja lebih keras dan mengambil mereka dari pohon? Mungkin kita tidak akan pernah tahu. Tetapi karena metode pengumpulan aneh, dan tidak banyak Kopi Luwak diproduksi di dunia. Kopi yang dihasilkan dikatakan tidak seperti yang lain. Memiliki kaya, berat rasa dengan petunjuk dari karamel atau cokelat. Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan itu adalah eksotis sebuah kopi yang memiliki citra rasa. Diharapkan ke depan Promosi Kopi luwak Malabar, Jawa Barat dan lebih baik lagi dalam pengembangannya tetapi telah dibuktikan oleh ratusan customer yang telah merasakan kepuasan dari kopi luwak bandung. Kopi luwak asli / original adalah biji kopi pilihan terbaik yang dikonsumsi oleh binatang luwak. (FheroKP)

http://pphp.deptan.go.id/disp_informasi/22/0/0/1587/Kopi_Luwak_Malabar_Merupakan_Citra_Khas_Kopi_Luwak_Jawa_Barat_sebagai_Potensi_Usaha_Agribisnis_.html

Secangkir Kopi Luwak Malabar Merupakan Citra Khas Kopi Luwak Jawa Barat sebagai Potensi Usaha

Indonesia yang memiliki berbagai macam aneka kopi dimana selain kopi Toraja, ada kopi Lintong, kopi Kintamani, kopi Gayo, , kopi Flores, kopi Jawa, hingga kopi Papua. Kopi dari Ethiopia untuk membedakan karakter aroma, flavor (rasa), acidity (tingkat keasaman), dan aftertaste (rasa tertinggal). Tidak kalah pula dengan Kopi Luwak Malabar asal Pangalengan, Jawa Barat. Profesi dari Supriatna Danuri  sebagai petani kopi ditekuni sejak lama. Ia mengalami pahit  getirnya sebagai petani kopi biasa . Hasil panen kebun kopi warisan orang tuanya, dahulu hanya cukup sebagai penyambung hidup ke seharian. Saat ini menjadi Petani Kopi Luwak dengan cara memelihara dan  menangkar luwak atau musang jenis pandan.
 
Pemilik dari Kopi Luwak Malabar Supriatna Danuri menjelaskan bahwa Luwak  yang dipelihara dikandangnya bukan Luwak lapar. Ia menjelaskan, Musang yang sehat adalah : bentuk tubuhnya berbadan gemuk, bulunya lebat dan tebal, mengkilap ciri khas luwak yang sehat dapat di lihat  dimatanya yaitu  bersinar. Luwak  Mirip Kucing, lucu dan sangat menggemaskan.  Kita tetap harus hati-hati bila mendekatinya, maklum luwak adalah termasuk hewan liar. Siang hari Luwak beristirahat  dan bermalas-malasan, demikian  penjelasan Danuri. Tetapi sangat protektif dalam menjaga anaknya, tambahnya. Saat ini luwak yang dipelihara di kandangnya sebanyak  187 ekor luwak. Untuk setiap daerah dimana masing-masing kopi seakan mencerminkan asal-usul kopi itu berasal. Seperti kopi Kintamani yang selintasan tercium aroma jeruk dan rasa asam jeruk. 
 
