Rabu, 01 Februari 2012

Kelompok Tani Kopi Rahayu, Gandeng Ahli Kopi Belanda

Pangalengan tercatat dalam sejarah sebagai penghasil teh, kina, dan kopi. Bahkan ekspor kopi dari daerah ini sempat memenuhi permintaan kopi dunia dengan sebutan kopi arabica dari Malabar.
Keunikan kopi Malabar ini karena ditanam pada lahan berketinggian 1.400-1800 m di atas permukaan laut tepatnya di kaki Gunung Malabar. Bibitnya klon S 795 dari India yang cocok dengan karakteristik Pangalengan. Lahan budidaya tersebut sangat subur sehingga cukup menggunakan pupuk organik,  tanaman tumbuh subur hingga 12 tahun lebih.
Harga kopi hasil panen dari kebun itu mengacu pada harga internasional karena memang bahan minuman ini menjadi komoditas primadona ekspor. Karena itu kualitasnya pun harus terbaik agar bisa merambah ke pasar internasional.
Raih Pasar Lebih Luas
“Kami sangat bersemangat untuk mengembalikan kejayaan kopi dari Malabar yang dikenal sebagai java coffee di pasar luar negeri,” ucap Supriatna Dinuri, Ketua Kelompok Tani Kopi Rahayu (KTKR) antusias di sela diskusi tentang Penerapan Pascapanen Kopi Arabika, Kopi Luwak, dan launching Kopi Malabar Arabika Regular dan Malabar Arabika Luwak di Desa Margahayu, Kec. Pangalengan, Kab. Bandung,  Jabar (6/9).
Dinuri bersama anggota yang berjumlah 67 petani pun mencoba belajar mengembangkan dan mengemasnya sendiri. “Kami ingin petani memiliki posisi tawar dan tidak hanya menjual ke eksportir,” katanya. Ia lalu menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga terkait seperti Perhutani untuk penanaman kopi pada lahan hutan yang rusak, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP), Kementerian Pertanian, serta PUM Netherlands Senior Expert (NSE).
Kerjasama itu, menurut Sipke de Schiffart, ahli kopi dari PUM Netherlands Senior Expert (NSE), tidak sebatas peningkatan kualitas produksi, tetapi juga cara menghasilkan kualitas kopi terbaik untuk masuk ke pasar internasional, pascapanen hingga pengemasan. “Setiap pembeli di luar negeri menghendaki spesifikasi produk berbeda, maka dengan terus meningkatkan kualitas produk, maka kopi dari Malabar bisa dikenal secara internasional,” Schiffart menjawab AGRINA.
Supriatna menambahkan, luasan kebun kopi milik kelompoknya mencapai 338 ha dengan populasi 2.500 batang per ha. Sebanyak 103 ha di antaranya produktif menghasilkan 120 ton per biji siap jual per tahun atau per musim. Kini mereka menerapkan sistem pengolahan sehingga kualitas produk meningkat.. “Kerjasama dengan PUM Netherlands Senior Expert (NSE) bisa berkembang lebih luas dan memberikan dampak positif bagi petani,” terang Dinuri.
Tidak mengherankan bila pada kontes Kopi Nusantara IV 2009 yang diikuti 20 kelompok tani andalan se-Indonesia, kopi dari KTKR meraih peringkat ketiga kopi favorit terbaik untuk citarasa kopi arabika. Karena itu pada 15 Juni 2010, KTKR mendirikan perusahaan dengan nama PT NuGa Ramitra. Lantaran ingin bisa bersaing di pasar yang lebih luas dan memiliki merek dagang sendiri,  mereka mendaftarkan hak paten Kopi Malabar Arabica dan Kopi Luwak Malabar.
Harus Sesuai Kebiasaan dan Habitat Luwak
Kopi luwak memang memiliki ciri khas tersendiri, baik secara proses dan citarasanya. Pun harganya paling mahal, lebih dari Rp1 juta per kg. Kendati demikian kopi luwak bukan menjadi produk unggulan bagi KTKPR. Mereka lebih mengandalkan kopi arabika. Kopi luwak ini hanya mencakup 10 persen dari total produksi kelompok tani.
Kini beberapa LSM luar negeri mulai mempermasalahkan kopi luwak dalam perdagangan internasional. Menurut mereka, kopi ini diproduksi dengan mengeksploitasi luwak di alam. Alasan lainnya, menyalahi ketentuan kesejahteraan hewan (animal welfare), populasi luwak sudah langka, dan binatang ini masuk dalam Convention on Internasional Trade in Endangered Species of wild fauna and flora (CITES) appendix III. Artinya, status luwak dilindungi di daerah asalnya dan kawasan tempatnya hidup. Jika diperdagangkan harus berasal dari tangkaran sehingga tidak boleh lagi menggunakan tangkapan liar. Untuk itu petani tetap bisa memproduksi kopi luwak dengan memanfaatkan luwak hasil ternak.
Menanggapi isu itu, Schiffart berpendapat, budidaya yang dilakukan petani sudah sesuai kaidah kesejahteraan hewan sebab luwak dipelihara di tempat sesuai habitat alaminya. Karean itu ia dan PUM akan memfasilitasi kelompok tani untuk mendapatkan sertifikasi agar tetap bisa memproduksi kopi luwak untuk dipasarkan ke Eropa.
Lebih jauh tentang cara menghasilkan kopi luwak berkualitas tinggi Dinuri menjelaskan, petani memelihara luwak yang sehat. Pada prinsipnya, luwak peliharaan ini memakan biji kopi bukan karena lapar tapi lantaran membutuhkan nutrisi dari buah kopi. “Jika lapar biji kopi yang dimakan banyak, tapi kualitasnya kurang bagus. Berbeda jika luwak tersebut makan buah kopi karena sudah kenyang dan butuh tambahan nutrisi bagi tubuhnya, “ jelasnya.
Sekarang ini, Dinuri sendiri memelihara 187 ekor luwak secara baik dengan mengutamakan faktor perkawinan, pakan, tatalaksana pemeliharaan, dan pengendalian penyakitnya. Setiap pagi luwak mendapatkan jatah pakan sesuai yang di habitat alaminya, yaitu buah-buahan seperti pisang, pepaya, apel, juga belut serta ayam. Sedangkan buah kopi yang sudah tua disajikan dua kali sehari, pukul enam padi dan tujuh malam. Si luwak tidak akan mehalap semua buah kopi yang disediakan dalam wadah, tetapi memilih beberapa saja.
Hasil konsumsi kopi oleh pada pagi hari dapat dipanen siang hari. Sedangkan yang dikonsumsi malam hari, dikumpulkan petani esok pagi berikutnya. Biji kopi yang terbalut kotoran luwak ini dibersihkan dua kali. Lalu, biji kopi dihilangkan kulit arinya dengan mesin. Biji kopi kemudian dikeringkan dan diolah menjadi kopi bubuk.


Agrina.com

1 komentar:

  1. Dear,Import Dept,
    Dengan Hormat,
    Perkenankan kami PT. INTI PRAKARSA LOGISTIK adalah perusahaan Jasa Import Specialist dalam bidang Jasa Customs Clearance di Kepabeanan baik via Bandara maupun Pelabuhan di seluruh Nusantara.
    Bersama ini kami PT. INTI PRAKARSA LOGISTIK berminat untuk bermitra dengan perusahaan Bapak/Ibu dalam bidang Jasa sebagai berikut :

    1. Under name Import
    2. Borongan Import
    3. Custom Clearance​​
    4. Door to Door, Port to Door, dari ke seluruh dunia
    5. By Air or Sea (Local and International)
    6. Untuk semua jenis barang termasuk Dangerous, Cargo atau Personal
    7. Jasa EDI/PPJK

    HS CODE JENIS BARANG

    Bag VI (HS NO. 2801 s/d 3826) KIMIA
    Bag VII (HS NO. 3901 s/d 4017) PLASTIK
    Bag VIII (HS NO. 4101 s/d 4304) KULIT
    Bag X (HS NO. 4701 s/d 4911) KERTAS
    Bag XII (HS NO. 6401 s/d 6704)ALAS KAKI
    Bag XIII (HS NO. 6801 s/d 7020) KACA
    Bag XV (HS NO. 7201 s/d 8311) BESI BAJA
    Bag XVI (HS NO. 8401 s/d 8548) MESIN
    Bag XVII (HS NO. 8601 s/d 8908) KENDERAAN AIR
    Bag XVIII(HS NO. 9001 s/d 9209) INSTRUMEN
    Bag XX (HS NO. 9401 s/d 9619) BARANG HASIL PABRIK

    Best regards,

    ANDIKA
    Sea & Air
    Import
    INTI Kargo / Jln. Dewi Sartika No. 148, Jakarta 13630 Indonesia
    Email : andika.intikargo@gmail.com
    T : 021 80878873
    F : 622180878381
    Hp : 082311424631,089616672822

    BalasHapus