Adapun usaha Kopi Luwak Malabar Supriatna Danuri dinilai sukses, setelah sembilan tahun menangkarkan luwak, produksi kopi  luwaknya saat ini mencapai 200 kilogram per-bulan. Hal ini inovasinya itu diikuti 21 petani Kopi lainnya di Pangalengan Kabupaten Bandung, Provinsi jawa Barat. Kopi luwak berasal dari Pulau Jawa Indonesia dan Sumatera, daerah yang terkenal untuk kopi yang sangat baik. Juga asli daerah adalah hewan musang-seperti kecil yang disebut Paradoxurus a. Dengan nama ilmiah, penduduk setempat menyebut mereka luwak. Mamalia kecil hidup di pohon-pohon dan salah satu makanan favorit mereka adalah cherry, kopi merah matang. Mereka makan ceri, kacang dan semua. Sementara kacang dalam perut si kecil, itu mengalami perawatan kimia dan fermentasi. Kacang selesai perjalanan melalui sistem pencernaan, dan keluar. Yang masih utuh biji dikumpulkan dari lantai hutan, dan dibersihkan, kemudian panggang dan tanah sama seperti kopi lainnya. Mungkin kita bertanya-tanya tentang keadaan yang membawa cangkir pertama kopi luwak Kopi. Siapa yang akan berpikir untuk atau bahkan ingin mengumpulkan dan roasting/ penyangraian dari kotoran hewan? Mungkin masyarakat pribumi berpiki hal itu lebih mudah untuk mengumpulkan biji dari tanah dengan cara ini, daripada harus bekerja lebih keras dan mengambil mereka dari pohon? Mungkin kita tidak akan pernah tahu. Tetapi karena metode pengumpulan aneh, dan  tidak banyak Kopi Luwak diproduksi di dunia. Kopi yang dihasilkan dikatakan tidak seperti yang lain. Memiliki kaya, berat rasa dengan petunjuk dari karamel atau cokelat. Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan itu adalah eksotis sebuah kopi yang memiliki citra rasa. Diharapkan ke depan Promosi Kopi luwak Malabar, Jawa Barat dan lebih baik lagi dalam pengembangannya tetapi telah dibuktikan oleh ratusan customer yang telah merasakan kepuasan dari kopi luwak bandung. Kopi luwak asli / original adalah biji kopi pilihan terbaik yang dikonsumsi oleh binatang luwak.
 
http://heropurba.blogspot.com/2013/03/secangkir-kopi-luwak-malabar-merupakan.html

Kamis, 16 Mei 2013

Kopi Kancil


Kopi Kancil

Deru motor trail, gas menyentak pecah suara, sepeda motor melesat cepat, asap berhembus lewat knalpot, sekumpulan   debu  berterbangan, khas tanah gembur pegunungan yang  berpasir. Motoris itu, sangat cekatan, menuruni lembah, menikung, bahkan  menanjak menuju bukit dipegunungan. Pengendara Kuda Besi  sangat piawai, kadang menghilang dan kembali terlihat di rimbunan hamparan hijau perkebunan Teh. Ia sangat mengenal lewati jalan itu . Setelah menempuh jarak 20 Kilometer dari Rumahnya, sampailah Ia di bangunan  Saung) di atas punggung bukit pegunungan, Malabar.

Lelaki paruh baya itu, Supriatna Danuri nama lengkapnya. Kalau anda menyangka Dia adalah Seorang Mandor(pengawas) perkebunan Teh anda keliru menduga. Supriatana Danuri adalah  seorang Petani Kopi yang termasyur di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Jelang siang hari  itu, Supriatana Danuri, sedang mengawasi sekelompok  pemetik kopi, dikebun yang di kelolanya. Alam Pengalengan dengan Topografi  bergunung-gunung indah, berhawa sejuk. Pengalengan juga menyimpan potensi ekonomi. Puncak Gunung Malabar setinggi  2.321 meter dari permukaan laut,  berawan putih, dominasi langit  biru di angkasa, bak kapas berarak, dihembus angin. Oh…cuaca siang itu sangat cerah.

Selain komoditas tanaman Teh  di perkebunan Malabar juga ditanami Kopi jenis Arabika. Diantara tegakkan hutan-pohon kayu antara lain pinus dan rasamala yang di kelola Perhutani, secara tumpangsari, kopi  jenis arabika  sangat cocok ditanam. Tak heran tanaman ini tumbuh subur disana. Luas Areal Tanaman Kopi di Kabupaten Bandung, 9. 314 Hektar yang digarap oleh 199 kelompok tani. Hasilnya mencapai Empat Ribu 691 ton kopi per-tahun.

Profesi Danuri  sebagai petani kopi ditekuni sejak lama. Ia mengalami pahit  getirnya sebagai petani kopi biasa . Hasil panen kebun kopi warisan orang tuanya, dahulu hanya cukup sebagai penyambung hidup ke seharian. Tetapi Ia pun patut bersyukur  berkat kopi, Danuri dapat mengenyam Pendidikan sampai  Diploma 3 di IPB. Berbekal Pengetahuan dan keuletan menekuni tanaman kopi secara konvensional, Danuri tidak berhenti sampai disitu. Untuk menopang  ekonomi keluarganya,  Kini Ia menjadi, Petani Kopi Luwak. Caranya dengan memelihara dan  menangkar luwak, atau musang jenis pandan.

Supriatna Danuri mengaku, Luwak  yang dipelihara dikandangnya bukan Luwak lapar. Ia menjelaskan, Musang yang Sehat adalah : bentuk tubuhnya berbadan gemuk, bulunya lebat dan tebal, mengkilap . ciri luwak yang sehat dapat di lihat  dimatanya yaitu  bersinar. Luwak  Mirip Kucing, lucu, menggemaskan.  Kita tetap harus hati-hati bila mendekatinya, maklum luwak adalah termasuk hewan liar. Siang hari Ia beristirahat  bermalas-malasan, demikian  penjelasan Danuri. Tapi Ia sangat protektif dalam menjaga anaknya, tambahnya. Saat ini luwak yang dipelihara di kandangnya sebanyak  187 ekor luwak.

Danuri, yang mempelajari dan mengamati tingkah laku luwak selama 7 tahun  disekitar hutan Malabar. Ia sangat faham,  luwak adalah hewan yang hidupnya bersih. Luwak berperilaku seperti manusia. Luwak akan stress bila kandangnya kotor. Luwak termasuk hewan omnifora atau memakan segala. Ia tidak suka buang hajad sembarangan. Hewan beraktivitas dimalam hari  ini, setiap pagi kandangnya harus dibersihkan.Tempat buang hajatnya yaitu potongan papan kayu bundar harus selalu kering dan bersih. Kandang luwak di rancang mirip kehidupan luwak di alamnya.

Untuk menjaga Kesehatan. Kandang luwak dibuat hijau rimbun dengan  tanaman rambat jenis pohon obat binahong2 ). Dengan Insting keluwakannya ,Luwak sangat suka memakan daun pohon itu jika ia Sakit. Di pintu gerbang juga tertulis aturan dalam bahasa sunda Teu Kenging Ngaroko 3) Danuri sangat menjaga Kesehatan binatang peliharaannya ini dengan baik. Luwak sangat Suka  makan belut menurut Elly.S petugas wanita yang bertanggung jawab dengan kesehatan Luwak. Belut, serta ikan segar adalah makanan utama musang. Menu itu nutrisi yang sangat baik bagi luwak. Buah-buahan seperti pepaya serta buah Kopi  pada tingkat kematangan yang cukup, sebagai makanan tambahan luwak.  Hanya kulit buah kopi pilihan telah ranum, dan masak yang dimakannya. Biji Kopi yang termakan difermentasikan didalam perut luwak. Dengan  enzim khusus itulah,  membuat  Kopi Luwak luar biasa citarasanya. MUI Jawa Barat mengeluarkan surat sertifikasi halal. Kopi luwak Insya Allah halal di konsumsi. Sertifikat Halal itu, terpampang di ruang tengah rumah Tempat Usahanya.

Usaha Kopi Luwak Malabar Supriatna Danuri dinilai sukses, setelah sembilan tahun menangkarkan luwak, produksi kopi  luwaknya saat ini mencapai 200 kilogram per-bulan. Inovasinya itu diikuti 21 petani Kopi lainnya di Pangalengan Kabupaten Bandung, Provinsi jawa Barat. Kopi Luwak Termasuk  7 Jenis Makanan dan Minuman termahal di dunia. Kopi luwak produksi Danuri menembus angka 2.700 ribu rupiah per-Kilogramnya. Komoditas Kopi luwak  mempunyai  nilai tambah yang sangat berarti  ekonomi kreatif di bidang pertanian. Saat ini harga Kopi Arabika biasa,  dilepas  60 ribu rupiah saja. Itupun  harganya fluktuatif tergantung kualitas hasil panen.

Kopi Luwak Malabar mendongkrak  nilai jual mencapai 45 kali lipat kopi biasa. Digerai-gerai Cafe Shoop Indonesia, secangkir Kopi Luwak dijajakan  berkisar  80 ribu hingga 100 ribu rupiah, sedangkan di Eropa dan Amerika harganya mencapai satu koma dua juta rupiah per-cangkir. Kopi Luwak pernah di kisahkan dalam  dalam Film The Bucket List, yang di perankan aktor Amerika terkenal  Jack Nikolson. aktor kawakan  yang berperan sebagai Jutawan Tajir dalam satu sequelnya, dalam ruang perawatan pasca operasi otak ia selalu menikmati Kopi Luwak.  Akhir kisah menyedihkan, Kanker stadium puncak, menggenapi hidupnya. Meski Mahal Kopi luwak Made In Pangalengan ini di ekspor ke- Negeri Belanda, Jerman, Inggris dan Amerika.
***
13406109261024992299

Kopi KANCIL

Lelaki ini, tidak berhenti berkreatifitas, sukses dengan Kopi Luwak, Supriatna  Danuri  merintis Kopi Kancil.  Ya! anda benar, hewan kecil imut-imut  dalam fabel berkonotasi  negatif, Kancil dicitrakan sebagai musuh petani.  Syair dalam sebuah lagu kanak-kanak ia tertuduh sebagai Si pencuri ketimun. Kopi Kancil sebagaimana  Kopi Luwak juga melalui proses Fermentasi biji kopi dqalam tubuh hewan kancil. Satwa sangat langka dan dilindungi ini, juga penghasil kopi sangat enak. Selain aroma juga  sukar diucapkan dengan kata-kata citarasanya. Begitu dijelaskan Danuri. Kancil hanya memakan sekitar 17 buah kopi tiap harinya. Mutlak, karena produksinya terbatas, harga kopi Kancil diatas puncak kopi luwak, yakni mencapai harga 10 juta rupiah per-kilonya.

Kopi Kancil, Supriatna Danuri  ini,  boleh jadi, dan  sangat mungkin,  Satu-satunya Kopi yang ada di dunia, tentu  saja sangat Eksklusif. Masalahnya saat ini Danuri hanya mempunyai satu ekor Kancil, produksi Kopi kancil sangat minim. Ia berharap dapat memperoleh ijin untuk menangkarkan Kancil. Kopi Kancil ini telah mendapat  pasarnya, Pencinta Kopi di Negeri Belanda.

Satwa Luwak dan Kancil yang ditangkarkan Supriatna Danuri, sangat diperhatikan kesehatannya. Kebersihan kandang, serta pemberian nutrisi pakan, selalu diperhatikan. Menurut Danuri Ia menangkarkan Satwa tersebut dengan bekal dan pengalaman yang cukup, tentunya dengan Olah  Rasa ke sesama Makhluk. Secara priodik, Danuri  kerap melepaskan beberapa ekor Satwa yang berhasil Ia tangkarkan tersebut, ke hutan sekitar. Layaknya mereka hidup bebas dihabitatnya. Menurutnya luwak dan kancil telah banyak berjasa bagi kehidupan dirinya dan para petani kopi luwak  di Pengalengan.

Keterangan :
1) Saung(bhs.sunda): bangunan beratap, tempat berteduh ditengah ladang atau kebun.
2) binahong (Boussingaultia cordifolia, Boussingaultia basselloides) adalah tanaman obat dari daratan Tiongkok yang dikenal dengan nama asli Dheng San Chi)
3)Teu Kenging Ngaroko(bhs.Sunda) Dilarang merokok.

Kopi luwak Indonesia harus menjadi mobil mercy, bukan yang murahan

Kopi luwak adalah kopi istimewa. Bagi penikmat sejati, kopi luwak memiliki cita rasa tinggi dan jumlahnya yang sangat terbatas.

Cita rasa tinggi dan volume produksi yang kecil itulah “muruah” atau kehormatan dari kopi luwak sehingga keberadaannya ada di komunitas-komunitas kelas atas.

Jika salah satu dari dua keistimewaannya itu hilang,–kualitas berkurang atau bisa diproduksi secara massal–, maka kopi luwak akan turun keistimewaannya karena menjadi kopi biasa.

Karena itu Wakil Menteri Pertanian Bayu Krinamurthi mengingatkan agar seluruh pemangku kepentingan dalam komunitas ini lebih hati-hati memproduksi kopi luwak dalam jumlah yang banyak.

“Nanti menjadi tidak eksotis lagi dan sebagaimana kita ketahui bahwa hukum ekonomi berlaku. Jika produksinya banyak, maka harganya akan turun,” katanya saat membuka kegiatan “Temu Lapang Kopi 2011″ di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Kaliwining, Kabupaten Jember, Jatim, Rabu (15/6).
Ia mengajak semua insan perkopian agar mengembangkan minuman tersebut secara cerdas, yakni volumenya harus dikelola dengan baik.

Bayu mengingatkan agar volume yang sedikit itu memberi nilai lebih yang lebih tinggi dibandingkan dengan volume yang banyak. Ia mengibaratkan kopi Indonesia itu harus menjadi mobil Mercy, bukan yang murahan.
Kalau perlu, dalam satu tahun seorang petani hanya menghasilkan 100 kg kopi, namun dengan kualitas yang tinggi. Dengan produksi yang sedikit, namun nilainya tinggi, maka hal itu akan menyejahterakan petani kopi.
Peringatan wakil menteri itu sangat penting diperhatikan mengingat ada kecenderungan masyarakat di negeri ini selalu tergiur dengan sesuatu ketika ada usaha yang menjanjikan keuntungan besar sehingga kemudian mengorbankan kualitas.

Mengetahui harga kopi luwak yang tinggi, tidak sedikit petani kopi yang kemudian ikut-ikut memproduksi kopi tersebut tanpa memperhatikan kualitasnya. Mereka memelihara luwak, tapi kesehatan satwa tersebut kurang diperhatikan.

“Akibatnya produksinya kopi luwaknya tidak bagus dan lama-lama tidak ada yang beli. Akhirnya banyak yang tutup usaha kopi luwaknya. Kopi luwak yang berkualitas tinggi itu hanya dihasilkan dari luwak yang sehat. Itu prinsipnya,” kata Supriatnadinuri, “Managing Director” pada usaha Kopi Luwak Malabar, Jabar, itu.

Menurut dia, memelihara luwak untuk kepentingan kopi, pakannya harus diperhatikan. Memang, kopi yang dihasilkan juga sedikit, tapi kualitasnya dijamin bagus dan martabat kopi itu tetap eksotik,” katanya saat menghadiri temu lapang kopi hari kedua di Andungsari, Kecamatan Pakem, Bondowoso.

Lelaki yang didaerahnya menjadi motivator bagi petani kopi itu mengemukakan bahwa prinsip yang harus dipegang oleh pemilik usaha penghasil kopi luwak adalah satwa tersebut memakan buah kopi bukan karena lapar, melainkan karena butuh tambahan nutrisi.

“Kalau luwak makan kopi karena lapar, maka kopi yang dihasilkan memang berjumlah banyak, tapi kualitasnya pasti tidak bagus. Di tempat saya, luwak itu sudah kenyang dan memakan buah kopi karena memang butuh untuk tambahan nutrisi,” katanya.

Ia mengemukakan bahwa hal tersebut agar menjadi perhatian para penghasil kopi luwak sehingga kopi khas Indonesia tersebut tetap dikenal ke berbagai belahan dunia karena kualitasnya yang bagus.

Nuri, lelaki itu biasa dipanggil, mengemukakan bahwa di tempat usahanya dipelihara 187 ekor luwak dan sebagian besar merupakan hasil pembiakan sendiri, dan bukan ditangkap dari alam. Dari satwa-satwa liar itu dihasilkan hanya 60 gram kopi basah per hari.

Hasil itu berbeda dengan yang diungkapkan Yusianto, ahli pascapanen dari Puslit Koka Indonesia. Ia menyebutkan bahwa setiap hari satu ekor luwak bisa menghasilkan 200-400 gram kopi basah. Luwak bisa diberi makan ikan asin dicampur nasi.

Menurut Nuri, pemberian makan ikan asin kurang bagus bagi luwak, apalagi jika dicampur dengan nasi. Dirinya juga selalu memberi makan luwak-luwaknya dengan ayam kampung. Selain itu juga diberi madu, telor ayam kampung serta buah-buahan, seperti pisang, pepayan atau apel.

“Saya selalu memberi makan ayam kampung, karena saya belum pernah lihat luwak pergi ke pasar membeli ayam potong,” katanya berseloroh yang disambut tawa peserta temu lapang kopi, termasuk Puteri Kopi Indonesia 2011 Laskary Andaly Metal Bitticaca yan hadir pada acara tersebut.

Bahkan, katanya, untuk pengobatan dan daya tahan tubuh, ia juga memberi luwak dengan makanan siput sawah, buah kolangkaling dan pisang emas. Pisang emas sangat berguna untuk menjaga agar luwak tidak terserang penyakit pembengkakan hati.

“Jadi intinya, kita dalam memelihara luwak itu jangan menganut prinsip perkemanusiaan dengan memberi makan luwak seperti manusia, tapi kita harus berperikeluwakan dengan memberi makan sesuai makan luwak,” katanya kembali disambut tawa peserta.

Sementara Dr Surip Mawardi, pemulia kopi dari Puslit Koka Indonesia mengemukakan bahwa apa yang dilakukan oleh Nuri harus menjadi contoh bagi petani kopi lainnya, terutama dalam hal kebersihan dan perhatian terhadap kesehatan luwak.

“Dengan demikian, tetap menghasilkan kopi luwak berkualitas. Saya adalah saksi bagaimana Pak Nuri ini betul-betul menjaga kebersihan dan kesehatan luwak karena saya pernah ke kebunnya di Jawa Barat,” katanya.

Badan sertifikasi Untuk kepentingan menjadi kualitas kopi, termasuk kopi luwak, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia yang berpusat di Jember membantu meningkatkan nilai tawar petani dengan merintis badan sertifikasi untuk komoditas perkebunan, khsusunya kopi dan kakao.

“Kopi yang sudah disertifikasi akan mendapatkan pengakuan internasional,” kata Direktur Puslit Koka Indonesia Dr Teguh Wahyudi.

Selama ini, kata dia, lembaga sertifikasi produk, khususnya kopi dan kakao ditangani oleh lembaga asing atau badan dalam negeri tapi menjadi bagian dari lembaga asing tersebut.

Dengan memiliki badan sertifikasi sendiri, katanya, maka biaya yang harus dikeluarkan oleh yang membutuhkan akan lebih murah sehingga daya saing, khususnya petani menjadi lebih meningkat di masa-masa mendatang.

“Kalau sebuah produk mengantongi sertifikasi, maka akan memudahkan dalam pemasaran,” kata pria yang juga Dirut PT Riset Perkebunan Nusantara ini.

Puslit Koka Indonesia sendiri, katanya, sudah memiliki sumber daya manusia maupun peralatan yang memadai untuk kepentingan sertifikasi produk tersebut. Mengenai item yang akan disertifikasi, hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan penyedia suatu produk.

“Misalnya jika sebuah produk membutuhkan label organik, maka tim sertifikasi itu akan mengawasi proses produksi itu dari awal hinggal akhir. Demikian juga jika membutuhkan lebel mengenai produk yang tidak merusak lingkungan,” katanya.

Wakil Menteri Pertanian Bayu Krinamurthi mendukung program Puslit Koka Indonesia mengenai sertifikasi produk  “Ke depan sistem sertifikasi itu semakin diperlukan,” katanya. 

Kepala Divisi Riset Puslit Koka Indonesia Dr Soetanto Abdoellah menjelaskan bahwa lembaganya bertugas untuk mendampingi petani kopi atau kakao yang membutuhkan sertifikasi.

“Jika semua proses untuk kepentingan sertifikasi itu telah dipenuhi oleh petani lewat pendampingan kami, maka bisa mengajukan sertifikasi ke CCQC yang juga berada di bawah Puslit Koka Indonesia,” katanya.
CCQC atau “Centre for Certification of Quality Commodity” itu sendiri sudah mendapatkan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN). Sementara Puslit Koka mendapatkan akreditasi Komisi Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP).

http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/kopi-luwak-indonesia-harus-menjadi-mobil-mercy-bukan-yang-murahan

Yuk! Lihat Pemrosesan Kopi Luwak Berkualitas

http://banyuwangi.asia/yuk-lihat-pemrosesan-kopi-luwak-berkualitas#.UZXN-0pW7y0

Seorang petani kopi mengemukakan bahwa kopi luwak berkualitas tinggi hanya bisa dihasilkan dari hewan luwak yang sehat. “Karena itu kalau kita memelihara luwak untuk kepentingan kopi, pakan luwak harus diperhatikan. Kalau demikian, kopi yang dihasilkan juga sedikit, tapi kualitasnya dijamin bagus,” kata Supriatnadinuri di Bondowoso, Kamis.

Hal tersebut dikatakan petani kopi luwak dari Jawa Barat (Jabar) itu dalam acara Temu lapang Kopi 2011 di kebun Andungsari, Kecamatan Pakem, Kabupaten, Bondowoso, Jawa Timur (Jatim). ‘Managing Director’ pada usaha Kopi Luwak Malabar itu mengemukakan bahwa prinsip yang harus dipegang oleh pemilik usaha penghasil kopi luwak adalah satwa tersebut memakan buah kopi bukan karena lapar, melainkan karena butuh tambahan nutrisi.

“Kalau luwak makan kopi karena lapar, maka kopi yang dihasilkan memang berjumlah banyak, tapi kualitasnya pasti tidak bagus. Di tempat saya, luwak itu sudah kenyang dan memakan buah kopi karena memang butuh untuk tambahan nutrisi,” katanya menuturkan.

Ia mengemukakan bahwa hal tersebut agar menjadi perhatian para penghasil kopi luwak sehingga kopi khas Indonesia tersebut tetap dikenal ke berbagai belahan dunia karena kualitasnya yang bagus. Nuri, lelaki itu biasa dipanggil, mengemukakan bahwa di tempat usahanya dipelihara 187 ekor luwak dan sebagian besar merupakan hasil pembiakan sendiri, dan bukan ditangkap dari alam.

Dari satwa-satwa liar itu dihasilkan hanya 60 gram kopi basah per hari. Hasil itu berbeda dengan yang diungkapkan Yusianto, ahli pascapanen dari Puslit Koka Indonesia. Ia menyebutkan bahwa setiap hari satu ekor luwak bisa menghasilkan 200-400 gram kopi basah. Luwak bisa diberi makan ikan asin dicampur nasi.
Menurut Nuri, pemberian makan ikan asin kurang bagus bagi luwak, apalagi jika dicampur dengan nasi. Dirinya juga selalu memberi makan luwak-luwaknya dengan ayam kampung. Selain itu juga diberi madu, telor ayam kampung serta buah-buahan, seperti pisang, pepayan atau apel.

“Saya selalu memberi makan ayam kampung, karena saya belum pernah lihat luwak pergi ke pasar membeli ayam potong,” katanya berseloroh yang disambut tawa peserta temu lapang kopi, termasuk Puteri Kopi Indonesia 2011 Laskary Andaly Metal Bitticaca yan hadir pada acara tersebut.

Bahkan, katanya, untuk pengobatan dan daya tahan tubuh, ia juga memberi luwak dengan makanan siput sawah, buah kolangkaling dan pisang emas. Pisang emas sangat berguna untuk menjaga agar luwak tidak terserang penyakit pembengkakan hati. “Jadi intinya, kita dalam memelihara luwak itu jangan menganut prinsip perkemanusiaan dengan memberi makan luwak seperti manusia, tapi kita harus berperikeluwakan dengan memberi makan sesuai makan luwak,” katanya kembali disambut tawa peserta.

Sementara Dr Surip Mawardi, pemulia kopi dari Puslit Koka Indonesia mengemukakan bahwa apa yang dilakukan oleh Nuri harus menjadi contoh bagi petani kopi lainnya, terutama dalam hal kebersihan dan perhatian terhadap kesehatan luwak. “Dengan demikian, tetap menghasilkan kopi luwak berkualitas. Saya adalah saksi bagaimana Pak Nuri ini betul-betul menjaga kebersihan dan kesehatan luwak karena saya pernah ke kebunnya di Jawa Barat,” katanya.